Lirik Gadog Texpack tentang Gambaran Rasa Penat Seseorang di Metropolis

• Jun 5, 2025

Dalam artikel lirik kali ini, Pophariini memilih lagu milik Texpack bertajuk “Gadog”. Lagu yang selalu dinanti para penonton saat menyaksikan band asal Bogor ini turut menampilkan Edo Wallad sebagai kolaborator dan penulis lirik lagu.

 

 

Setelah mencari ke sana-sini kontak Edo, akhirnya kami bisa mendapatkan nomor ponselnya berkat bantuan dari Dimas Oriza, pemain bas sekaligus vokal Texpack. Dalam obrolan yang berlangsung hari Selasa (03/06), Edo mengatakan kalau lirik “Gadog” awalnya adalah puisi yang ia tulis tahun 2011.

Puisi yang memiliki judul Bersin, Makan Ketoprak, dan Menulis itu ditulis beberapa bulan setelah Ayah Edo tutup usia. Ia pun menjelaskan mengapa barisan tulisannya bisa menjadi satu nomor spoken word seperti yang banyak dikenal orang saat ini.

“Saya selalu membuat puisi yang ada lagunya secara imajiner. Suku katanya bisa disenandungkan dan di kepala sudah saya bayangkan temponya. Mungkin karena dasarnya saya suka membuat lirik,” kata Edo.

Untuk makna yang ingin Edo sampaikan dalam lirik “Gadog” adalah tentang gambaran rasa penat seseorang yang tinggal di daerah metropolis dengan semua tekanan dan eksesnya. Kepenatan itu membuat tokoh dalam tulisan ingin kembali ke Gadog, sebuah kampung bernuansa santri di pinggiran Bogor.

“Dari kampungnya dia melihat orang-orang dengan beragam profesi menjalani hidupnya, lalu mendapat gambaran tentang bagaimana nilai religi akan lebih dekat di mayoritas orang-orang yang hidup di pedesaan atau perkampungan. Sedangkan mayoritas kaum perkotaan akan lebih dekat pada hal-hal materialisme yang menempel pada status profesi mereka,” jelasnya.

Edo menutup sesi bincang dengan merangkum makna tulisannya itu dengan sebuah kalimat, “Namun idealnya spiritualisme dan materialisme seharusnya bisa seimbang untuk aktualisasi diri dan kesehatan jiwa.”

Simak lirik “Gadog” karya Edo Wallad yang dibawakan Texpack secara lengkap di bawah ini.


 

Pagi ini bersin di Gadog

Dengan kemalasan kerja

Dan tidur panjang sampai menjelang siang

 

Dengan baju hangat

Baju biru kura-kura

Dan sinetron berlatar Yogyakarta

 

Dengan berita-berita tentang olahraga dan narkotika

 

Tak perlu kau gulung lengan bajumu

Hari memang sudah tua

Tapi November tahun ini mendung

Terus menggelayuti langit

Sembunyikan matahari

 

Dengan buku-buku yang tidak pernah terbaca

Dan ratusan e-pub di Samsung Nexus S

Yang lumayan awet baterainya

 

Kepala tak mampu menampung angka-angka yang dulu kau ingat

Sebelas nomor

Sepuluh nomor

Dua belas, atau berapa belas

Entahlah

 

Sehari lagi umur bertambah

Dan kini dirayakan tanpa seorang ayah

 

Tiga puluh empat

Setidaknya angka itu teringat

 

Pagi

Makan ketoprak di Gadog

Dengan puluhan orang-orang yang sekejap menjadi mandor

Menjadi kuli

Menjadi kolektor

Menjadi tukang ojek

Menjadi tukang gorengan

Menjadi tukang listrik

Dan selalu menjadi santri

 

Tidak lagi berkutat dengan penyiar radio

Fashion stylish

Jurnalis Gaya

Desainer Grafis

Copywriter

Yang selalu menjadi hipster

Medioker

 

Tidak tahu apakah harus bersyukur atau mengumpat

 

Pagi menulis di Gadog

 

Penulis
Gerald Manuel
Hobi musik, hobi nulis, tapi tetap melankolis.
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Eksplor konten lain Pophariini

Akselerasi Kreatif Musik Kemenekraf Dukung Kolaborasi Metal dan Rapai di Aceh

Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemenekraf) melalui program Akselerasi Kreatif Musik mempertemukan band metalcore Killa The Phia dengan komunitas musik tradisi Rapai Pasee Raja Buwah untuk sebuah kolaborasi yang membuktikan musik keras dan musik akar bisa …

5 Band Wonosobo Pilihan Budi TWL Youthfall

Dari sekian materi yang rilis setiap minggunya, masih banyak band-band dari berbagai kota di Indonesia yang belum masuk radar Pophariini. Melalui program Irama Kotak Suara, kami meminta vokalis band pop punk asal Wonosobo Youthfall, …