Kisah Para Pewarta Foto

Feb 11, 2018

Di era serba visual ini menjadi fotografer adalah hal yang sepertinya mudah. Kamera bisa didapat dengan murah, teknik bisa dipelajari melalui tutorial, tapi tak akan ada yang bisa mengalahkan pengalaman.

Para pewarta foto yang tampil di tulisan ini adalah segelintir dari mereka yang telah malang melintang mengabadikan momen sejak lebih dari sedekade. Mereka terus melakukannya meski iklim fotografi terus berganti. Bahkan hingga kini mereka masih bersaing dengan para fotografer muda.

Tentunya kesetiaan mereka pada medium ini sangat menginspirasi. Pop Hari Ini berbicara dengan para pahlawan foto ini tentang kehidupan mereka sambil mencuri ilmu.

Selamat membaca, semoga berguna.

Adi Wirantoko

Fotografer band | Kontributor Gitar Plus (2009-2015)

Apa pengalaman paling seru selama menjadi fotografer media? Pengalaman paling seru dan tentunya berkesan seumur hidup adalah konser Metallica di Jakarta tahun 2013. Hingga menjelang konser dimulai saya belum tahu akan mendapat akses memotret atau tidak. Karena waktu itu aturan dari pihak Metallica sangat ketat dalam hal memotret di area konser. Ketika akhirnya saya dikasih jatah waktu memotret hanya untuk satu lagu. Karena waktu itu tempat konsernya adalah stadion terbesar di negara ini, penonton yang memadati Gelora Bung Karno pun luar biasa kolosal hingga puluhan ribu orang. Masih ingat jelas atmosfer konser waktu itu dan itu bikin saya sempat merinding. Semakin berkesan karena saya akhirnya bisa ketemu dan satu photo pit dengan salah satu fotografer musik idola saya, Ross Halfin (official photographer Metallica).

Siapa artis lokal yang memiliki best angle?

Biasanya band/musisi yang manggungnya terkonsep dengan baik, kesempatan dapat best angle dan momen-momennya semakin besar. Dalam hal ini konsep visualnya benar-benar diperhatikan sama band/musisi itu sendiri. Terutama urusan lighting panggungnya.

Siapa orang yang mempengaruhi karier fotografi?

Orang-orang di sekitar saya dan keluarga saya, terutama istri. Juga teman-teman band/musisi yang saya kenal dekat yang sudah kasih kepercayaan saya sebagai fotografer. Itu yang membuat saya bisa sampai di titik sekarang ini.

Sebutkan tips menghasilkan foto terbaik “The Three Songs Rule” dalam sebuah pertunjukan!

Perbanyak jam terbang!

Bagaimana jika tidak mendapatkan tempat di photo pit?

Banyak angle menarik yang tidak bisa kita dapatkan di dalam photo pit. Contoh, atmosfer konser. Mau tidak mau harus menyatukan panggung dan elemen-elemennya secara utuh termasuk penontonnya dalam satu frame. Saya rasa itu hanya bisa kita dapatkan kalo kita berada di luar photo pit.

Sebutkan tiga panggung festival musik lokal terbaik dalam segala hal termasuk lighting!

Soundrenaline, Java Rockin’ Land, dan Everload III.

Sebutkan peralatan memotret yang dipakai untuk bisa mengabadikan berbagai macam keadaan?

Biasanya saya me,bawa 2 kamera dan 2 lensa (wide-tele). Lensa wide saya pakai buat mengambil atmosfer konser, tele buat detil-detilnya atau momen-momen ekspresi. 2 bodi 2 lensa juga biar cepat mengejar momen karena tidak direpotkan copot-copot lensa dan ada backup misal satunya tiba-tiba bermasalah.

Sebutkan langkah-langkah dalam mengolah foto sampai akhirnya siap dipublikasi!

Sebisa mungkin foto udah ‘benar’ dulu dari awal di kamera. Jadi tidak banyak koreksi di komputer atau software. Kerja jadi lebih efisien. Di fotografi konser, saya bukan tipikal orang yang suka pake preset atau editing warna di post pro. Jadi, software (Lightroom) sebatas saya pakaiuntuk mempermudah proses seleksi dan resize foto kalau diperlukan.

Foto Pilihan

Deadsquad – Antiknock, Jepang, November 2016

“Ketika Deadsquad untuk pertama kalinya manggung di luar negeri yaitu ke Tokyo, Jepang. Ini juga pertama kalinya saya ke luar negeri. Foto formasi ke-3 Deadsquad sebelum Gorust (drum) dan Alan (bass) mengundurkan diri. Antiknock adalah salah satu music club legendaris di Shinjuku yang dibangun sekitar tahun 1985 dan masih eksis hingga sekarang.”

 

Eddy Sofyan

Fotografer MRA Media Group | Fotografer TRAX (2011-2016)

Apa pengalaman paling seru selama menjadi fotografer media?

Pengalaman paling seru kerja sebagai fotografer media banyak sekali, bisa liputan berbagai event atau konser, dan dikirim tugas ke dalam dan luar negeri. Juga pengalaman bisa memotret sosok atau profil tokoh-tokoh hebat dari dalam dan luar negeri.

Siapa artis lokal yang memiliki best angle?

Armand Maulana.

Siapa orang yang mempengaruhi karier fotografi?

Sebastião Salgado dan Firdaus Fadlil.

Sebutkan tips menghasilkan foto terbaik “The Three Songs Rule” dalam sebuah pertunjukan!

  1. Siapkan lensa yang tepat (masing-masing sesuai kebiasaan si fotografer).
  2. Cari spot favorit dan yang paling nyaman.
  3. Jadikan lagu pertama untuk perhatikan kebiasaan si penyanyi dan anggota band.
  4. Gunakan element iso/diafragma/speed yang tepat (sesuai kondisi cahaya yang ada panggung).
  5. Foto sebanyak-banyaknya dengan penggunaan vertikal dan horisontal.

Bagaimana jika tidak mendapatkan tempat di photo pit?

Penggunaan lensa yang proporsional sangat dibutuhkan.

Sebutkan tiga panggung festival musik lokal terbaik dalam segala hal termasuk lighting!

Soundrenaline, Java Jazz Festival, dan Java Rockin’ Land.

Apa perbedaan memotret di zaman media cetak dan sekarang udah serba digital?

Perbedaan paling besar adalah sebelum memotret pastikan mengukur cahaya dengan benar karena gambar harus sudah jadi dan correct exposure.

Sebutkan langkah-langkah dalam mengolah foto sampai akhirnya siap dipublikasi!

Mengolah foto konser cukup dengan menaikkan brightness, contrast, dan menaikkan tone warna.

Foto Pilihan

Steve Lukather, Java Jazz Festival, Jakarta, Maret 2010

“Waktu itu nggak banyak fotografer yang ada di pit. Saat dia beraksi kepikiran lebih enak mainin low speed di kamera karena lighting dan gitarnya yang mengkilap bakalan dapat efek low speed yang menurut saya menarik.”

Bayu Adhitya

Fotografer lepas | Rolling Stone Indonesia (2011-2017)

Apa pengalaman paling seru selama menjadi fotografer media? 

Jadi fotografer, apalagi di media itu selalu seru, karena nggak akan pernah ada 2 penugasan yang sama. Walaupun sama-sama memotret panggung katakanlah, tapi nggak akan pernah sama. Mood-nya, atmosfernya, lighting– nya. Tapi yang paling diingat waktu lagi sendirian di lift lalu Brandon Boyd masuk dan saya cuma diam karena star struck! Bukannya minta foto bareng atau apalah. Asli blank! Pernah juga tiba-tiba ditelfon sama rocker legendaris yang minta saya “menyelundupkan” suaminya yang pengen banget ketemu sama artis luar yang bakal saya foto. Ternyata si suaminya ini bener-bener die hard fans yang ngulik banget dan pada akhirnya malah banyak membantu dengan pertanyaan-pertanyaan saat wawancara!

Siapa artis lokal yang memiliki best angle

Ini saya persempit saja jadi artis lokal yang knows his/her/their best angle ya? Jawabannya adalah seluruh personil Godbless, kang Andy /rif, Cinta Laura, Maliq & D’Essentials. Mereka tahu bagaimana terlihat keren di depan kamera, gayanya enak, outfit juga keren. Kalau om Donny Fatah misalnya, dia duduk saja sudah pose banget, semacam udah cool dan rock n roll dari bawaan lahir. Nggak usah diarahin lagi pasti bagus.

Siapa orang yang mempengaruhi karier fotografi? 

Mentor saya, namanya mas Taufik Dasaad. Beliau adalah fotografer kondang di tahun 80-90an. Yang diajarkan justru bukan soal teknis foto, tapi lebih ke etika profesi, komunikasi ke model, klien dsb. Beliau juga yang mengenalkan saya ke komunitas fotografer. Dulu belum zaman media sosial, jadi kalo mau update apapun ya harus banyak-banyak nongkrong atau datang ke acara-acara. Jadi fotografer tidak akan ‘bunyi’ kalau nggak bergaul sesama fotografer. Tapi saya rasa hampir semua profesi mengharuskan demikian yah.

Sebutkan tips menghasilkan foto terbaik The Three Song Rule dalam sebuah pertunjukan! 

Dalam proses menghasilkan foto apapun, kamu sudah harus berangkat ke lokasi dengan gambaran di kepala ‘seperti apa nantinya gambar yang mau gue hasilkan?”. Dari situ akan tergerak dengan sendirinya untuk, katakanlah memilih lensa, memilih spot berdiri dsb. Saya sering ditanya, pertimbangannya apa buat milih lensa untuk foto panggung, ya saya jawab berdasarkan feeling saja karena memang begitu. Jangan berangkat dalam kondisi blank atau bagaimana nanti. Dengan kondisi yang saya sebutkan terakhir itu, kalau masih bisa bikin foto bagus ya artinya kamu beruntung. Atau jam terbang sudah sangat tinggi, jadi tinggal refleks saja. Hahaha.

Bagaimana jika tidak mendapatkan tempat di photo pit

Artinya kamu harus memotret dari tempat penonton. Ada banyak angle bagus yang bisa dihasilkan dari situ, nggak usah pesimis. Coba misalnya memotret acara dugeman dari media pit, saya rasa bakal garing karena penontonnya nggak keliatan. Ada masa-masanya saya lebih suka memotret panggung dari angle penonton karena ya itu tadi, fotonya lebih hidup karena penontonnya kelihatan dan suasana meriahnya bisa tertangkap kamera.

Sebutkan tiga panggung festival musik lokal terbaik dalam segala hal termasuk lighting

Jogjarockarta, Java Jazz Festival, dan WE THE FEST. Seharusnya, Djakarta Warehouse Project masuk, tapi lasernya potensial merusak sensor kamera yang notabene harganya tidak murah (sudah banyak kasus). Jadi urung saya masukkan ke daftar. Buat apa dapat foto bagus tapi kamera rusak?

Apa perbedaan memotret di zaman media cetak dan sekarang udah serba digital?

Cuma masalah kecepatans aja. Dari mulai selesai memotret sampai fotonya bisa dinikmati sekarang jauh lebih cepat. Zaman analog dulu perlu 2 minggu dari mulai selesai foto sampe ke komputer desain, belum proses cetak majalah dan distribusi. Sekarang bikin foto stage, bandnya belum selesai main fotonya sudah beredar di media sosial. Buat eksperimen atau ngulik teknik juga lebih enak karena hasilnya langsung keliatan, tidak pakai deg-degan dulu nunggu film selesai dicuci. Memang dulu ada polaroid back buat kamera analog, tapi kan itu cuma buat kondisi tertentu, pemotretan studio misalnya. Tidak mungkin memotret panggung pakai begituan. Hardware juga sudah beda banget. Dulu perlu komputer minimal sekelas iMac buat proses foto, sekarang mah pakai handphone android juga hasilnya udah hi-res.

Sebutkan langkah-langkah dalam mengolah foto sampai akhirnya siap dipublikasi!

Proses ketika foto itu dibuat harus ‘benar’ secara teknis. Correct exposure, tidak under nggak over, fokus nggak meleset dsb. Kalau itu semua sudah terpenuhi, mungkin cuma tinggal convert ke color profile punya percetakan. Kalo zaman now ya tinggal upload tanpa harus dikasih filter aneh-aneh. Grading dikiit aja bolehlah biar agak wow hasilnya. Ibaratnya kalau sushi kamu makan begitu saja sudah enak banget kan, tanpa dimasak pakai bumbu macem-macem karena bahan baku ikannya sendiri sudah berkualitas bagus.

Film Pilihan

Ian Antono – Jogjarockarta 2017

“Ini sepertinya adalah foto panggung saya terakhir untuk majalah Rolling Stone Indonesia. Ian Antono di Jogjarockarta 2017 kemarin diambil dengan kamera mirrorless Sony Alpha A6300 dengan lens kit 16-50mm.”

Bambang E. Ros

Redaktur Foto Bintang.com | Kordinator Liputan Foto KapanLagi.com (2008-2016)

Apa pengalaman paling seru selama menjadi fotografer media?

Pengalaman paling seru adalah bisa memotret banyak musisi di berbagai event dan tempat (dalam dan luar negeri), serta bertemu banyak fotografer lainnya.

Siapa artis lokal yang memiliki best angle?

Syahrini (Juara 1 Lomba Foto MNCTV).

Siapa orang yang mempengaruhi karier fotografi?

Oscar Motuloh, Firdaus Fadlil, Henri Cartier-Bresson, dan Yousuf Karsh.

Sebutkan tips menghasilkan foto terbaik “The Three Songs Rule” dalam sebuah pertunjukan!

Menghasilkan foto terbaik dengan “The Three Songs Rule” adalah terlebih dulu (untuk zaman now) mencari tahu artis atau band yang akan difoto melalui YouTube atau platform lainnya. Dari situ dapat mengetahui kebiasaan musisi (juga) lighting yang akan difoto. Pada saat berada di media photo pit, sebisa mungkin masuk lebih awal untuk memilih tempat yang sudah diperkirakan.

Bagaimana jika tidak mendapatkan tempat di photo pit?

Menyelinap ke barisan penonton.

Sebutkan tiga panggung festival musik lokal terbaik dalam segala hal termasuk lighting!

Java Rockin’ Land, Jakarta Rock Parade, dan Djarum Rock Festival 2012.

Apa perbedaan memotret di zaman media cetak dan sekarang udah serba digital?

Perbedaan yang paling mencolok yaitu jumlah foto yang dihasilkan dan ditampilkan di media tempat bekerja. Pada era media cetak, tahun 2005 ke belakang, memotret panggung adalah ketepatan menunggu momen, karena terbatasnya frame yang masih menggunakan roll film dalam kamera (1 roll film berisi 36 frame). Untuk tampilan di media cetak pun terbatas, paling banyak galeri foto di media cetak menampilkan 6-8 foto, bahkan malah bisa cuma 1-2 foto. Pada era digital, frame foto yang dihasilkan tidak terbatas sesuai kapasitas memory card dalam kamera, dan hasil yang bisa ditampilkan di media digital pun bisa jauh lebih banyak.

Sebutkan langkah-langkah dalam mengolah foto sampai akhirnya siap dipublikasi!

Hasil foto yang sudah terekam dalam kamera, kemudian langsung dikirim ke server atau email redaksi tempat bekerja (dengan editing standar jurnalistik: cropping, mengatur kontras warna, dodging/burning melalui laptop atau smartphone dan sejenisnya), lalu editor foto dan editor tulis di kantor menaikkan fotonya untuk disertakan dalam artikel (editor tulis), dan dibuat berita foto (editor foto) setelah foto dipilih dan sepengetahuan redaktur foto.

Foto Pilihan

Kotak – Sahabat Music Award Concert 2013, Hong Kong

“Tiket 8000 penonton terjual habis dengan sebagian besar pembeli tiket adalah TKI yang bekerja di Hong Kong.”

 

Muhammad Asranur

Fotografer lepas | Kontributor Rolling Stone Indonesia (2009-2017)

Apa pengalaman paling seru selama menjadi fotografer media?

Salah satunya mengabadikan Arcade Fire di San Francisco.

Siapa artis lokal yang memiliki best angle?

White Shoes & The Couples Company, Barasuara, Stars and Rabbit.

Siapa orang yang mempengaruhi karier fotografi?

Teman fotografer dan teman non-fotografer.

Sebutkan tips menghasilkan foto terbaik “The Three Songs Rule” dalam sebuah pertunjukan!

Selalu awas dengan hal yang terjadi di atas panggung dan di belakang (kerumunan penonton).

Bagaimana jika tidak mendapatkan tempat di photo pit?

Tidak masalah. Bisa foto di mana saja. Dari tempat penonton pun seru.

Sebutkan tiga panggung festival musik lokal terbaik dalam segala hal termasuk lighting!

djakartARTmosphere, WE THE FEST, dan Synchronize Festival.

Sebutkan peralatan memotret yang dipakai untuk bisa mengabadikan berbagai macam keadaan?

Kamera DSLR, lensa 24 – 70mm F/2.8 dan 70 – 200mm F/2.8.

Sebutkan langkah-langkah dalam mengolah foto sampai akhirnya siap dipublikasi!

Dapatkan foto yang bercerita, momen yang luar biasa. Edit foto tersebut.

Foto Pilihan

“Salah satu konser paling berkesan karena akhirnya saya bisa memotret band kesukaan. Saya ngefans banget sama Yeah Yeah Yeahs. Memotretnya sih sembunyi karena menyelundupkan kamera DSLR ke area konser. Diteriakin sama kru Yeah yeah Yeahs karena ketahuan sedang memotret pakai DSLR dan hampir ditangkap sama petugas keamanan Esplanade. Foto di atas adalah salah satu foto terbaik yang bisa saya dapatkan malam itu, berhasil menangkap momen istimewa, interaksi antara Yeah Yeah Yeahs dengan fans-fans mereka.”

Penulis
Pohan
Suka kamu, ngopi, motret, ngetik, dan hari semakin tua bagi jiwa yang sepi.

Eksplor konten lain Pophariini

Juicy Luicy – Nonfiksi

Lewat Nonfiksi, Juicy Luicy semakin mengukuhkan diri sebagai band pengusung lagu patah hati dengan formula pop R&B yang jitu dan ultra-catchy. Pertanyaannya: sampai kapan mereka akan menjual kisah patah hati kasihan dan rasa inferioritas …

Selat Malaka Resmi Mengeluarkan Album Penuh Perdana

Band asal Medan bernama Selat Malaka resmi mengeluarkan album penuh perdana self-titled hari Jumat (22/11). Sebelumnya, mereka sudah mengantongi satu single “Angin Melambai” yang beredar tahun lalu.     View this post on Instagram …