Menonton Film Musik Indonesia: Duo Kribo dan Ambisi

Satu kribo datang dari kampung, mengadu nasib dan nada di Jakarta, diperankan oleh Ucok AKA. Satu kribo lainnya baru saja pulang dari luar negeri dan membentuk grup rock dengan peralatan musik yang bonafid, diperankan oleh Achmad Albar. Gesekan terjadi di antara mereka, semakin memanas, kemudian berhasil didamaikan, dan bahkan berkolaborasi di pentas akhir cerita. Dan kami, para “penonton muda” dibuat takjub dengan tontonan ajaib itu, yang beredar pertama kali pada 1977 di Indonesia.
Film tersebut tak lain adalah Duo Kribo. Setelah selesai diputar, sutradara Edward Sirait yang turut hadir di Taman Ismail Marzuki pada perhelatan “Sejarah Adalah Sekarang 4 (Bulan Film Nasional 2010)” pada 2010 silam, membeberkan cerit menarik dibalik pembuatannya. Sirait mengaku tidak terlalu mengerti dan menguasai tema dan cerita film itu (atau bahkan tidak terlalu sreg, saya agak lupa). Ia mengerjakannya lebih karena “hutang produksi” pada rumah produksi di mana ia bernaung saat mengerjakan film pertamanya, Chicha (1976) (dari judulnya sudah boleh diterka, film ini dibintangi oleh Chicha Koeswoyo). Mendengar kisah itu sebenarnya saya tidak merasa heran mengapa Duo Kribo tetap tampak begitu menarik, bagaimanapun gambar-gambar itu diambil, sebab penulis skenarionya sungguh sosok yang tepat: Remmy Sylado!

Poster film Duo Kribo (1977) Foto: https://akumassa.org/id/menonton-duo-kribo/
Duo Kribo begitu jenaka, bahkan serasa karikatur, dalam menyorot industri musik rock Indonesia saat itu, terlebih bagian mimpi-mimpi anak muda, dari mana pun mereka berasal. Remmy habis-habisan membuat dialog yang lucu, kadang humor yang begitu “sektoral”, sementara soundtrack film beserta lirik-liriknya dibuat sangat pol (dari “Mencarter Roket” sampai “Panggung Sandiwara”)– menemani kondisi bokek, kehidupan anak muda kelas atas, rasa bingung, saling sikut, cemburu, dan kostum-kostum panggung yang eksentrik! Film yang sangat ngehek, sangat kitsch, dengan tema musik rock! Tentu kami, generasi sesudahnya, merangkul film itu dengan senyuman mengerti, hormat, dan berteman.

Eksplor konten lain Pophariini
Rise of The Deadtown Jadi Babak Baru Gigs Musik Keras di Wonosobo
Sekian lama tenggelam dalam kesunyian tanpa gelaran musik skala komunitas, Kota Wonosobo akhirnya kembali bergelora lewat acara Rise of The Deadtown hari Sabtu (19/07) di Le Coffee. Perhelatan ini dirasa menjadi sebuah pernyataan lantang …
Royal To Champagne Ceritakan Pendewasaan di Album Mini Perdana
Unit asal Cibubur, Royal To Champagne resmi merilis album mini perdana bertajuk Self-titled hari Selasa (15/07). Perilisan ini penanda penting enam tahun perjalanan band, selebrasi atas persahabatan, kedewasaan, dan mimpi yang pelan-pelan menjadi nyata. …