Solois asal Solo, Gandhi Asta melanjutkan perjalanan bermusik dengan meluncurkan single kedua bertajuk “White and Blue” tanggal 30 Mei lalu. Perilisan ini menyusul materi perdananya tahun 2024 lalu.

Dalam lagu ini, Gandhi mengeksplorasi tema kehilangan dan perpisahan melalui simbolisme warna dalam balutan genre indie-pop/akustik yang lembut dan kontemplatif. Pophariini sempat menghubungi sang solois hari Selasa (10/06) untuk mengetahui lebih lanjut tentang lagu tersebut.

“Sebagian besar orang pasti mengalami kesedihan mendalam soal kehilangan, perpisahan, atau mengalami fase gelap dari hidupnya. Setiap orang akan berusaha melewati itu, dan percaya akan ada cahaya dan titik terang atau hikmah dari apa yang sudah dialami,” kata Gandhi.

Gandhi mengaku penggunaan simbol dan metafora dalam lirik lagu “White and Blue tercetus saat ia menuliskannya di pantai di Bali saat momen matahari terbit. Putih dilambangkan sebagai kertas kosong tempat mimpi ditulis, sedangkan biru mewakili kesedihan, kedalaman, dan perpisahan.

“Lagu ini menyiratkan bahwa dalam harmoninya, atau ketika kita mampu menemukan hikmah, kita akan menemukan petunjuk tentang siapa kita dan ke mana kita akan pergi atau melangkah selanjutnya,” jelasnya.

Perbincangan ditutup dengan laporan geliat musik Solo dari kacamata Gandhi Asta. Ia merasa dengan adanya Lokananta Bloc membuat iklim musik di kotanya penuh aktivasi yang dirasa banyak menghadirkan semangat berkarya bagi musisi.

“Entah band yang baru atau yang sudah lama hiatus, dan banyak karya musik yang fresh dan terdengar otentik yang lahir dari musisi atau band di Solo. Intinya, saat ini Solo lagi seru-serunya,” pungkasnya.