Khayalan Rakyat, Irama Pantai Selatan Angkat Kesenjangan Sosial
Irama Pantai Selatan (IPS) merilis “Khayalan Rakyat”. Menyusul “Jelita” di Januari lalu, single teranyar dari duo ‘maritim pop’ ini dilepas sebagai pengantar kedua debut album yang bertajuk Dendang Samudra, dirilis tak lama lagi.
Pandemi Covid-19 tak ayal memberi efek yang besar terhadap mundurnya agenda-agenda besar band, dari konser sampai merilis rekaman terbaru. Irama Pantai Selatan pun merasakan benar keadaan ini.
“Pergerakan kami menjadi cukup terbatas pada saat itu karena masa karantina mandiri. Namun pada akhirnya, di bulan Juni semua nya terselesaikan,” ungkap mereka.
Jika kalian familiar dengan lagu-lagu IPS yang bak angin pantai yang sepoi-sepoi, pastinya akan dibuat terkejut tatkala mendengar Khayalan Rakyat. Mereka sedikit membocorkan.
“Kami ingin sedikit mengeksplorasi gaya bermusik IPS yang sudah ada dengan menggabungkan unsur Ukulele dan musik Ragtime yang populer di era 40-50an serta permainan Violin yang dinamis.”
Tema lagu tentang kehidupan pesisir pun juga sedikit bergeser. Di “Khayalan Rakyat”, mulai ada susupan dari tema-tema perkotaan.
“Ada unsur perkotaan dan kesenjangan social di dalamnya. Dimana di lagu-lagu sebelumnya, biasanya kami menulis lagu dengan tema pesisir dan kehidupan di sekitarnya nya,” ungkap mereka. Kesenjangan sosial nampak sekali dalam isi cerita dari lagu ini.
Lagu Khayalan Rakyat bercerita tentang bujang pesisir yang mencoba berkenalan dengan putri saudagar namun ditolak mentah-mentah karena penampilan dan kelas sosial yang berbeda. Si perempuan sudah cantik, terkenal dan ia juga anak seorang saudagar kaya sedangkan si Bujang cuman laki-laki lusuh, rakyat jelata dan miskin pula. Bujang harus berkaca, siapa diri dia.
“Lagu ini sebenarnya adalah himbauan, untuk semua orang agar sadar diri dan jangan berharap terlalu tinggi,” jelas mereka.
Ricky Virgana (White Shoes and The Couples Company) didapuk sebagai produser lagu ini dan untuk keseluruhan lagu di Dendang Samudra. Memilih Ricky sebagai produser bisa dibilang keputusan tepat bagi mereka, karena IPS dan Ricky punya ketertarikan yang sama akan Musik Populer Indonesia di masa lalu yang menjadi referensi utama lagu dan album ini.
Selain Ricky, beberapa nama lain digandeng IKS untuk proses produksinya, seperti mixing yang dipegang Firzi O (yang menangani Taifun-nya Barasuara) dan masteringnya oleh Rhesa Aditya (Endah N Rhesa). Sebuah perpaduan yang pas!
______
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota
Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …
5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac
Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …