“Mengenal Skena Sukabumi” Oleh Vhal Rasyid
Kota dan musik merupakan dua hal yang saling berkelindan. Mereka saling membutuhkan seperti halnya musik perlu kota untuk mengembangkan identitasnya. Namun, terlepas dari relasi yang bersifat mutualisme ini, satu kesimpulan yang bisa saya tarik: Anda bisa melihat suatu kota cukup dari bagaimana musik di kota itu berkembang.
Berbicara tentang Sukabumi, tempat di mana saya dilahirkan dan dibesarkan, yang letaknya sendiri dibilang cukup strategis. Mungkin karena secara geografis juga Sukabumi ini merupakan daerah kecil dan terletak di antara dua kota yang berpengaruh atas budaya pop: Jakarta dan Bandung. Kedua kota besar ini cukup berpengaruh terhadap kultur di Sukabumi dalam banyak hal terutama musik. Belakangan skena musik di Sukabumi sudah mulai menggeliat, dilihat dari mulai banyaknya musisi baru yang lahir, banyaknya musisi Sukabumi yang mulai merilis karyanya sendiri, dan ajang pertunjukan musik yang mulai banyak diadakan baik dalam skala kecil maupun besar. Tentunya hal tersebut terjadi sebelum adanya pandemi.
Skena musik di Sukabumi akhir-akhir ini pun cukup beragam dengan berbagai macam corak genre musik. Saya merasa kota ini patut untuk mendapatkan apresiasi lebih, karena bagi saya Sukabumi memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan musisi yang berkualitas dan dapat bersaing dengan musisi dari kota besar. Sayangnya perkembangan skena musik di sini yang mulai membaik ini tidak dibarengi dengan kahadiran peran media pemberitaan musik. Seringkali terdapat kesenjangan informasi untuk cakupan kekuatan sosial agar mendapat pendengar yang lebih luas. Meskipun begitu, saya tidak punya pilihan. Saya lahir di Sukabumi. Saya harus membuat suar berupa suara. Setiap gigs adalah media ajang pertemuan informasi. Selain itu, di dalamnya ada arus jejaring juga. Jadi, ketika kita bertemu, saling berkabar dan bercerita secara langsung, itu juga menjadi media pemberitaan untuk memperluas cakupan pendengar. Itu yang saya dan teman-teman yakini dan amini sampai sekarang.
Kolaborasi lintas sektor pun sudah mulai terjadi antara musisi dan artisan illustrator untuk membuat karya bersama, seperti lagu yang direspon oleh ilustrator atau kolaborasi musisi dengan fotografer untuk keperluan artwork. Hal tersebut terjadi karena cukup cairnya skena kreatif yang ada di Sukabumi untuk saling mendukung satu sama lain dengan menguntungkan kedua belah pihak tentunya. Sesuatu yang cukup menggembirakan dan diharapkan untuk dapat terus berlangsung demi membuat ekosistem yang baik bagi perkembangan musik di sinii.
Meskipun demikian, perkembangan skena musik di Sukabumi tidak dibarengi dengan infrastruktur musik yang memadai, seperti tidak adanya venue yang memadai untuk seni pertunjukan, misalnya untuk pertunjukan akustik, ataupun tempat yang nyaman untuk diadakannya pertunjukan.
Juga dalam hal producing dan pengkaryaan, Sukabumi mempunyai keterbatasan tempat untuk rekaman yang professional untuk membuat hasil produksi dengan kualitas audio yang lebih bagus.
Juga cap “band pembuka” yang diberikan kepada musisi lokal di satu pertunjukan yang mengundang “bintang tamu” membuat perlakuan “band pembuka” ini tidak sepadan dengan “bintang tamu” misalnya mengenai jam tampil, jadwal check sound, backstage dan hal hal teknis lainnya yang kurang diperhatikan oleh penyelenggara yang selalu menganggap “band pembuka” hanya sekedar pertunjukan untuk mengisi waktu sebelum hidangan utama. Tentunya hal ini menjadi sesuatu yang harus diperhatikan lagi oleh penyelenggara acara di Sukabumi agar memperlakukan semua talent sama baiknya untuk kemajuan ekosistem musik yang lebih baik lagi.
Namun, saya yakin dengan segala kesulitan dan kekurangannya, kota ini akan memunculkan musisi baru yang layak untuk diperhitungkan dan diperbincangkan.
Tentunya tulisan ini hanya memuat sedikit hal tentang apa yang terjadi di skena musik Sukabumi dari pandangan saya pribadi. Selebihnya, masih banyak hal yang tidak tertulis di sini untuk menggambarkan skena musik di Sukabumi secara lebih luas lagi.
_____
Vhal Rasyid adalah seorang musisi asal Sukabumi bergenre pop yang, dengan segala keterbatasan dan ketakutannya, mencoba jujur dalam bermusik. Pada 25 Agustus 2021 baru merilris single ketiga berjudul “Maktub”.
Artikel Terkait
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota
Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …
5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac
Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …