Menonton Film Musik Indonesia: Duo Kribo dan Ambisi

Bagi saya, pendekatan komedi menjadi favorit kala sebuah film membahas musik. Walau mungkin bisa menempuh jalur lain, misalnya Damai Kami Sepanjang Hari (1985) yang dibintangi oleh Iwan Fals, drama mendominasi film, atau Whiplash (2014) di luar sana (yang seharusnya nyaris tanpa fiksi karena diangkat dari kisah nyata). Sementara di luar pun kita mengenal film Airheads (1994), misalnya, sebuah komedi tentang mensabotase stasiun radio dengan soundtrack yang merayakannya!
Bilapun terlalu jauh dari tema musik, peran-peran bermain musik juga bisa sangat menyergap penonton pada film-film Indonesia klasik lainnya. Film-film Warkop tidak pernah sama tanpa Kasino bernyanyi (di teras, pantai, maupun warung pinggir jalan). Film-film Benyamin? Sudah barang tentu brang-breng-brong! Film-film Rhoma, selalu ada irama. Mang Udel dengan ukulelenya sangat berarti pada Ateng Mata Keranjang (1975), memberikan birama kegilaan yang maksimal. Gito Rollies menyanyikan “Rindu Lukisan” pada Kereta Api Terakhir (1981) sudah menjadi adegan favorit banyak orang. Nyanyian pilu Jendral Naga Bonar, maksud saya Deddy Mizwar di Nagabonar (1987), saat melepas kepergian sahabatnya yang gugur, terlalu berkesan untuk dilupakan. Asmuni membuka kelas les biola adalah detail bahaya pada Cintaku di Rumah Susun (1987). Terus maju ke depan: Pestolaer jadi cameo di Kuldesak (1998) sampai Anda di Ada Apa dengan Cinta? (2002). Daftar ini akan sangat panjang jika berkenan untuk diteruskan.
Nah, kita kembali ke awal saja, katakanlah, tentang film musik Indonesia. Justru seharusnya sekarang banyak lagi bermunculan, sejak industri musik itu sendiri telah menempuh banyak cara-cara baru dalam bisnisnya. Banyak sisi dan dimensi terbaru yang bisa dijadikan hiburan bagi kita, tentu dengan menggarapnya secara luwes, secara kasual, sangat mungkin dengan pendekatan komedi. Membayangkan ada Duo Kribo atau Ambisi versi masa kini.
Tapi, kira-kira, siapa, ya, yang cocok membuatnya? Siapa saja bintang-bintang filmnya? Mungkin kamu punya kandidatnya.
___

Eksplor konten lain Pophariini
Lirik Lagu Pikiran Yang Matang Perunggu tentang Kehidupan di Era Digital
Frekuensi memutar lagu “Pikiran Yang Matang” yang cukup sering di ruangan redaksi Pophariini menjadi alasan mengapa kami ingin mengangkat cerita di balik lagu untuk halaman artikel lirik kali ini. Seperti biasa, kami …
Proyek Musik Danilla, I Talk Too Much When I’m Drunk Rilis Single Perdana Front Door
Proyek musik elektronik asal Jakarta yang menamakan diri mereka, I Talk Too Much When I’m Drunk (ITTMWID) resmi merilis single perdana bertajuk “Front Door” melalui label Laguland sebagai naungan. Cukup serius, proyek ini langsung …