Rekomendasi: Gardenia – Meadow of Heaven

Jan 25, 2022

Musik bisa datang dari mana saja, bahkan dari daerah yang kadang terlewat dari radar kita, seperti Banjarnegara misalnya. Coba sekarang kita pikir, apa yang terbaik yang pernah datang dari kota ini? Sekilas pengamatan saja, kabupaten kecil di Jawa Tengah ini tidak menyimpan apa-apa selain tempat wisata Dieng yang menjadi destinasi dari para pendaki. Sisanya, saya tidak memikirkan apa-apa lagi, bahkan musiknya. Setidaknya, tidak sampai saya menemukan Gardenia, duo akustik yang berhasil mengubah persepsi saya tentang kota ini.

Thanks to Irama Kotak Suara, saya menemukan Gardenia pertama kali dari program ini. Mereka adalah angkatan awal sejak program ini bergulir di awal pandemi lalu. Duo yangterbentuk sejak 2013 ini digagas oleh Adit Christo (guitar) dan Susmia Kendedes (vocal) yang mengkiblat pada musik-musik tahun 90-an dan lirik-lirik yang kental dengan karakter metal-doom.

Wait, wait metal-doom? Jangan membayangkan mereka akan terdengar seperti Saint Vitus, Pentagram, Earth atau mungkin Sun O))), mereka tidak se-heavy walaupun in some cases, Gardenia punya intensitas yang mirip, dalam hal ekspresi musiknya.

Tarikan vokal Susmia, yang juga penulis lirik semua lagu Gardenia ini memiliki selera musik yang berkiblat metal eropa, sedangkan gitaris Adit lebih condong kepada musik-musik alternative/akustik. Perbedaan inilah membuat Gardenia tumbuh menjadi proyek musik yang disajikan terlihat berbeda.

Meadow of Heaven, rilisan mereka yang baru tahun ini dirilis dalam format kaset, awalnya adalah sebuah set rekaman yang diterbitkan secara digital lewat streaming service sejak 2020 silam. Namun somehow, saya tertarik membahasnya di tahun ini dengan maksud agar siapapun yang mendengar dan menemukan mereeka bisa mulai memperhitungkannya dalam kancah musik tanah air.

Ada 4 lagu di dalam EP ini, “Let Me Draw You Tonight”, “Jovian”, “Meadow Of Heaven”, “Somewhere Among The Sea Of Star”. Benang merah akustik dengan lirik-lirik yang gelap dan kesedihan yang mendalam tergambar jelas dalam tiap albumnya.

Awalnya saya mendengar irisan-irisan, meski mungkin tak berhubungan, ala Mazzy Star di sini. Namun ketika saya gali lebih dalam, saya justru menemukan warna-warna baru di radar saya yang somehow, terkait erat (menurut saya) dengan mereka, seperti Alcest, Novembers Doom, Les Dicrets, SubRosa Beautiful Death dan band-band doom/black metal yang punya kebekuan dan kepekatan, aransemen akustik yang sama, baik sebagian maupun keseluruhan.

Membayangkan tarikan vokal sengau Susmia dan petikan balada sedih dari Adit, saya serasa berada dalam kegelapan kabut di puncak gunung dengan membawa semua kesedihan yang dingin dan merayakannya dengan sepenuh hati sampai tuntas, jika tidak sadar, saya bahkan akan menangis sampai yang paling ekstrimnya, meloncat dari ketinggian.

Begitu kuat emosi sedih dan kemarahan yang ditumpahkan di album ini sampai-sampai saya menolak untuk mendengarkan ini di suasana kasual, seperti sambil menyetir di jalan tol. Karena saya tahu pasti saya tidak mampu melanjutkan perjalanan.

Itu saya, namun mungkin saja berbeda dengan kalian yang mendengarkan mini album ini. Saya jadi penasaran, bagaimana mendengar mereka bermain live di depan mata saya ya? Hmm, mungkin saja di tahun ini bisa kejadian.

____

Penulis
Wahyu Acum Nugroho
Wahyu “Acum” Nugroho Musisi; redaktur pelaksana di Pophariini, penulis buku #Gilavinyl. Menempuh studi bidang Ornitologi di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, menjadi kontributor beberapa media seperti Maximum RocknRoll, Matabaca, dan sempat menjabat redaktur pelaksana di Trax Magazine. Waktu luang dihabiskannya bersama bangkutaman, band yang 'mengutuknya' sampai membuat beberapa album.

Eksplor konten lain Pophariini

5 Lagu Indonesia Pilihan The Cottons

Meski tidak seheboh musisi lainnya, namun tahun ini bisa dibilang juga merupakan tahunnya The Cottons. Bukan sekadar omong kosong, namun jika menengok kembali penampilan mereka di festival atau berbagai acara lain, sudah pasti panggung …

ghxzy Melangkah Lebih Jauh dengan Album Mini Terbaru

Penyanyi rap dan produser asal Jakarta Selatan, ghxzy (Baca: Ghazy) resmi merilis album mini berjudul BIAR PELURU MENEMBUS KULITKU (14/10).     Musisi yang mulai menapaki karier musiknya pada 2018 ini membagikan kisah awal …