Menonton Film Musik Indonesia: Duo Kribo dan Ambisi

Mar 30, 2018

Sebelumnya, pada 1973, dirilis film Ambisi.  Berbeda dengan Duo Kribo yang konon botak penonton dan apresiasi pada masa peredarannya dahulu, Ambisi setidaknya meraih penghargaan Tata Artistik Terbaik FFI 1974 dan mudah diakses dalam format kaset video pada 1980an. Kombinasi sutradara dan penulis skenario pun jelas lebih serasi: Nya’ Abbas Akup menggarap naskah Mus Mualim. Namun keabsurdan dan kejenakaan tetap jadi kekuatan film berlatar industri musik Indonesia ini. Film bahkan dibuka dengan adegan Bing Slamet (berkemeja, berdasi, dan bercelana boxer), menyiapkan kopi untuk istrinya yang masih lelap berdaster, didorong dengan trolley ke tepi tempat tidur, Ada penampilan video musik Koes Bersaudara, Bimbo, dan God Bless—sesuatu yang luar biasa pada eranya! Ada adegan pasangan hidup menyerobot mengganti saluran siaran radio, dan lagu di film pun berganti sejenak, kemudian kembali lagi ke lagu awal saat gelombang radio diputar kembali ke posisi semula.  Ada adegan sureal berupa busana-busana putih dan ranjang-ranjang di alam terbuka. Dan yang pasti, ada rasa gregetan ingin menjadi bintang, persaingan penyanyi, perusahan rekaman yang sulit ditembus, yang kesemuanya dibuat menjadi drama musikal yang diserobot komedi. Selain dibintangi oleh Bing Slamet dan Benyamin S yang berperan sebagai “insan radio”, Ambisi menampilkan biduan dan biduanita beken di zamannya: Anna Manthovan dan Deddy Damhudi.

 

Poster film Ambisi (1973) Foto: https://id.wikipedia.org

Demikianlah musik Indonesia, dalam berbagai dimensinya, seringkali menarik kala tampil dalam format komedi pada film-film lama. Bahkan pada porsi yang sedikit karena tema besarnya bukan tentang industri musik; tengok saja bagaimana Bokir berperan sebagai bos label di film Betty Bencong Slebor (1978) dan Hamid Arief tampil sebagai promotor konser pada Manusia 6.000.000 Dollar (1981). Kelompok lawak Sersan Prambors pernah menjadikannya tema yang lebih besar, saat menampilakan suasana kerja di sebuah stasiun radio, divisualkan dengan sangat “ugal-ugalan” (Muklis jadi bos radio dan gemar adu jangkrik di ruangannya, Pepeng jadi kepala operasi radio dan gemar mengorek-ngorek kuping dengan jari lalu menghirup aroma dari kelingkingnya serta dijadikan “bulan-bulanan” oleh anak-anak buahnya). Pada film yang relatif lebih baru, Mendadak Dangdut (2006), bahkan menyorot bisnis musik dalam arena yang berada di pinggirnya, dan tetap menggunakan formula komedi di sana-sini.  

1
2
3
Penulis
Harlan Boer
Lahir 9 Mei 1977. Sekarang bekerja di sebuah digital advertising agency di Jakarta. Sempat jadi anak band, diantaranya keyboardist The Upstairs dan vokalis C’mon Lennon. Sempat jadi manager band Efek Rumah Kaca. Suka menulis, aneka formatnya . Masih suka dan sempat merilis rekaman karya musiknya yaitu Sakit Generik (2012) Jajan Rock (2013), Sentuhan Minimal (2013) dan Kopi Kaleng (2016)

Eksplor konten lain Pophariini

Juicy Luicy – Nonfiksi

Lewat Nonfiksi, Juicy Luicy semakin mengukuhkan diri sebagai band pengusung lagu patah hati dengan formula pop R&B yang jitu dan ultra-catchy. Pertanyaannya: sampai kapan mereka akan menjual kisah patah hati kasihan dan rasa inferioritas …

Selat Malaka Resmi Mengeluarkan Album Penuh Perdana

Band asal Medan bernama Selat Malaka resmi mengeluarkan album penuh perdana self-titled hari Jumat (22/11). Sebelumnya, mereka sudah mengantongi satu single “Angin Melambai” yang beredar tahun lalu.     View this post on Instagram …