Forestra 2024 Hadirkan Orkestra Megah yang Menyatu dengan Hutan dan Alam

Sep 3, 2024

Di tengah sejuknya udara Lembang, Orchid Forest Cikole menjadi latar yang sempurna untuk sebuah acara musik yang magis, Forestra 2024 pada hari Sabtu (31/08). Pagelaran ini memadukan keindahan alam dengan penampilan musik orkestra berkualitas, sehingga menciptakan pengalaman tak terlupakan bagi para penonton yang hadir.

Siang itu, tim Pophariini bersama rekan media-media dari Jakarta datang sebelum para penampil beraksi di panggung. Sembari menunggu, kami menyempatkan untuk bergabung di Area Gema yang mana terdapat sesi diskusi yang penuh inspirasi mengenai karya dan warisan Harry Roesli. Selain itu, area ini juga terdapat hiburan musik dari Norrm Radio, Abadi Records, Radio Rumah Oma, dan Vacations Record. 

Setelah meninggalkan Area Gema, kami langsung menuju ke Area Simfoni, yang merupakan panggung utama di Forestra 2024. Tepat pukul 15.30, Nadin Amizah naik ke atas panggung dan membawakan lagu pertamanya, “Seperti Tulang”. Ia juga membawakan lagu-lagu seperti “Kekal”, “Semua Aku Dirayakan”, dan “Rayuan Perempuan Gila”, yang semuanya disambut meriah oleh penonton.

Penampilan Nadin Amizah di Forestra 2024 / Dok. Forestra

 

Nadin menutup penampilannya dengan lagu “Sorai” dan berpamitan, “Saya Nadin Amizah, saya punya banyak cerita, terima kasih sudah mendengarkan.”

Selain tampil solo, Nadin juga berkolaborasi dengan Erwin Gutawa Orchestra, yang rencananya akan tampil malam harinya bersama Efek Rumah Kaca, Isyana Sarasvati, Diskoria, Scaller, hingga Tulus.

Sambil menunggu penampil berikutnya, kami bertemu dengan salah seorang penonton bernama Ayu Kyomi. Perempuan asal Cimahi ini rela menempuh perjalanan lebih dari satu jam untuk datang ke Forestra.

Suasana penonton menunggu musisi favoritnya tampil di atas panggung / Dok. Faiz Adzkia

 

“Aku naik dua kendaraan ke sini, pertama mobil lalu ojek online. Sabtu di Lembang pasti macet dan banyak acara,” kata Ayu.

Meski baru pertama kali datang ke Forestra, Ayu sudah lama penasaran. “Sebenarnya sudah beberapa kali tahu tentang Forestra, tapi baru kali ini bisa datang. Penasaran karena menarik,” ujarnya.

“Sangat menakjubkan, berbeda dengan konser lain karena diadakan di tengah hutan dan suasananya juga unik,” kesan Ayu tentang pengalaman pertamanya di Forestra.

Majelis Lidah Berduri (Melbi) menjadi penampil kedua yang memanaskan panggung Area Simfoni di Forestra. Penonton memberikan sambutan meriah karena band ini cukup jarang tampil di Bandung. Lagu “Selat, Malaka” dari album NKKBS Bagian Pertama menjadi pembuka penampilan mereka.

“Senang sekali dan terima kasih kepada Forestra yang telah mengundang kami, sekelompok dukun semi profesional dari Kasihan, Bantul, Yogyakarta,” ucap Ugoran Prasad, vokalis Majelis Lidah Berduri, memperkenalkan bandnya kepada penonton.

Menariknya, dalam penampilan di Forestra, Ugoran Prasad dan kawan-kawan juga membawakan beberapa lagu dari album baru mereka, Hujan Orang Mati. Sehari sebelumnya, mereka menggelar sesi dengar album tersebut di salah satu tempat di Bandung.

Selama 45 menit, Melbi membawakan lagu lama dari album Anamnesis seperti “Sepasang Kekasih yang Bercinta di Luar Angkasa”. Selain itu, mereka juga memainkan “Akhirnya Masuk TV”, “Bioskop, Pisau Lipat”, dan “Dapur, NKK/BKK”.

Tidak hanya penonton yang menikmati aksi Melbi, musisi seperti Cholil (Efek Rumah Kaca) dan Herry Sutresna juga terlihat hadir dan menikmati pertunjukan. Lagu “Cahaya, Harga” menutup penampilan band asal Yogyakarta di Forestra sore itu.

Cholil (Efek Rumah Kaca) dan Herry Sutresna berfoto bersama / Dok. Faiz Adzkia

 

Setelah menyaksikan penampilan mereka, kami langsung bertemu dengan Majelis Lidah Berduri yang baru saja selesai manggung. Kami memulai sesi wawancara dengan bertanya apakah mereka pernah tampil di tengah hutan seperti di Forestra kali ini.

“Ini pertama kali tampil di suasana hutan, meskipun sehari-hari kami tinggal dekat hutan ya [tertawa],” jawab Ugoran Prasad, vokalis band tersebut.

Ugo juga menambahkan bahwa melihat penonton yang duduk tenang menikmati penampilan mereka mengingatkannya pada masa-masa awal karier band tersebut. “Dulu sering merasakan penonton duduk, itu sangat menyenangkan.”

Meskipun sering dianggap sebagai band mitos, belakangan ini mereka sering manggung di berbagai acara dan festival. Hal ini pun ditanggapi oleh para personelnya.

“Gak apa-apa, selama neracanya balance, gak apa-apa sih [tertawa],” berkata Yossy Hernan, gitaris band tersebut.

Ugoran juga memberikan tanggapannya terhadap hal ini.

“Gak apa-apa, kami ingin main di tempat-tempat yang belum pernah kami datangi, karena sudah waktunya untuk itu. Dan untungnya, kami ditolong oleh teman-teman dari berbagai tempat, seperti Surabaya dan terakhir di Bali,” tutup Ugo.

Wawancara bersama Majelis Lidah Berduri usai tampil / Dok. Faiz Adzkia

 

Menjelang break maghrib, giliran Jason Ranti yang naik panggung untuk menghibur penonton. Dengan gaya santai namun penuh pesan, pria yang akrab disapa Jeje ini membuka penampilannya dengan lagu “Stefani Anak Seni”.

Selama 45 menit, Jeje membawakan beberapa lagu favoritnya seperti “Lagunya Begini, Nadanya Begitu”, “Hari Hari Musik”, “Sekilas Info”, hingga “Variasi Pink”.

Sebelum malam benar-benar tiba, panggung utama Forestra kembali dihangatkan oleh The Adams. Meskipun kabut menyelimuti area penonton dan panggung, gebrakan rock alternatif yang penuh energi dari mereka berhasil membangkitkan semangat penonton yang berkumpul di antara pepohonan.

Saleh Husein (Ale) cs membawakan lagu-lagu hits seperti “Hanya Kau”, “Masa-Masa”, dan “Pelantur”. Mereka juga menunjukkan kepedulian terhadap konflik di Palestina dengan membawakan lagu “Timur”, yang dikhususkan untuk saudara-saudara di sana. “Lagu ini untuk saudara kita di Palestina,” ujar Ale.

The Adams beraksi di Forestra dengan membawakan tembang hitnya / Dok. Faiz Adzkia

 

Setelah beberapa band tampil dengan penampilan energik mereka, kini acara yang ditunggu-tunggu pun dimulai, yaitu penampilan dari Erwin Gutawa Orchestra yang mana memukau penonton dengan membawakan lagu pertama yaitu, “Angin Malam.”

Penampilan mereka yang memukau itu menjadi pembuka dari serangkaian kolaborasi menarik yang menambah kehangatan dalam acara ini. Erwin Gutawa Orchestra kemudian berkolaborasi dengan Efek Rumah Kaca, sebuah momen yang sangat dinanti. Dalam kolaborasi ini, mereka membawakan tiga lagu ikonik dari Efek Rumah Kaca: “Desember,” “Cinta Melulu,” dan “Seperti Rahim Ibu.” Setiap lagu dibawakan dengan sentuhan orkestra yang memukau, menghadirkan pengalaman baru bagi para penggemar.

Selepas tampil, kami berkesempatan untuk menemuinya. Mereka menyambut kolaborasi dengan Erwin Gutawa Orchestra di Forestra dengan antusias. “Senang sekali karena kami belum pernah tampil dengan orkestra penuh seperti ini. Sebelumnya, kami pernah tampil dengan orkestra tapi hanya dalam set kecil. Kali ini berbeda, lebih grande, ditambah lagi dengan suasana yang sangat mendukung,” kata Poppie, bassist dari Efek Rumah Kaca.

Cholil, vokalis band tersebut, menambahkan, “Tidak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa kami bisa bekerja sama dengan Erwin Gutawa dan Jay Subyakto di venue yang seindah ini.”

Efek Rumah Kaca bersama salah satu kru Forestra / Dok. Faiz Adzkia

 

Setelah Efek Rumah Kaca, kini giliran Nadin Amizah kembali tampil, kali ini dengan iringan orkestra di bawah pimpinan maestro Erwin Gutawa. Suaranya yang syahdu berpadu sempurna dengan aransemen megah dari Erwin Gutawa Orchestra, menciptakan momen yang begitu emosional. Lagu-lagu seperti “Surya Tenggelam” dan “Bertaut” bergema dan membawa penonton takjub akan penampilannya.

Namun, cuaca tak bersahabat malam itu, dengan hujan mengguyur lokasi. Meskipun begitu, semangat para penampil dan penonton tetap tak surut. Erwin Gutawa Orchestra tetap melanjutkan kolaborasi mereka, kali ini dengan band SCALLER. Mereka membawakan lagu “The Youth” yang tetap menyentuh meski dalam kondisi cuaca yang kurang bersahabat.

Hujan terus mengguyur, namun itu tidak menghentikan acara. Erwin Gutawa Orchestra kembali berkolaborasi, kali ini dengan Isyana Sarasvati. Sebagai penutup dari gelaran spektakuler ini, Erwin Gutawa Orchestra berkolaborasi dengan Tulus. Mereka membawakan lagu-lagu populer seperti “Ingkar,” “Manusia Kuat,” dan “Hati-hati di Jalan.” 

Penampilan Erwin Gutawa Orchestra bersama Tulus menutup Forestra 2024 / Dok. Forestra

 

Forestra 2024 bukan hanya sebuah konser musik, tetapi sebuah perayaan harmoni antara alam dan musik. Meski cuaca tidak mendukung, tapi semangat para musisi dan penonton tidak pernah padam dan patut diapresiasi. Sampai jumpa di acara berikutnya.

 

Penulis
Faiz Adzkia
Anak rantauan dari kota yang disebut oleh band yang bernama, GRIBS. Klaten!
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Eksplor konten lain Pophariini

Menang Rhyme Pays Season 1, Al Smith Langsung Rilis Album BAIT

Setelah keluar sebagai pemenang Rhyme Pays Season 1 pada Agustus lalu, musisi hip hop asal Condet, Jakarta Timur Al Smith langsung tancap gas meluncurkan album penuh perdana dalam tajuk BAIT hari Minggu (08/09) dalam …

Juicebox Asal Depok Kembali Bahas Kehidupan Mahasiswa di Single Home

Band asal Depok bernama Juicebox resmi meluncurkan single anyar dalam tajuk “Home” hari Jumat (16/08). Seperti karya-karya sebelumnya band yang terbentuk dari jurusan FISIP UI ini kembali membahas topik-topik yang berhubungan dengan kehidupan mahasiswa. …