Kemeriahan Scene Musik Tangerang Hari Ini

Mar 14, 2018

Sebagai gambaran awal, datanglah ke YouTube dan ketiklah nama The Cat Police di kolom pencarian. Bisa dimulai dari video untuk lagu “What They Do In The Summer”, musik dan fashion yang seperti penggabungan Mod, Surf Rock, dan Hippies. Secara audio, pendengar seolah dibawa menemukan The Jam berjemur bersama The Ventures. Secara visual, video ini melibatkan papan surfing, rakit, buah-buahan di pasar, kemoceng ungu, serta vokalis pria berkacamata dengan bunga terselip di telinga dan mengenakan jas bahkan saat ia terjun ke kali.

Rasa psikadelia lebih tinggi takarannya pada video musik mereka yang lain, “Ninja Turtle on Slippery Sandals”. Kali ini, vokalis berkaca mata itu mengenakan busana serba putih, juga kalung, berdiri di tengah untuk menjadi pusaran pemuda-pemudi berkostum warna-warni berputar-putar menari. Musiknya seperti Jerry Garcia bertemu Robby Krieger sedang mencoba gitar di sebuah toko musik yang lebih sering menjual poster-poster aneh yang mletot.

Sedangkan manisnya pop, lengkap dengan koor, bisa dicicipi pada video musik “Take Her”, yang malah terdengar seperti rekaman The Beatles yang teledor tak pernah diperkenalkan ke publik karena John Lennon ketiduran di dalam kedamaian dan kegelisahan.

Masih ada juga video-video penampilan live mereka. Saran saya, dimulai dari versi akustik lagu “Fine Line”, di mana vokalis berkacamata itu sempat berpose jongkok di bangku kayu dengan kemeja lengan panjang berbahan jatuh, suaranya seperti paduan Lou Reed dan Jim Morrison sekaligus, disahuti solo gitar blues/R&B ala The Stones bersenar nylon. Bermain outdoor, The Cat Police tampak sedang menghibur tamu-tamu pesta taman yang saling menebar senyum dan kesepian.

Saya sendiri mengecek karya-karya The Cat Police, membeli CD debut albumnya, Tropical Industries, setelah direkomendasikan seorang teman yang bercerita akan penampilan sebuah band ajaib berpenampilan jauh dari bintang rock memainkan “Psycho Killer” dari Talking Heads di sebuah perhelatan mungil di Jakarta. Cukup pantas karena lirik-lirik mereka terasa ditulis di keburaman sinar CBGB pada 1970an, sambil men-stabillo majalah MAD atau buku-buku modern lama yang dibaca dan dipandangi visual-visualnya sambil kita menemukan hikmah di baliknya, atau mengadakannya bila mentok.

Dari mengenal musik The Cat Police, saya kemudian menemukan suatu yang terlewatkan, sebuah kaset kompilasi buatan Tangerang yang turut memeriahkan acara Cassette Store Day yang diadakan di kota tetangga Jakarta itu pada 2017 silam (saya mendapatkan kaset bernomer seri 6 dari 100 edisi yang dicetak). Album itu bertajuk Cassette Store Day Tangerang Compilation.

Mereka yang ada di album ini sangat beragam, baik secara suara maupun domisilinya. Di sini, kita jumpai aksi-aksi dari Tangerang Selatan, Kota Tangerang, dan Kabupaten Tangerang. Pengisi yang terpilih ada 18 band/musisi: Singuratic, Elenin, The Lousy Pop Group, Peonies, East Wave, Buster Bunny, Ache, The Cat Police, Fly To Get Her, Rhym, Oscar Lolang, Desa Elektrik, Hary In the Afternoon, See The Eye, Hellens, Timekeep, StopKontak, dan Senopit.

Mereka berbeda-beda, terbentang aneka genre di sana. Terdengar lagu-lagu menarik di sini dan di situ pada side A dan side B-nya. Dan nama band senakal Desa Elektrik memiliki keunikan plus kehangatan musik yang relatif setimpal.

Kompilasi ini memang perpaduan yang tak umum, karena meskipun sama-sama tinggal di Tangerang, sebetulnya beberapa jarak tempat tinggal antar mereka cukup berjauhan. Seperti kita mahfum, banyak band atau musisi yang tinggal di Tangerang namun sering diasosiasikan sebagai band Jakarta, atau disebutkan posisi sektoralnya, misalnya Bintaro atau Ciputat. Saya bahkan baru tersadar bahwa musik imut-jangly-naif dari Poenies serta tradisional-syahdu-geram yang diimpor dari Barat dengan sentuhan narasi lokal oleh Oscar Lolang, ternyata berasal dari Tangerang.

Juga, di luar para pengisi album kompilasi ini, musisi-musisi seperti Widi (Maliq & D ‘Essentials), Tulus, Rico (Mocca), Endah & Rhesa, Hendra (Rock And Roll Mafia), hingga singer-songwriter berangin indiepop, Aubrey Fanani dan banyak lagi lainnya, ternyata (kini) adalah para warga Tangerang.

Beberapa nama di balik proyek album kompilasi ini; Omat dari Tomat Records, Fian dari Langen Swara Store/Records, atau Panca dari Soundnar Music Store secara bersamaan pun mengiyakan fenomena klasik ini, bahwa banyak kelompok musik asal Tangerang dikira sebagai band Jakarta. Selain mereka, masih ada nama-nama seperti Abe (Kuil Cukil) Fachri, Cecilia Gandes (si penulis linernotes) dan beberapa lainnya yang terlibat pada proyek album Cassette Store Day Tangerang Compilation ini.

Toko musik online dari Tangerang seperti Soundnar Music Store dan Langen Swara yang muncul dan semakin dikenal belakangan ini, memberikan suasana tambahan akan interaksi langsung kala terjadinya jual-beli bagi sesama penggemar rilisan musik di Tangerang, serta ragam aktivitas para pelaku scene Tangerang lainnya dari dahulu hingga sekarang. Silakan tengok juga kiprah Tomat Records, label yang pernah merilis album The Secret Prostitutes yang super-gawat itu! (bila belum mendengarkannya, segeralah, atau hindarilah demi merawat jiwa yang stabil)

Setelah sebelumnya lebih cenderung menebarkan “musik keras” dari metal, punk/HC dan sebagainya, jalan-jalan di Tangerang pun semakin lebar dengan tampilnya variasi indie-rock/indie-pop, electronic, hingga folk, pop punk, dan aneka lainnya. Kedai-kedai baru, studio musik, selain juga lapangan, menjadi tempat-tempat mereka bermain.

Melengkapi itu semua, media-media independen juga bermunculan, beberapa bahkan sedari lama, mulai dari fanzine hingga channel YouTube dan Instagram. Dan sudah tersebar rencana bahwa Tangerang Record Store Day pun akan dilangsungkan pula tahun ini.

Bertambah warna-warnilah suara kawasan itu.

Penulis
Harlan Boer
Lahir 9 Mei 1977. Sekarang bekerja di sebuah digital advertising agency di Jakarta. Sempat jadi anak band, diantaranya keyboardist The Upstairs dan vokalis C’mon Lennon. Sempat jadi manager band Efek Rumah Kaca. Suka menulis, aneka formatnya . Masih suka dan sempat merilis rekaman karya musiknya yaitu Sakit Generik (2012) Jajan Rock (2013), Sentuhan Minimal (2013) dan Kopi Kaleng (2016)

Eksplor konten lain Pophariini

Selat Malaka Resmi Mengeluarkan Album Penuh Perdana

Band asal Medan bernama Selat Malaka resmi mengeluarkan album penuh perdana self-titled hari Jumat (22/11). Sebelumnya, mereka sudah mengantongi satu single “Angin Melambai” yang beredar tahun lalu.     View this post on Instagram …

I’m Kidding Asal Aceh Tetap Semangat Berkarya di Tengah Keterbatasan

Setelah merilis 2 single bulan Juni lalu, band pop punk asal Aceh, I’m Kidding akhirnya resmi meluncurkan album penuh perdana mereka dalam tajuk Awal dan Baru hari Minggu (10/11).     I’m Kidding terbentuk …