FLEUR! – Fleur Fleur FLEUR!
Terlalu banyak kontradiksi dalam trio ini. Tiga perempuan, bisa terdengar bising, tapi juga manis, primitif tapi juga nge-pop, terasa lawas tapi juga kekinian. Yang pasti bisa membuat panggung sangat meriah! Mereka adalah FLEUR! yang baru merilis album penuh Fleur Fleur FLEUR! Dan belakangan baru tahu kalau energi mereka begitu maksimal baik dalam rekaman maupun di atas panggung.
Berawal dari band tribute untuk band rock n roll perempuan Indonesia era 60an, Dara Puspita bernama Flower Girl. Dilanjutkan berganti nama menjadi FLEUR! Mereka datang dari berbagai latar belakang bermusik. Yuyi bassis/vokal adalah bassis session player yang sempat menjadi bassis penganti Ivanka “Slank”. Tanya, gitaris/vokal sebelumnya adalah singer/songwriter. Sementara Tika, drums/vokal telah dikenal sebagai drummer band rock n roll 60an, Indische Party.
Tiga perempuan, bisa terdengar bising, tapi juga manis, primitif tapi juga nge-pop, terasa lawas tapi juga kekinian. Yang pasti bisa membuat panggung sangat meriah!
Lalu ada gitaris Rika Putri Anjani yang mengundurkan diri sewaktu proses rekaman. Itu sebab nama Rika masih muncul sebagai beberapa penulis lagu. Juga tamu vokal dalam satu-satunya lagu berbahasa Inggris, “Safe Flight”.
Selain lagu itu, dan mengambil nama FLEUR! dari bahasa Prancis yang berarti bunga, 10 lagu lainnya berbahasa Indonesia sepenuhnnya. Dan pengaruh Dara Puspita terdengar jelas. Lantas apa spesialnya mereka selain sekedar band tribut Dara Puspita?
Pertanyaan itu terlintas ketika memutar album ini. Warna, tema lagu, gaya penulisan lirik dan notasi vokal, dibalut musik ala Dara Puspita yang berseru groove 60an yang primitif tapi joget-able. Dengan nuansa musik surf rock/garage rock meluap di sana-sini. Hal itu langsung menyeruak di lagu pertama “Gadis Bunga” yang langsung mengajak berdansa.
Warna, tema lagu, gaya penulisan lirik dan notasi vokal, dibalut musik ala Dara Puspita yang berseru groove 60an yang primitif tapi joget-able. Dengan nuansa musik surf rock/garage rock meluap di sana-sini.
Nuansa selanjutnya kurang lebih sama. Di “Tak Bernada” musik surf rock 60annya mengajak kita ber-safari menunggangi ombak dengan papan surfing. Di “Jangan Harap” riff gitar kasarnya mengingatkan lagu “You Really Got Me” milik, band 60an The Kinks. “Muka Dua” terdengar seperti “Pesta Pak Lurah” milik Dara Puspita. Juga “Lagu Lama” dan “Agogo”, refrensinya masih sama. Tapi saya sama sekali tidak keberatan. Mereka berhasil membuat lagu-lagu sendiri dengan rasa Dara Puspita, dengan sound mix antara lawas dan modern, jadi relevan dengan saat ini.
Lagu “Agogo” sendiri langsung menjadi favorit saya. Sesuai definisnnya di KBBI, “tarian diiringi musik pop di kelab malam, diskotik, dan sebagainya”, istilah yang pernah sangat populer di 60an ini terbayar dengan musiknnya yang meriah dan joget-able.
Mereka berhasil membuat lagu-lagu sendiri dengan rasa Dara Puspita, dengan sound mix antara lawas dan modern, jadi relevan dengan saat ini
Formula ini kembali dipakai pada aransemen ulang lagu cinta klasik “Juwita Malam” gubahan Ismail Marzuki yang dinyanyikan Bilal Indrajaya. Bergaya musik agogo dengan paduan harmonisasi manis nan elok dari vokal latar Yuyi, Tanya dan Tika. Ada juga “Merona” yang sepintas terdengar seperti B-side nya, Naif. Dengan harmonisasi vokal manis, dan progresi kord musik pop yang kuat. Langsung jadi favorit saya kedua.
Yang ketiga adalah lagu cover “Oh Kasih” yang trippy. Line bass Yuyi terdengar berat, gitar Tanya mengawang-ngawang dan Tika bermain ketukan malas. Interpretasi lagu Titiek Puspa yang menarik. Album ditutup dengan “Safe Flight” yang muram. Seolah jadi lagu tema perpisahan dengan gitaris Rika.
Ada juga “Merona” yang sepintas terdengar seperti B-side nya, Naif. Dengan harmonisasi vokal manis, dan progresi kord musik pop yang kuat. Langsung jadi favorit saya
Lagu-lagu separuh terakhir album ini sukses menjadi penetral di antara bisingnya gitar ber-overdrive/reverb dan riuhnya drums dan bass dengan groove 60an. Dan selain Bilal Indrajaya dan Rika, ada dua tamu lain. Yaitu kibordis Adra Karim dan jurnalis Hasief Ardiasyah sebagai penulis lirik di “Break Sebat”.
Menarik mendengar “Break Sebat”, “Safe Flight”, “Oh Kasih” serta “Merona” yang seperti embrio jati diri FLEUR! dengan rasa Dara Puspita minimal. Begitu pun lirik yang tidak menggunakan diksi era 60an yang diumbar di lagu-lagu awal (lantai dansa, sukaria, agogo, diam yang berwibawa, dusta, oh malangnya). Berganti tentang break sebatang rokok, dan “Merona” yang sesungguhnnya tentang merana. Meski pemakaian diksi lawas dengan tema kini mereka sesungguhnya terasa jomplang. Namun baiknya adalah balutan musik rock n roll groove 60an yang elok jadi pengikat yang baik.
Menarik mendengar “Break Sebat”, “Safe Flight”, “Oh Kasih” serta “Merona” yang seperti embrio jati diri FLEUR! dengan rasa Dara Puspita minimal.
Bicara musik adalah hal lain lagi. Yuyi pada bass tau cara membuat orang menari dengan liukan nada-nada bassline 60annya. Kadang mengingatkan pada bassline khas Emil “Naif”. Master-nya bassline tempo dulu. Tika sebagai drummer bermain meletup-letup primitif tapi sesuai porsi, dan yang pasti joget-able. Apalagi Tanya yang perlu diberi sorotan tersendiri.
Menurut sumber terpercaya, ia baru pertama kali memegang gitar elektrik saat bergabung dengan Flower Girl/FLEUR! Sementara hasilnya di rekaman dan panggung, licks dan riff gitar rock lawasnya begitu kaya dan sangat catchy. Tidak berlebihan kalau mendaulat dirinya sebagai gitaris rock ‘n roll perempuan garda terdepan di kancah musik lokal saat ini.
keputusan berani mempertahankan formasi trio. Karena tantangannya tidak mudah. Mereka harus bernyanyi sambil bermain instrumen dengan lebih rapat (tight), untuk menutupi kekosongan gitaris ritem yang sebelumnya ada
Oke mari bicara perfomans mereka. Adalah keputusan berani mempertahankan formasi trio. Karena tantangannya tidak mudah. Mereka harus bernyanyi sambil bermain instrumen dengan lebih rapat (tight), untuk menutupi kekosongan gitaris ritem yang sebelumnya ada. Kelebihannya adalah dengan cuma bertiga, musikalitas mereka jadi lebih menonjol. Live mereka jadi lebih kompak dan tight.
Bicara live, penting diingat wajib untuk menyimak aksi mereka secara langsung. Karena band berpersonil semua perempuan sudah sangat langka dalam perjalan musik Indonesia beberapa dekade ke belakang. Apalagi dengan tema rock n roll lokal era 60an.
Musikalitas sangat baik, lagu-lagu yang kuat, kemampuan aransemen yang baik, dan show(wo)manship yang mumpuni. Jadi tunggu apa lagi? Segera tonton pertunjukan mereka secara langsung!
Artikel Terkait
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Solois Asal Binjai, Palep Angkat Kisah Masa Lalu di Single Kedua
Solois asal Binjai, Sumatera Utara bernama Palep resmi merilis single kedua bertajuk “You Still Call My Baby” hari Sabtu (30/11). Lagu ini bercerita tentang seseorang yang terjebak di situasi yang tidak bisa melupakan semua …
High No Man Menghadirkan Karya Reggae Dub yang Berbeda
Proyek reggae dub asal Tuban, Jawa Timur bernama High No Man resmi meluncurkan maxi-single bertajuk More High yang berisikan 2 lagu yaitu “Beat Down Babylon” dan lagu yang berjudul sama dengan maxi-single. Materi ini …