MBloc Fest 2022: Satu Minggu Jalan-Jalan Musik

Oct 5, 2022

MBloc Fest adalah festival yang sebetulnya sudah kami impikan sejak dulu sebagai sebuah media musik. Bagaimana sebuah ruang menyediakan sebuah ruang seluas-luasnya untuk mengangkat nama-nama baru di musik hingga bisa terdengar luas adalah misi mulia yang diemban MBloc Fest yang kebetulan juga kami amini sebagai media musik.

Digelar satu minggu penuh dari 25 September – 2 Oktober, festival ini digelar di banyak tempat di kompleks MBloc Space, dari gang sempt di Bloc Bar, venue intim di Twalen dan Foya sampai venue dengan kapasitas besar yang ada di MBloc Livehouse. Tiap harinya dari sore- malam, pengunjung dimanjakan dengan pertunjukan musik.

Traffic adalah tantangan terbesar dalam sebuah penyelenggaraan festival. Itu mengapa kami mengerti bahwa nama-nama besar alias well known masih diperhitungkan dalam line up sebuah festival untuk menjadi magnit penonton. Namun yang menarik dari Mbloc Fest, Beberapa nama line up besarnya bukan tergolong yang masif seperti DEWA 19 atau Noah, namun lebih kepada band-band macam Efek Rumah Kaca, The Adams, Reality Club, Mocca, Pure Saturday, rumahsakit, The Adams, Reality Club sampai The Brandals yang memang identik tumbuh dari skena musik di Jakarta. Oiya, bicara soal nama besar, MBloc Fest membuat sejarah dengan menjadi panggung pertama reuni band Cokelat dengan formasi originalnya.

Sisanya adalah nama-nama baru yang menarik untuk disimak dan uniknya, mereka tidak hanya datang dari Jakarta dan pulau Jawa, namun juga dari daerah yang jauh. Ada indie rockers Eleanor Whisper (Medan), duo folk Natinson (Makassar), trio ambience pop, MRNMRS (Lampung) yang main di hari pertama. Hardrockers Garuntang Gank (Lampung), penyanyi pop Zizi dan Brian Rahmattio (Padang), Hip Hop jazz In The Sky (Medan) dan masih banyak lagi.

Keberagaman baik latar belakang geografis dan ekspresi musik yang dihadirkan membuat MBloc Fest menjadi menarik untuk didatangi tiap harinya. Penonton diberi banyak pillihan jadwal untuk menonton band-band favorit mereka sembari mengusir keingintahuan akan musisi-musisi emerging yang mungkin blm pernah mereka tonton sebelumnya.

Sebelum akhirnya terlaksana MBloc Fest sendiri, sebetulnya MBloc sendiri sudah terlebih dulu membuat perhelatan sejenis, dari Emerging Showcase termasuk Tabik! yang kesemuanya menampilkan musisi-musisi baru dan emerging yang masih tetap digelar sampai hari ini.

Saya sendiri salut dengan atensi yang tinggi dari penonton yang hadir tiap harinya. Keinginan yang besar dari mereka untuk menikmati sajian musik yang datang dari tiap penampil dimana 80 persen dari mereka adalah band baru, patut diacungi jempol.

Oiya selain sajian musik, ada banyak menu di luar musik yang juga menjadi daya tarik dari MBloc Fest ini. Diantaranya ada The Writers Book Festival, sebuah kegiatan literasi dari komunitas The Writers yang digelar di hari pertama dan kedua MBloc Fest. The Writers Book Ferstival ini meliputi banyak aktivitas dari bincang dan bedah buku, pameran quotes, penampilan musik dan puisi semua berlokasi di Creative Hall.

Yang menarik lagi ada Pasar Wastra, aktivitas ini adalah pameran dan penjualan kain khas nusantara. Digelar di Creative Hall, aktivitas yang diinisiasi oleh Remaja Nusantara ini juga memberikan edukasi, memandu pengunjung untuk menjelajah kekayaan wastra Indonesia. Uniknya, ada kolaborasi antara Pasar Wastra ini dengan musikm diantaranya penampilan disjoki dengan menggunakan kain, tak terkecuali beberapa penampil di MBloc Fest seperti Sore dan Efek Rumah Kaca menggunakan kain-kain Indonesia.

Menu MBloc Fest lainnya yang tak kalah seru adalah  Jakarta Art Book Fair. Digelar di hari keenam sampai hari terakhir MBloc Fest ini adalah pameran buku berskala internasional yang untuk pertama kalinya datang ke Indonesia. Dihelat di Creative Hall, Jakarta Art Book Fair sukses dipenuhi pameran art book dari penerbit independen, penulis, penyunting, penerjemah, komunitas literasi lokal.

Ke depannya, festival ini harus terus digelar. Bukan tak mungkin, saya bertaruh pasti ada nama-nama baru di festival ini yang nantinya akan tumbuh menjadi nama-nama besar dan layak tampil di festival dengan skala besar seperti yang kita lihat belakangan ini.

____

Penulis
David Silvianus
Mahasiswa tehnik nuklir; fans berat Big Star, Sayur Oyong dan Liem Swie King. Bercita-cita menulis buku tentang budi daya suplir

Eksplor konten lain Pophariini

Band Rock Depok, Sand Flowers Tandai Kemunculan dengan Blasphemy

Setelah hiatus lama, Sand Flowers dengan formasi Ilyas (gitar), Boen Haw (gitar), Bryan (vokal), Fazzra (bas), dan Aliefand (drum) kembali menunjukan keseriusan mereka di belantika musik Indonesia.  Memilih rock sebagai induk genre, Sand Flowers …

Nyala Aksara: 25 Tahun Grindcore Pioner Semarang, AK//47

Saat ini AK//47 berbasis di Oakland, California, Amerika Serikat. Namun, Indonesia, terutama Semarang, tidak dapat dilepaskan dari tubuh AK//47