Filosofi Roket dan Pilihan Hidup di Single Terbaru The Mymy Asal Cirebon
Unit secondelic asal Cirebon, The Mymy, resmi merilis single terbaru dengan tajuk “Polemik” (18/10). Cerita di balik single tersebut hingga perjalanan band terbentuk dibagikan oleh mereka kepada Pophariini melalui WhatsApp (26/11).
Dalam wawancara, band yang digawangi oleh Ricky Nurnovaldi (vokal), Dafa Rizkiansyah (gitar, vokal), Achmad Danial Mubarrok (synthesizer), Rafli Sulthan Zulfiqar (bas), dan Muhammad Nazar Pamungkas (drum) ini bercerita bahwa The Mymy diambil dari kata ‘Mimi’ yang berarti ibu dalam bahasa Cirebon. Sementara itu, ‘secondelic’ diadopsi dari unsur psychedelic yang dipadukan dengan ciri khas The Mymy, yakni band yang berasal dari Kota Kedua (Cirebon).
Para personel sepakat menyatakan bahwa mereka banyak terinspiraasi dari band rock era 60-70an dan band di era modern.
“Kami mengambil spirit dari band-band seperti The Beatles, Koes Plus, Led Zeppelin, King Gizzard and The Lizard Wizard, The Sigit, dan Kelompok Penerbang Roket,” ungkap Dafa.
Bicara tentang materi terbaru, “Polemik”, Ricky menerangkan bahwa ini merupakan bentuk penghakiman terhadap beberapa sisi buruk dalam dirinya, yakni rasa gundah dan sikap terburu-buru ketika dihadapkan dengan sebuah pilihan.
“Saya paling benci jika harus memilih sesuatu karena kita harus menanggung konsekuensi dari pilihan tersebut. Bagi saya, yang utama adalah berusaha sekencang dan secepat mungkin, perihal benar atau salah, itu belakangan. Layaknya kita meluncurkan roket tanpa peduli roket itu sampai sasaran atau tidak—dan itu adalah hal yang sia-sia,” jelas Ricky.
Ketika ditanya mengenai strategi promosi yang dilakukan The Mymy, Dafa menjawab yang paling efektif ialah menampilkannya secara live.
“Akan tetapi, memperkenalkan materi kepada teman-teman kami sendiri dan khalayak lewat media digital juga tak kalah penting. Hal ini sangat menyenangkan,” ucap Dafa.
The Mymy menilai kebisingan musik di kota Cirebon bersifat menjalar.
“Segala keterbatasan yang ada membuat kami semangat untuk berkarya sekreatif mungkin dan lambat laun mengikuti arus seperti di kota besar. Melihat spirit dan support kawan-kawan lain yang sama membaranya dengan kami adalah hal yang menyenangkan sekaligus menantang. Spirit itulah yang membuat unit-unit dari kota ini tetap bising untuk selalu memperkenalkan karya-karyanya,” tutup Dafa.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Menengok Gegap Gempita Ekosistem Musik ‘Pinggiran’ di Kulon Progo
Pinggiran, pelosok, dan jauh, sepertinya tiga kata itu mewakili Kulon Progo. Biasanya, diksi-diksi tersebut muncul dari orang-orang yang tinggal di pusat kota, pokoknya yang banyak gedung-gedung dan keramaian. Diakui atau tidak, Kulon Progo memang …
Perspektif Pekerja Seni di Single Kolaborasi Laze, A. Nayaka, dan K3bi
“Rela Pergi” menjadi single kolaborasi perdana antara Laze, A. Nayaka, dan K3bi via Sandpaper Records (29/11). Tertulis dalam siaran pers bahwa proyek yang diinisiasi sejak pertengahan 2024—usai Laze merilis DIGDAYA dan sebelum …