Indra7 – Rubber Duck EP
Salah satu hal yang menarik dari perhelatan Record Store Day adalah menemukan rilisan-rilisan unik dari masing-masing musisi. Rubber Duck EP dari Indra7 adalah satu diantaranya, dan mungkin ini satu-satunya rilisan musik elektronik dalam bentuk kaset yang ada di Record Store Day tahun ini.
Rubber Duck adalah EP ketiga Indra7 setelah sebelumnya ia merilis Serotone (2021) dan Gabriel (2022). Menarik melihat bagaimana ketekunan Indra sebagai seorang musisi elektronik dalam menjaga eksistensinya. Di tengah gempuran band dan solois baru yang merajai playlist-playlist kancah musik tidak berpengaruh kepada kegigihan Indra7 untuk terus making music dengan musik yang skena elektronik yang secara terus-menerus digelutinya sejak lama.
Menilik lebih dalam, saya melihat Rubber Duck sebagai sebuah episode baru yang menyegarkan dibuat Indra7 sejak 2021. Dua track sepanjang hampir 13 menit ibarat sebuah fragmen kecil, pahatan-pahatan terkini yang diukir cantik. Meski demikian, mustahil membahas Rubber Duck tanpa melihat apa yang ia buat di 3 EP sebelumnya. Ibarat ayat sebuah injil, semua saling terjalin satu sama lain untuk memberikan sebuah pemahaman yang utuh. Saya pikir mungkin saja ide Rubber Duck sudah ada jauh sebelum Gabriel atau Serotonin, namun Indra sepertinya sudah mengatur bagaimana ia menempatkan fasenya untuk dimengerti oleh pendengarnya. Ini menjawab pertanyaan mengapa vibrasi Rubber Duck terdengar lebih ringan ketimbang aura dark dan heavy di Gabriel.
Buktinya terlihat jelas: Bagaimana saya merasakan track seperti “Gabriel 09” (di Gabriel EP) yang dimulai dari dentuman bass dan palet-palet mistikal akan menjadi jauh berbeda dengan bass yang groovy di “Acid Sunday” (di Rubber Duck) ditambah sisipan-sisipan perkusi yang justru menampilkan feel good vibration anthem untuk dansa Minggu malam tanpa akhir di sebuah klab di pinggir pantai. Ini lantas otomatis menjelaskan mengapa sampul EP nya dibuat sedemikian menyenangkannya.
Lalu dimana posisi Serotonin EP? Serotonin justru saya pikir dibuat di fase yang sama seperti Rubber Duck, ia punya vibe yang rada mirip, baik bassnya serta ukiran-ukiran kecil yang ada di dalamnya. Jadi menurut saya, dengan kedekatan Serotonin dengan Rubber Duck membuat posisi Serotonin lebih vital untuk memahami Rubber Duck.
Segenap pendapat dalam ulasan ini bisa saja keliru karena balik lagi, tidak ada yang jauh memahami sebuah musik dari musisi yang membuatnya. Saya sih melihat pada akhirnya sebuah album sudah bisa akan terwujud dengan banyaknya tabungan lagu yang dirilis Indra7 sebelumnya yang justru lebih membuat apa yang dibuatnya jadi lebih real ketika dipegang dalam format 12″ LP. Maybe next year? Ayolah!
____
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Ras Muhamad Kolaborasi bersama Argonex Luncurkan Single Kane Abis
Mengajak Argonex sebagai kolaborator, Ras Muhamad merilis single terbaru berjudul “Kane Abis” pada Selasa (29/10). Kolaborasi ini spesial karena bertepatan dengan hari kelahiran sang musisi. Kata “Kane Abis” berasal dari bahasa gaul, …
Dirty Racer Buktikan Cinta Sejati Itu Ada Lewat Single Vespa Merah
Setelah merilis single “Percaya” dan “Untitled” pada 2015, unit pop punk asal Lampung, Dirty Racer kembali dengan yang terbaru dalam tajuk “Vespa Merah” (08/11). Dirty Racer adalah Galang Rambu Anarki (vokal, bas) …