“Melompat Lebih Tinggi Dalam Menulis Lagu” oleh Eross Candra

Aug 31, 2022

Musik Sheila on 7 itu saya kira cukup simpel, tidak berumit-rumit, dan mudah ditangkap. Dari mana inspirasi tersebut muncul? Saya bisa mengatakan bahwa salah satu yang mempengaruhinya adalah band Potret. Potret itu sound-nya jelas dan tegas, terlihat sekali peran bass dan drumnya, terlebih lagi vokal dan liriknya. Sejak itu saya berpikir: mengapa tidak menciptakan lagu yang semacam itu? Pemikiran tersebut mendasari konsep kami dalam bermusik yaitu membuat refrain yang kuat, yang mudah diingat.

Progresi akor tidak perlu sulit-sulit, bahkan alangkah lebih baik jika banyak orang bisa turut memainkannya. Bagi saya pribadi, seluruh nada itu sudah tersedia, kita tinggal merangkainya saja. Ibarat menuangkan air, kita tinggal menuangkan saja, tapi kita juga yang mengatur takarannya agar “pas”.

Seperti halnya penulis lagu di era 90-an, saya menulis lagu dengan hanya bermodalkan gitar, alat perekam, kertas, dan pulpen. Justru lewat alat-alat tersebut, imajinasi bisa dikembangkan tanpa batas. Dulu, kami hanya mencari-cari progresi akornya terlebih dahulu, lalu membayangkan melodinya melalui humming, habis itu direkam.

Kalau kebiasaan saya pribadi, setiap mendapatkan bagian bait tertentu yang pas, saya akan merekam bait itu terlebih dahulu. Bagian bait adalah fondasi kuat. Jika bagian bait sudah ditemukan, nantinya akan lebih mudah dalam menggali bagian refrain. Berikutnya yang lebih rumit adalah perkara lirik. Lirik mestilah kuat, terutama untuk bagian refrain. Bahasa puitis tentu perlu, tetapi mesti dipahami oleh banyak orang dan gampang untuk diingat.

Jika ditanya inspirasi bermusik, selain Potret tadi, saya juga mendengarkan Ahmad Band secara intens untuk menambah kekayaan dari segi musikal. Saya sangat tergila-gila dengan sound drumnya Bimo Sulaksono dan pernah terobsesi agar sound drumnya Sheila on 7 sama persis. Ada cerita lucu: waktu rekaman album pertama, penata rekaman kami yang legendaris, Stephan Santoso bertanya, “Ros, kamu pengen sound drumnya kayak apa?” Saya bilang, ingin seperti Bimo-nya Ahmad Band. Selama satu shift (enam jam), kami cari-cari sound yang dimaksud tapi tetap kurang berhasil. Oke, kami cukup puas dengan sound drum-nya, tapi tetap kami merasa itu belum mirip dengan punyanya Bimo. Lalu suatu hari, saat album kami rilis, rupanya Bimo mendengarkan album kami dan bertanya pada Stephan, “Steph, lu yang nge-engineer-in Sheila on 7 ya? Sound drum-nya asik banget tuh, gimana cara bikinnya?” Kami tertawa-tawa jika teringat pengalaman itu.

 

Tentang Lagu-Lagu Sheila on 7

Di antara lagu-lagu Sheila on 7, hal yang paling sering ditanyakan pada saya adalah tentang penulisan lagu Sephia. Lagu Sephia ini, seperti yang kita ketahui, adalah tentang selingkuhan. Awalnya, ada keberatan dari Duta selaku vokalis. Alasannya, sebelumnya kami banyak menyanyikan lagu-lagu seperti Jadikanlah Aku Pacarmu atau Anugerah Terindah, tapi ternyata sekarang jadi tentang “kekasih gelap”. Saya paham keberatan Duta karena dengan posisinya sebagai vokalis, ia adalah pihak penyampai cerita (story-teller) dan ia pasti agak kurang sreg jika harus menyampaikan pesan yang bertentangan dengan nilai-nilai yang dianutnya. Meski kami sering berdebat soal ini (sampai sekarang), tapi kami selalu menemukan jalan tengah dan saya berterima kasih pada Duta karena kerap membawakan lagu-lagu saya dengan sangat baik.

Sedikit hal yang agak disesali tentang lagu ini adalah pendapat banyak orang yang mengatakan refrain lagu itu mirip Begadang-nya Rhoma Irama. Jika saya bisa memutarbalikkan waktu, mungkin lagu tersebut akan sedikit dipelesetkan agar melodinya tidak terlalu mirip. Namun hal-hal semacam itu bukan untuk disesali. Saya yakin banyak penulis lagu saat karyanya sudah rilis, akan berpendapat, “Wah harusnya bukan seperti itu, tapi seperti ini!”. Namun saat lagu itu sudah melangkah jauh dan diterima pendengar, lama-lama kita akan berpendapat, “Ya sudah, biarkan saja demikian, saya tidak akan mengotak-atik lagi.”

Selain itu, orang juga sering bertanya soal lagu Seberapa Pantas, terutama berkaitan dengan intro-nya. Waktu itu, saya ingat membuat lagu tersebut dari nada dasar C. Saat Duta menyanyikan, nada dasarnya berubah hingga F#! Memang begitu, hal pertama yang harus dipikirkan bagaimana caranya agar Duta bisa menyanyikan dengan nyaman. Instrumen mesti “mengalah” meski harus menggesernya hingga ke nada dasar yang sulit. Akhirnya dari nada dasar F# tersebut, muncul begitu saja intro yang kata orang-orang sangat pas itu.

 

Menulis Lagu itu Tidak Ada Rumusnya

Setiap saya ditanya tentang proses penulisan lagu, saya akan menjawab dengan cara berbeda-beda, sangat tergantung dari lagu mana yang diciptakan. Intinya, membuat lagu itu tidak ada teori dan rumusnya. Tidak ada tips membuat lagu karena yang ada hanyalah wacana. Jika saya mengatakan: saya bikin lagu dengan cara seperti ini, maka belum tentu hal tersebut sama dengan orang lain. Orang lain mestinya punya gaya sendiri. Justru jika pembaca membuat lagu seperti yang saya lakukan, mungkin jadinya pembaca akan menciptakan lagu seperti Eros, padahal bukan itu intinya. Dalam membuat lagu, pesan dan vibe itu sangat penting dan ini biasanya tergolong personal, benar-benar dikembalikan pada bagaimana cara kita memahami musik dan hidup itu sendiri. Belum lagi jika dikaitkan dengan pertambahan usia, perkembangan teknologi, semua proses penulisan lagu akan ikut berubah.

Namun hal yang menurut saya pasti dilakukan semua penulis lagu adalah terus mendengarkan referensi. Mendengarkan musik yang sudah lampau ataupun yang baru-baru adalah sama pentingnya. Referensi itu juga bukan untuk ditiru, tapi justru sebaliknya: untuk menemukan musik kita sendiri, yang berbeda dengan mereka. Pengaruh-pengaruh tentu tidak bisa dihindari, tapi selama kita jujur dalam berkarya, niat untuk menyampaikan pesan sebaik-baiknya, kita akan menyadari perbedaan karya kita dengan karya-karya musik lainnya.


 

1 Comment
Inline Feedbacks
View all comments
Imam bukori prasetyo
Imam bukori prasetyo
2 years ago

❤️‍🔥❤️‍🔥

Eksplor konten lain Pophariini

Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota

Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …

5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac 

Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …