Indra7 – Rubber Duck EP

May 13, 2023

Salah satu hal yang menarik dari perhelatan Record Store Day adalah menemukan rilisan-rilisan unik dari masing-masing musisi. Rubber Duck EP dari Indra7 adalah satu diantaranya, dan mungkin ini satu-satunya rilisan musik elektronik dalam bentuk kaset yang ada di Record Store Day tahun ini.

Rubber Duck adalah EP ketiga Indra7 setelah sebelumnya ia merilis Serotone (2021) dan Gabriel (2022). Menarik melihat bagaimana ketekunan Indra sebagai seorang musisi elektronik dalam menjaga eksistensinya. Di tengah gempuran band dan solois baru yang merajai playlist-playlist kancah musik tidak berpengaruh kepada kegigihan Indra7 untuk terus making music dengan musik yang skena elektronik yang secara terus-menerus digelutinya sejak lama.

Menilik lebih dalam, saya melihat Rubber Duck sebagai sebuah episode baru yang menyegarkan dibuat Indra7 sejak 2021. Dua track sepanjang hampir 13 menit ibarat sebuah fragmen kecil, pahatan-pahatan terkini yang diukir cantik. Meski demikian, mustahil membahas Rubber Duck tanpa melihat apa yang ia buat di 3 EP sebelumnya. Ibarat ayat sebuah injil, semua saling terjalin satu sama lain untuk memberikan sebuah pemahaman yang utuh. Saya pikir mungkin saja ide Rubber Duck sudah ada jauh sebelum Gabriel atau Serotonin, namun Indra sepertinya sudah mengatur bagaimana ia menempatkan fasenya untuk dimengerti oleh pendengarnya. Ini menjawab pertanyaan mengapa vibrasi Rubber Duck terdengar lebih ringan ketimbang aura dark dan heavy di Gabriel.

Buktinya terlihat jelas: Bagaimana saya merasakan track seperti “Gabriel 09” (di Gabriel EP) yang dimulai dari dentuman bass dan palet-palet mistikal akan menjadi jauh berbeda dengan bass yang groovy di “Acid Sunday” (di Rubber Duck) ditambah sisipan-sisipan perkusi yang justru menampilkan feel good vibration anthem untuk dansa Minggu malam tanpa akhir di sebuah klab di pinggir pantai. Ini lantas otomatis menjelaskan mengapa sampul EP nya dibuat sedemikian menyenangkannya.

Lalu dimana posisi Serotonin EP? Serotonin justru saya pikir dibuat di fase yang sama seperti Rubber Duck, ia punya vibe yang rada mirip, baik bassnya serta ukiran-ukiran kecil yang ada di dalamnya. Jadi menurut saya, dengan kedekatan Serotonin dengan Rubber Duck membuat posisi Serotonin lebih vital untuk memahami Rubber Duck.

Segenap pendapat dalam ulasan ini bisa saja keliru karena balik lagi, tidak ada yang jauh memahami sebuah musik dari musisi yang membuatnya. Saya sih melihat pada akhirnya sebuah album  sudah bisa akan terwujud dengan banyaknya tabungan lagu yang dirilis Indra7 sebelumnya yang justru lebih membuat apa yang dibuatnya jadi lebih real ketika dipegang dalam format 12″ LP. Maybe next year? Ayolah!

____

 

 

Penulis
Wahyu Acum Nugroho
Wahyu “Acum” Nugroho Musisi; redaktur pelaksana di Pophariini, penulis buku #Gilavinyl. Menempuh studi bidang Ornitologi di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, menjadi kontributor beberapa media seperti Maximum RocknRoll, Matabaca, dan sempat menjabat redaktur pelaksana di Trax Magazine. Waktu luang dihabiskannya bersama bangkutaman, band yang 'mengutuknya' sampai membuat beberapa album.

Eksplor konten lain Pophariini

Di Balik Panggung Kabar Bahagia 30 Tahun Perjalanan rumahsakit

Perjalanan 30 tahun bukan waktu yang sebentar untuk berkumpul dan mendedikasikan jiwa raga dalam entitas band. Keberhasilan yang sudah diraih rumahsakit selama mereka berkarier terwujud dalam sebuah perayaan. Bekerja sama dengan GOLDLive Indonesia, Musicverse …

Wawancara Eksklusif Atiek CB: Lady Rocker Indonesia yang Gak Betah Tinggal di Amerika

Salah satu legenda hidup rock Indonesia, Atiek CB menggelar sebuah pertunjukan intim bertajuk A Night To Remember for Atiek CB hari Rabu, 11 Desember 2024 di Bloc Bar, M Bloc Space, Jakarta Selatan.   …