Fourtwnty – Nalar

May 26, 2023

Selalu ada cerita menarik dari sebuah perkenalan, baik pertemuan langsung maupun lewat perantara. Saya mengenal Fourtwnty dari seorang teman, yang menyuruh saya untuk mendengarkan album Lelaku.

“Coba deh lo dengerin. Ini album bagus,” kira-kira begitu ungkapnya.

Sejak album pertama Fourtwnty beredar 8 tahun yang lalu, disusul banyak festival yang mengundang mereka untuk bermain. Saya tetap belum pernah mendengarkannya secara menyeluruh atau menyetujui pendapat dari teman saya, iya benaran bagus.

Meskipun tidak intens mendengarkan lagu-lagu yang sudah dihasilkan, saya kerap menonton aksi Fourtwnty di berbagai kesempatan. Salah satu yang berkesan, hati saya bergetar saat mereka membawakan lagu “Aku Tenang” di Bekasi. 

Sekian tahun berlalu dari situasi yang paling berkesan itu, saya menyimak karya terbaru Fourtwnty. Terdapat jeda 5 tahun dari materi terakhir Ego & Fungsi Otak yang menampilkan lagu hit “Zona Nyaman” untuk sampai di perilisan Nalar ini. 

Fourtwnty mempersembahkan cerita-cerita baru, yang sebut saja masih berkaitan dengan kehidupan. Terdengar sakral ketika Ari Lesmana mengucapkan mukadimah, “Pada akhirnya, apa yang kucinta berubah menjadi trauma. Aku mencintai traumaku” untuk membuka albumnya. 

Album Nalar memiliki durasi lebih lama beberapa menit dari dua album mereka yang sebelumnya. Nyanyian berlanjut ke nomor yang kedua “Larasuka”. Irama yang diberikan Fourtwnty masih tenang, namun meresahkan. Sama seperti lagu pertama, seakan hidup butuh memasrahkan saja apabila keadaan memang sudah tidak sanggup lagi.

 

Videoklip “Larasuka” yang diproduksi Cerahati Indonesia oleh sutradara Edy Khemod cukup menggambarkan makna sang lagu. Tanpa membaca lirik, video berhasil mempresentasikan apa yang dituliskan. Merasa sepi di keramaian kota yang sibuk, lama-lama membunuh. 

Tiga lagu pertama di album Nalar memiliki aransemen musik yang sendu maksimal. Ibaratnya, tak ada pembeda yang menonjol termasuk “Aku = Kamu”. Sementara lagu keempat “Besi Tua” yang sedikit berbeda dengan menghadirkan nuansa samba pada menit ke 3. Saya pun langsung memutuskan untuk menjadikan lagu ini paling favorit. 

Setelah mengajak dansa santai, Fourtwnty menenggelamkan pendengar ke dalam lagu “High”. Lirik yang ditulis, entah sekadar perumpamaan akan sesuatu atau benar-benar untuk seseorang yang dipuja. Saya hanya membayangkan, apabila lagu dibawakan Fourtwnty di panggung. Konsep yang mereka tampilkan harus sama sendunya.

Sudah melewati setengah perjalanan album, saya menanti lagi yang memikat. Begitu mendengarkan lagu yang berikutnya “Rammang-Rammang” ternyata kelewat sendu. Namun, lagu ketujuh “Nematomorpha” dengan unsur reggae bisa membuat hari yang suntuk menjadi terang.

Ketika harus berkomentar untuk dua lagu yang sudah lebih dulu rilis dalam bentuk single, baik “Kursi Goyang” maupun buah kolaborasinya dengan Charita Utami di lagu “Mangu”. Saya tak merasa harus mengubah pandangan, bahwa keduanya belum bisa menandingi lagu-lagu hit yang terdahulu karena bahasanya semakin tak mudah dicerna. 

Jika Fourtwnty bertujuan mengemas album untuk bisa didengarkan secara utuh. Nalar sudah menjawabnya dengan lagu penutup “Pintu Keluar” yang ternyata lanjutan dari nomor pertama.

Usaha Fourtwnty dengan membawa rasa-rasa yang baru lewat suguhan album berisi 10 lagu ini masih berada di zona nyaman. Menurut pendapat saya yang bukan penggemar mereka, Fourtwnty bisa melakukan eksplorasi lebih dalam hal aransemen musik agar mungkin mendapatkan pendengar baru lagi.

Terlepas dari aransemen musik yang sudah menjadi khas mereka, saya ingin memuji desain untuk sampul album Nalar. Fourtwnty seperti kembali ke album pertama dengan goresan surealisme. Perpaduan warna serta gambar-gambar yang tertera pada sampulnya cukup sesuai untuk mewakili satu per satu lagu di album.


 

Penulis
Pohan
Suka kamu, ngopi, motret, ngetik, dan hari semakin tua bagi jiwa yang sepi.

Eksplor konten lain Pophariini

Daftar Label Musik Independen dari Berbagai Kota di Indonesia 2024

Berbicara tentang label musik tentu bukan hal yang asing lagi bagi siapa pun yang berkecimpung di industri ini. Mengingat kembali band-band yang lekat dengan label raksasa sebagai naungan, sebut saja Dewa 19 saat awal …

Wawancara Eksklusif Kossy Ng dan Dimas Ario Spotify: Edukasi Stream dan Musik Berbayar Masih Jadi Tantangan Besar

Saat menentukan apa saja yang ingin diangkat untuk KaleidosPOP 2024, tim redaksi Pophariini langsung berpikir soal keberadaan platform streaming musik yang menjadi salah satu tolok ukur kesuksesan perjalanan band dan musisi di era ini.  …