Jejak Rock ‘n Roll Indonesia Dalam 2 Dekade Terakhir

Aug 6, 2019

Sejak era 50an musik rock ‘n roll adalah hal yang seksi dalam musik Indonesia. Bagaimana mitos seputar The Tielman Brothers yang konon menginspirasi the Beatles, Koes Plus yang masuk penjara karena musik ngak ngik ngok, God Bless yang perkasa di 80an, dan Slank yang menjadi lokomotif rock n roll Indonesia era 90an hingga saat ini.

Rock ‘n roll bergema akibat pengaruh kental musik blues dengan R&B yang dipadu dengan sentuhan boogie woogie. Menggunakan instrumen yang mengedepankan suara gitar elektrik. Lalu genre ini pun berkembang menjadi gaya hidup dan gaya berpakaian sekaligus simbol pemberontakan kaum muda. Pemberontakan kaum muda ini yang kemudian menggila hingga muncul jargon sex, drugs and rock n roll.

Kini rock and roll bukan saja memengaruhi gaya bermusik, tetapi sekaligus gaya hidup, gaya berpakaian, dan bahasa. Dan bila melihat genre musik sekarang yang begitu tipis batasannya, tidak heran bila saat ini tidak mudah mencari aksi rock n roll lokal murni seperti yang banyak bermunculan di 2 dekade ke belakang. Rock n roll bukan lagi sekedar genre tapi menjadi gaya hidup dan hadir di semua musik.

Bagaimana rock n roll Indonesia saat ini? Yang menyajikan musik rock dengan sentuhan tempo dulu lengkap dengan sound dan attitude nya, tetap menggunakan instrumen gitar elektrik sebagai senjata utama, vokal parau/melengking/menggeram, dengan ketukan menghentak yang memancing tubuh bergoyang. Inilah jejak rock ‘n roll Indonesia dalam 2 dekade terakhir musik kita.

 

Slank

Bawah: Slank Era 90an. Atas: Slank Era Sekarang / dok. istimewa

Haruskah dijelaskan? Sejak 2 dekade ini tahta band rock n roll terbesar Indonesia didapuk oleh grup asal gang Potlot, Pasar Minggu ini. Jadwal panggung padat, fans fanatik yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Dan meski kini tidak sekritis/nakal seperti di awal karirinya, legenda hidup musik Indonesia ini telah sukses menyentuh dan mampu mewakili semua lapisan kelas masyarakat di Indonesia dengan mengusung lagu-lagu yang berbicara tentang kehidupan, politik, sosial budaya hingga drugs dan juga upaya sembuh darinya. Kurang apa lagi?

 

Flowers (Kini: The Flowers)

Masih dari gang Potlot namun dengan kiblat rock n roll berbeda. Pengaruh blues dan musik rock n roll 70an yang kental, dengan solo gitar panjang ugal-ugalan yang saling bersahut-sahutan membalut lirik berbahasa Indonesia yang “teler“ secara harfiah. Semua itu dikemas dengan sound vintage 70an. Dan mereka meramu itu 20 tahun lalu di album perdana mereka 17 Th Keatas yang dirilis pada 1996. Di album perdana itu yang membedakan Flowers dengan Slank adalah kadar vintage-nya. Saat Slank masih terpapar musik hardrock 80an dengan gaya berpakaiannya, Flowers memutuskan untuk mundur jauh ke belakang menggali sound vintage 70an, lengkap dengan dandandan, dan visual album serta video musik mereka.

The SIGIT

Garda terdepan rock n roll milennium asal Bandung yang dipengaruhi oleh rock vintage Led Zeppelin. Datang dari anak-anak subkultur skateboard yang jatuh cinta pada musik rock n roll 70an, serta musik garage rock 2000an yang menjamur pada saat itu. Dengan vokalis kharismatik bersuara parau tinggi, dengan balutan musik rock yang lebih niche The SIGIT meledak di skena indie dan menjadi salah satu nama terbesar dari arus samping bila berbicara musik rock n roll di Indonesia saat ini yang total. Dari musiknya, rambut gondrong personilnya, pernyataan fesyennya, aksi panggung hingga pesona Rekti sang frontmannya

 

Kelompok Penerbang Roket

Kelompok Penerbang Roket / dok. istimewa

Mungkin trio ini adalah satu-satunya garda muda terdepan saat ini yang masih begitu murni kadar rock n roll-nya. Trio ini  banyak dipengaruhi musik rock Indonesia 70an lengkap dengan lirik bahasa Indonesianya yang lugas. Seperti layaknya rocker Indonesia pada era tersebut. Bila The SIGIT fasih memainkan rock ala Led Zeppelin, KPR bagaikan melihat kakek-kakek rock n roll kita waktu masih muda, lengkap dengan energi dan kesleborannya.

 

The Brandals

Rock n roll yang dipengaruhi kental oleh garage rock dan musik punk. Ugal-ugalan baik musiknya, aksi panggungnya maupun mulutnya. Eka Annash sang vokalis yang bertanggung jawab akan hal itu. Hal itu sepadan dengan tajamnya lirik yang ia tulis. Nama Brandals yang mereka pilih juga bukan sembarangan. Ribut dengan penonton, merusak instrumen dan sang vokalis menyampah sambil mabuk di atas panggung, semua itu adalah hal yang biasa dijumpai dalam panggung the Brandals.

The Changcuters

Rock n roll dengan lirik dan aksi panggung humoris dan berbalut pernyataan fesyen yang necis dan dendy. Dengan sang vokalis Tria yang hadir bagaikan duplikat frontman Rolling Stones Mick Jagger lengkap dengan liiukannya, dan dengan balutan musik rock yang lebih kekinian yang catchy sangat dipengaruhi oleh band-band garage rock revival 2010an namun dengan lirik dan visual yang terselip nuansa humor. Yang menjadi ciri khas mereka adalah pernyataan fesyennya. Selalu kompak berseragam setema.

 

The Hydrant

Kuartet asal pulau Dewata ini menghadirkan rock n roll klasik yang dipengaruhi kultur rock n roll 50an yang dilabeli dengan nama rockabilly. Tentunya mengacu kepada sang raja Elvis Presley dan Johnny Cash, juga revival rockabilly 80an, Stray Cats. Selain The Hydrants, meskipun minoritas, rockabilly Indonesia bergerak cukup subur di bawah tanah. Banyak wakilnya dari berbagai kota di Indonesia. Dan bila bicara perwakilan, The Hydrant sendiri sudah beberapa kali tampil di luar negeri sebagai wakil rockabilly dari Indonesia.

 

Tambahan: Generasi surf rock 60an

Searah Jarum Jam: The Souther Beach Terror (RIP), The Panturas, The Mentawais & The Sundancers / dok. istimewa

The Southern Beach Terror (RIP), The Sundancer, The Panturas, The Mentawai

Sementara itu surf rock Indonesia muncul di awal milenium. Mengacu kepada musik rock n roll 60an ala the Beach Boys dan Dick Dale yang banyak berbicara soal kultur surfing dan pantai. Surf rock milenium Indonesia ini dipelopori pada tahun 2005 oleh trio asal Jogjakarta, The Southern Beach Terror yang kemudian menghilang. Generasi baru surf rock ini kembali bermunculan pertengahan 2010an. Musisi surf rock lokal seperti The Mentawais asal Bogor, The Panturas dari Bandung, hingga The Sundancer asal Mataram, NTT yang merupakan proyek terbaru gitaris The Southern Beach Terror.

 

_____

 

 

 

 

 

Penulis
Fari Etona
Pendenger musik pop dan rock, serta pecinta binatang dan pemakan buah-buahan.

Eksplor konten lain Pophariini

Telah Berpulang Firza Achmar Paloh SORE

Berita duka menyelimuti musik Indonesia pagi ini. Vokalis, gitaris, sekaligus penulis lagu band SORE, Firza Achmar Paloh atau dikenal Ade Paloh meninggal dunia di usia 47 tahun hari Selasa (19/03). Informasi muncul pertama kali …

Kolaborasi Musisi Indonesia dalam Single Tanah Para Nabi untuk Palestina

Sebagai bentuk respons dari kejahatan zionis Israel yang menjajah warga Palestina di Gaza, dua musisi perempuan Indonesia, Bella Fawzi dan Annisa Theresia tergerak untuk merilis sebuah karya musik berjudul “Tanah Para Nabi” hari Jumat …