Jalan Tengah – Garis Putih

Mar 18, 2022

Fakta bahwa masih ada album rock yang dirilis di masa pandemi, di tengah gelombang musik pop dan penyanyi solo yang lama-lama membosankan, saya harus acungkan dua jempol kepada Jalan Tengah dengan debut album Garis Putih-nya. Ini bukti bahwa pandemi bukanlah akhir dari segalanya. Pandemi tidak bisa membunuh kreativitas musisi yang haus terus berkarya. Jalan Tengah bisa dijadikan contoh, betapa cueknya musisi untuk menghabiskan ratusan jam dan shift latihan dan rekaman untuk membuat album yang mungkin mereka tak pernah berpikir akan laku atau tidak.

Saya harus bilang, Om Bagus adalah motor dari semua kecuekan itu. Punggawa NTRL yang kini menetap di pulau Dewata itu bertemu dengan tiga musisi terbaik Bali yang kemudian menjadi mojo-nya: gitaris Made Rambo dan Gus Budi serta drummer Mangde.

Saya tidak bisa bilang sepenuhnya Jalan Tengah adalah proyek pengusir rasa bosan dari NTRL, meskipun indikasi ke arah situ memang terlihat. Atau mungkin proyek ini adalah cara Om Bags dalam merespon lingkungan musik tempat dia tinggal. Ini normal sekali dilakukan oleh musisi sebagai bagian dari dinamika bermusiknya.

Untuk urusan musik, Garis Putih nampaknya ingin berbicara tentang gagasan yang sederhana: musik punk rock yang enak, tema yang relate dengan usia 35 tahun ke atas, mungkin sedikit kritis tapi kadarnya nol koma sekian persen, sisanya having fun aja. Dan ini nyata sekali terlihat dalam aransemen musik yang santai, tidak terlalu banyak kamar, pola ‘intro-verse-bridge-verse-bridge-melodi’ banyak menghiasi di tiap track.

Awalnya, ketika track pertama dimainkan yang ternyata adalah intrumental, saya sempat berpikir apakah satu album akan menjadi bergaya Bad Religion atau NOFX, namun anggapan saya salah. Dari track per track, semua punya aransemen dan mood yang berbeda. Di “Manusia Serigala” misalnya, tarikan vokal Om Bagus somehow mengingatkan akan Lemmy Kilmister, meskipun saya yakin ia tak punya intensi ke situ. Sisanya, simpul-simpul gaya dari Green Day, Pennywise sampai Social Distortion banyak tercermin di sini.

Di luar lagu “Cincin Kayu” dan “Animo” yang terlebih dulu mereka lempar ke Youtube sebagai single, taburan filler-filler di album ini tak kalah nikmat untuk disimak. Sosok Made Rambo yang hadir menyumbangkan kerongkongannya di lagu-lagu berbahasa Inggris dari “Get Out Here”, “Friday Night” dan “Encourage” juga menjadi keunikan sekaligus menepiskan anggapan bahwa ini akan terdengar terlalu NTRL.

Nah, menyambung soal NTRL, ketika kemudian timbul pertanyaan klasik: Apa beda Jalan Tengah dengan NTRL? Dari penjelasan tipis-tipis di atas, meski terlihat sama, namun tetap berbeda, baik aransemen dan penulisan lirik. Atau ya jika mau coba dihubung-hubungkan, secara penulisan lirik, menurut saya Jalan Tengah adalah NTRL versi dewasa.

Overall, sebagai sebuah album rock, ini adalah album rock yang sangat kami rekomendasikan, cocok untuk kalian pendengar musik rock/punk rock, penyuka roadtrip, juga ya, tak terkecuali, fans NTRL yang kanget berat akan suara Om Bagus yang hari ini sedang bergaya bebas, menjadi dewasa di pulau Dewata.

Penulis
Wahyu Acum Nugroho
Wahyu “Acum” Nugroho Musisi; redaktur pelaksana di Pophariini, penulis buku #Gilavinyl. Menempuh studi bidang Ornitologi di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, menjadi kontributor beberapa media seperti Maximum RocknRoll, Matabaca, dan sempat menjabat redaktur pelaksana di Trax Magazine. Waktu luang dihabiskannya bersama bangkutaman, band yang 'mengutuknya' sampai membuat beberapa album.

Eksplor konten lain Pophariini

Halal Bihalal Kasual MALIQ & D’Essentials Dihiasi 21 Lagu dan Penggemar Termuda

MALIQ & D’Essentials melanjutkan tradisi buka bersama para penggemar secara intim hari Kamis (28/03) di Ruuang Kopi, Jakarta Selatan. Tahun ini juga menjadi tahun kedua mereka menyebut momen berkumpul ini dengan nama Halal Bihalal …

Satu Dekade Tulus Mendengar Album Gajah

Album Gajah adalah jangkar, ia membuat banyak penggemar Tulus diam sejenak, mendengar lagu-lagu indah sembari merenungi apa yang terjadi dalam hidup