Hari Kemerdekaan: Band Bertahan di Masa Pandemi
Menyambut Hari Kemerdekaan tahun kedua di masa pandemi, Indonesia masih terjajah oleh virus. Keputusan pemerintah atau apa yang kita semua harus lakukan masih sama, yaitu tentang kewaspadaan.
Saat penyebaran vaksin sudah berjalan, target penerimaan sepertinya belum merata. Harapan orang-orang ketika mereka bertahan. Semakin diberi kekuatan dalam melakukan cara apapun.
Tahun 2019 seakan menjadi perpisahan bagi panggung musik, dari mulai skala yang kecil hingga besar. Pemandangan yang ramai kini di suatu lokasi tanpa harus merasa khawatir, sangatlah dirindukan.
Kami pun menghubungi lima manajer band untuk berbagi rasa, apa yang mereka alami dan apa yang mereka lakukan. Tak ada yang mulus untuk bertahan namun hanya itu yang mereka dan kita semua bisa lakukan.
Simak wawancaranya berikut ini.
Dipta Rengga Kumala (Dipta) – Manajer Tipe-X
1. Apa arti merdeka bagi band dan kamu sebagai manajernya?
Bicara tentang merdeka, maka kita akan bicara tentang sebuah kebebasan. Meluaskan artiannya dari sekedar memerdekakan diri dari penjajah. Merdeka dalam berkarya, merdeka dalam berekspresi. Meluapkan segenap rasa dan semua pola kreasi seru yang kita punya. Beberapa personil kita mengekspresikannya dengan gaya ikonik di atas panggung. Kalo saya sebagai manager, arti merdeka dalam konteks band adalah independen.
2. Strategi bertahan di masa pandemi yang sudah dilakukan band dan apa rencana ke depan memperbaiki yang tidak berhasil?
Dari pandemi ini kita banyak belajar, bahwa digital ke depan akan sangat berpengaruh di industri musik. Jadi pelan-pelan kita mulai serius menghadapi digitalisasi di industri musik, kita mulai perbanyak konten- konten yang memang disiapkan hanya untuk platform digital.
3. Apakah band juga menerima tawaran pemasukan selain dari musik selama masa pandemi?
Kalo sebagai band tidak, tapi kalau secara personal masing-masing talent kita menerima tawaran yang memang sesuai secara kemampuan personil kita.
4. Apa pertimbangan band saat menentukan budget manggung, misalnya saat menerima tawaran konser virtual?
Salah satu pertimbangan yang saya ambil pada saat menentukan budget dalam suatu event adalah konsep acara dan siapa yang membuat acara tersebut.
5. Terakhir, apa siasat band untuk ke depannya dalam menghadapi masa pandemi yang masih tidak ada kepastian ini?
Siasat yang kami lakukan salah satunya dengan pelan-pelan beralih ke digital serta memaksimalkan community management fans club kami.
Tresna Galih (Tresna) – Manajer Koil
1. Apa arti merdeka bagi band dan kamu sebagai manajernya?
Esensi merdeka disini mungkin lebih ke independensi kali ya, jadi ketika akhirnya kami bisa mengerjakan apa-apa yang kami kehendaki dan bisa mengaplikasikannya, mungkin itu definisi merdekanya.
2. Strategi bertahan di masa pandemi yang sudah dilakukan band dan apa rencana ke depan memperbaiki yang tidak berhasil?
Sejauh ini kami sedang rajin-rajinnya merilis apa yang bisa kami rilis. Kami coba merilis beberapa materi yang bisa kami rilis. Baik itu output-nya rilisan fisik atau merchandise. Selain itu, ya mencoba bernegosiasi saja sih dengan situasi sekarang. Kayak mulai rajin lagi bikin konten-konten digital, mulai me-rebranding lagi. Sejauh itu sih yang kami lakukan, aktif merilis beberapa rilisan fisik dan mulai mengerjakan beberapa project/program digital.
3. Apakah band juga menerima tawaran pemasukan selain dari musik selama masa pandemi?
Ya, tentu saja. Belum lama ini Otong jadi buzzer salah satu produk makanan di Bandung. Jadi, apa saja sih sekarang ini kita ambil, gimana caranya bisa bertahan.
4. Apa pertimbangan band saat menentukan budget manggung, misalnya saat menerima tawaran konser virtual?
Yang pertama standar sih, kayak kita liat konten acaranya dulu. Kita lihat sponsorship. Kadang juga banyak beberapa panggung atau konser virtual, yang memang budget-nya nggak sesuai. Tapi at least kita lihat si festival virtual itu apakah bisa memberikan value lain kepada kami. Kayak ampilifikasi yang bagus, impact yang bagus juga setelah kami manggung dari sana.
5. Terakhir, apa siasat band untuk ke depannya dalam menghadapi masa pandemi yang masih tidak ada kepastian ini?
Kita mencoba beradaptasi dengan situasi seperti ini. Kita mulai mencoba peruntungan baru dengan membuat beberapa program digital. Terus juga sambil menggali lagi beberapa materi-materi lama yang mungkin akan kami rilis kembali. Sambil nyiapin album baru juga sih. Kalau nggak ada halangan di tahun ini, mungkin.
Diendha Febrian (Dinda) – Manajer FSTVLST
1. Apa arti merdeka bagi band dan kamu sebagai manajernya?
Bagi band, merdeka bebas dari bentuk kekhawatiran akan penggunaan karya dan atau hak cipta, bebas untuk berekspresi dalam karya tanpa mencederai tentu saja. Bagi manajer, bebas merdeka menentukan fee band [tertawa].
2. Strategi bertahan di masa pandemi yang sudah dilakukan band dan apa rencana ke depan memperbaiki yang tidak berhasil?
Strategi kami menyesuaikan diri dengan kondisi tanpa menghilangkan jati diri, bermacam bentuknya, termasuk menahan diri dari keinginan segera manggung lagi. Rencana ke depannya, membuat band masih didukung oleh pecinta musik.
3. Apakah band juga menerima tawaran pemasukan selain dari musik selama masa pandemi?
Iya dong, selama tidak mencederai visi misi dan karakter band.
4. Apa pertimbangan band saat menentukan budget manggung, misalnya saat menerima tawaran konser virtual?
Pertimbangan? Hmmm banyak.
5. Terakhir, apa siasat band untuk ke depannya dalam menghadapi masa pandemi yang masih tidak ada kepastian ini?
Siasatnya, tetap terhubung walau berjarak.
Ilham (Ndowe) – Manajer Sisitipsi
1. Apa arti merdeka bagi band dan kamu sebagai manajernya?
Merdeka berarti memiliki kebebasan untuk menjalani hidup tanpa ada tekanan dan paksaaan. Sebagai musisi, tentunya kita ingin mengaplikasikan kemerdekaan itu dengan bebas untuk berkarya, “Merdeka menurut kita bisa bebas untuk berkarya tanpa ada tekanan.”
2. Strategi bertahan di masa pandemi yang sudah dilakukan band dan apa rencana ke depan memperbaiki yang tidak berhasil?
Karena menunggu dan mengeluh bukan pilihan, maka kreativitas adalah jalan terbaik di era pandemi ini. Tidak bisa dipungkiri kalau pandemi COVID-19 ini memberi dampak yang signifikan di berbagai bidang kehidupan, termasuk di industri musik. Beratnya lagi, industri ini mengandalkan pertunjukan live dengan massa banyak sebagai salah satu pemasukan utamanya. Dampaknya sangat jelas, tidak bisa tampil di panggung selama pandemi membuat pemasukan menjadi seret. Jelas sangat terpukul, tapi kalau suruh menyerah ya tunggu dulu. Saya yakin masih ada cara untuk menyiasati pandemi ini. Untuk kondisi pandemi ini media sosial tidak lagi sekadar jadi media promosi event, tetapi harus menjadi salah satu tempat utama kita untuk membangun interaksi dengan penggemar dengan berbagai kreativitas program konten yang kita buat. Agar kemudian kita bisa tau, bahwa tantangannya adalah bagaimana kita bisa membuat konten yang menarik perhatian publik di tengah persaingan yang begitu banyak. Caranya tentu bervariasi dan disesuaikan dengan kreativitas dari karakter masing-masing musisi.
3. Apakah band juga menerima tawaran pemasukan selain dari musik selama masa pandemi?
Jelas terima dong pemasukan selain musik. Musisi bukan sepenuhnya musisi selama pandemi. Jadi penyiar radio, host di event-event virtual, menjadi narasumber webinar bahkan KOL/influencer promo campaign. Mungkin dengan modal komunitas fans yang cukup massive. Talent yang saya handle seperti Sisitipsi, Nadila Wantari, dan Mutia Rachmi pun cukup sering dilirik oleh brand-brand di masa pandemi.
4. Apa pertimbangan band saat menentukan budget manggung, misalnya saat menerima tawaran konser virtual?
Memang agak berbeda dari kegiatan konser offline biasanya, di era pandemi ini dalam menentukan budget tawaran virtual ada beberapa budget tambahan yang perlu diperhatikan selain dari budget performance itu sendiri, yaitu seperti budget publishing dan budget protokol kesehatan. Terkadang ada beberapa konser virtual yang mengharuskan artisnya sendiri yang produksi video perform. Pada akhirnya bisa membuka kolaborasi dengan studio tempat latihan hingga production house buat hal ini. Alhamdulillah bisa jadi berbagi rejeki juga.
5. Terakhir, apa siasat band untuk ke depannya dalam menghadapi masa pandemi yang masih tidak ada kepastian ini?
Semenjak pandemi itu, musik nggak cuma bisa didengar tapi juga bisa ditonton. Musisi sekarang lebih dituntut kreatif di bidang kemasan videonya juga. Bisa jadi trend ini akan terus digunakan walaupun sudah tidak pandemi lagi. Jadi musisi harus siap putar otak bagaimana caranya menghadirkan kemasan baru setiap konser virtual kedepannya.
Ajie Dewantoro (Ajiebond) – Manajer MALIQ & D’Essentials
1. Apa arti merdeka bagi band dan kamu sebagai manajernya?
Bebas berekspresi dalam berkarya pastinya kalau buat band. Dari gue melakukan yang terbaik untuk band tanpa rasa khawatir.
2. Strategi bertahan di masa pandemi yang sudah dilakukan band dan apa rencana ke depan memperbaiki yang tidak berhasil?
Mencoba untuk tetap produktif dalam karya dan tetap eksis. Buat gue, MALIQ dari sisi digital nggak boleh putus. Apapun harus dikerjakan, mulai dari membuat lagu sampai membuat konten apapun yang positif. Rencana ke depan memperbaiki yang tidak berhasil, lebih fokus lagi terhadap semua yang berbau digital untuk bisa digarap selama menunggu off air bisa berjalan lagi.
3. Apakah band juga menerima tawaran pemasukan selain dari musik selama masa pandemi?
Apapun itu terima. Gue kasih contoh, Angga. Angga ya sekarang salah satu penyelamatnya dia, golf. Tapi sesuai dengan bidangnya ya. Lale, Ilman itu dia kayak kerjasama makanan. Di luar musik kita (MALIQ) terima.
4. Apa pertimbangan band saat menentukan budget manggung, misalnya saat menerima tawaran konser virtual?
Kita nggak menurunkan harga. Pertama, kita salah satu yang terdampak pandemi. Kedua, pihak penyelenggara sebagian itu adalah perusahaan-perusahaan atau sponsor-sponsor yang tidak terlalu terdampak besar karena pandemi. Gue nggak menurunkan harga MALIQ sama sekali. Tapi gue lebih fleksibel dalam arti kalau dulu gue enggak mau diketeng ibarat kata ya, 3 lagu atau 6 lagu. Sekarang gue lebih fleksibel menentukan. Tapi, gue nggak memurahkan dikarenakan pandemi. Intinya harus lebih fleksibel lah di masa sekarang tanpa menghancurkan diri sendiri.
5. Terakhir, apa siasat band untuk ke depannya dalam menghadapi masa pandemi yang masih tidak ada kepastian ini?
Di saat sekarang gue bilang (ke MALIQ), kalau kita mau bertahan nanti setelah pandemi ini kita masih mau tetap ada di saat kita normal yang bisa kita lakukan sekarang adalah jangan sampai orang berpikir bahwa industri ini mati total. Nah caranya gimana, kita tetap ada. Apapun yang bisa dikerjakan selama itu positif, lakukan deh. Menjaga eksistensi, orang tau oh iya kita ada. Kita masih ada, kita masih mau berkarya, kita masih mau, terlihat semangatnya. Jadi, orang juga akan semangat menanti kita. Tapi, kalau kita sudah menghilang sekarang. Begitu nanti sikonnya normal, orang juga sudah nggak semangat-semangat amat untuk melihat kita lagi. Biarkan rasa kangen ini tumbuh terus di mereka (fans, penyelenggara). Menjaga eksistensi di dunia digital itu yang harus dilakukan.
Ilustrasi oleh Agung Abdul.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota
Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …
5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac
Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …