Rekomendasi PHI: 5 Buku Musik Indonesia Teranyar

Mar 22, 2018

Sudah rahasia umum bila berkunjung ke toko buku besar lokal dan mendatangi bagian musiknya kita hanya akan menemukan buku-buku panduan cepat bermain alat musik atau kord-kord lagu populer. Bukannya buku-buku yang bisa memuaskan dahaga akan pengetahuan tentang musik. Jangan coba bandingkan dengan bagian musik di toko buku impor. Dari sejarah musik, pembahasan mendalam sebuah album/band, ataupun membahas sejarah dan tipe gitar, biografi musisi dan masih banyak lagi bisa ditemukan di sana.

Namun beberapa tahun belakangan ini buku musik lokal menunjukan geliatnya. Buku musik lokal mulai diterbitkan, baik itu dari penerbit independen maupun penerbit besar. Topik yang dibahas pun cukup beragam. Kebanyakan penulis musik ini adalah penulis di webzine/blog sehingga kebanyakan buku musik ini berisi kumpulan tulisan yang pernah diterbitkan secara online. Ini menggembirakan, karena berbanding terbalik dengan rilisan fisik (majalah, cd dll) yang meredup tergantikan digital, justru para penulis/penerbit ini merasa perlu untuk menerbitkan tulisan dalam bentuk fisik. Silakan simak beberapa buku musik lokal pilihan PHI di bawah ini.

 

Lokasi Tidak Ditemukan: Mencari Rock And Roll Sampai 15.000 Kilometer – Taufiq Rahman (Elevation books)

Ini adalah buku pertama Taufiq yang berisi kumpulan tulisan-tulisan provokatif yang dijamin akan membuat penasaran untuk mencari dan mendengarkan semua musisi-musisi yang ia bahas. Dari band legendaris terkenal, hingga nama-nama yang sama sekali belum pernah terdengar namanya, namun (ternyata) menyandang status cult. Walaupun nama-nama itu sebenarnya sudah wara-wiri di berbagai daftar album terbaik sepanjang masa versi berbagai macam media. Yang menarik adalah di sela-sela name dropping album atau musisi yang belum pernah terdengar, dan beberapa kali Taufiq menulis dengan penuh kesombongan, ia juga bisa membahas soal Indonesia dengan menarik. Dari Gen X dan Orde Baru, lagu protes Iwan Fals, Rhoma Irama dan Slank, hingga keajaiban grup hard rock legendaris  Indonesia, AKA.

 

#GilaVinyl – Wahyu Acum (Gramedia)

Ringan, ringkas dan seru. Buku ini jauh dari kata membosankan terutama jika ingin tahu tentang seluk beluk kultur piringan hitam (PH). Cara pembahasan buku ini juga sangat mengalir dan ringan, seolah kita sedang turut mengalami cerita-cerita yang diceritakan Acum. Buku ini terdiri dari 3 bab. Bab 1 bercerita tentang hal-hal mendasar seputar PH, bab 2 tentang cerita seru dan lokasi-lokasi berburu PH, bab 3 berisi cerita seru wawancara dari para tokoh muda penggemar piringan hitam yang terdiri musisi, penyiar radio, pembawa acara televisi, seniman hingga pemilik toko piringan hitam itu sendiri. Sangat direkomendasikan buat yang baru mulai ingin membaca tentang musik dan bisa jadi pegangan praktis untuk mendalami hobi mengumpulkan PH.

 

Pias: Kumpulan Tulisan Seni dan Budaya  – Aris Setyawan (Warning Books)

Meskipun fokusnya tidak hanya membahas soal musik, tapi itu yang membuatnya menarik. Sesuai judulnya Pias: Kumpulan Tulisan Seni dan Budaya banyak membahas soal seni dan budaya. Maka itu selalu menarik mengetahui bagaimana lokalisme bereaksi dalam merespon musik, dan gaya hidup dari luar. Aris bercerita melalui kumpulan-kumpulan tulisan pendeknya soal musik independen, gaya hidup media sosial, seni rupa dari ajang bergengsi hingga para mahasiswanya, kebisingan kota, eksotika dangdut, politik, film, soal ide dan kreativitas, seksualitas hingga pojok-pojok di kampus dan warung kopi dan warung nasi. Yang seru juga adalah buku ini banyak menyelipkan referensi-referensi pribadi Aris. Sehingga membuat penasaran untuk mencari sumber-sumber referensi yang ia sebutkan.

 

Nice Boys Don’t Write Rock N Roll – Nuran Wibisono

Buku tebal 575 halaman ini sekilas nampak horor. Namun jika melihat isinya yang terdiri dari tulisan-tulisan pendek dan kaya pembahasan, buku ini langsung nampak seperti burger premium montok dengan isi daging berlapis-lapis yang ingin segera dilahap habis. Terdiri dari 6 bab yang dibagi menjadi side A, B, hingga side F. Side A dan B, buku ini membahas soal nasib kaset di ujung jaman, jurnalisme musik, industri musik, label rekaman, obsesi go international, “kota musik” dan musik elektronik di Indonesia. Bagian side C khusus membahas dalam soal glam rock, yang menjadi spesialisasi dan obsesi Nuran sebagai pecinta hard rock 80an, terutama Guns N Roses. Namun jangan takut jadi membosankan, karena ia bisa menulis tentang John Mayer dengan menarik di Side D. Juga tentang Galang Rambu Anarki, putra Iwan Fals, Ahmad Dhani serta Bunda Iffet “Slank” yang tidak lepas dari pengamatannya di Side E. Dan di Side F kita akan menemukan perpisahan dalam membahas Nike Ardila, almarhum Ucok AKA, sang pangeran rock n roll Indonesia hingga kematian rock n roll yang dikubur di Los Angeles.

 

MUSIK INDONESIA 1997-2001 – Jeremy Wallach (Komunitas Bambu)

Jika tertarik membaca tentang skena subkultur anak muda dan musik independen di Indonesia saat ini, tidak bisa lepas dari apa yang terjadi di akhir era 90an. Hal itu banyak dibahas di buku yang membahas era spesifik rentang 1997-2001. Era di mana situasi politik sedang berkembang dan ditandai oleh jatuhnya rezim Orde Baru yang berimbas hingga kepada perkembangan musik populer di Indonesia, terutama skena subkultur musik anak muda (so called underground). Buku ini merupakan disertasi dari sang penulis, sehingga hadir secara detail namun tidak sekaku itu dan masih seru untuk dibaca. Buku ini sebenarnya sudah dirilis sepuluh tahun lalu di luar negeri, namun tahun lalu Komunitas Bambu memutuskan untuk menghadirkannya bagi pembaca Indonesia.

 

____

Penulis
Anto Arief
Suka membaca tentang musik dan subkultur anak muda. Pernah bermain gitar untuk Tulus nyaris sewindu, pernah juga bernyanyi/bermain gitar untuk 70sOC.

Eksplor konten lain Pophariini

Di Balik Panggung Serigala Militia Selamanya

Seringai sukses menggelar konser Serigala Militia Selamanya di Lapangan Hockey Plaza Festival hari Sabtu (30/11). Bekerja sama dengan Antara Suara, acara hari itu berhasil membuat program pesta yang menyenangkan untuk para Serigala Militia tidak …

Wawancara Eksklusif Adikara: Bermusik di Era Digital Lewat Tembang-Tembang Cinta

Jika membahas lagu yang viral di media sosial tahun ini, rasanya tidak mungkin jika tidak menyebutkan “Primadona” dan “Katakan Saja” untuk kategori tersebut. Kedua lagu itu dinyanyikan oleh solois berusia 24 tahun bernama Adikara …