Menonton Film Musik Indonesia: Duo Kribo dan Ambisi

Mar 30, 2018

Bagi saya, pendekatan komedi menjadi favorit kala sebuah film membahas musik. Walau mungkin bisa menempuh jalur lain, misalnya Damai Kami Sepanjang Hari (1985) yang dibintangi oleh Iwan Fals, drama mendominasi film, atau Whiplash (2014) di luar sana (yang seharusnya nyaris tanpa fiksi karena diangkat dari kisah nyata). Sementara di luar pun kita mengenal film Airheads (1994), misalnya, sebuah komedi tentang mensabotase stasiun radio dengan soundtrack yang merayakannya!

Bilapun terlalu jauh dari tema musik, peran-peran bermain musik juga bisa sangat menyergap penonton pada film-film Indonesia klasik lainnya. Film-film Warkop tidak pernah sama tanpa Kasino bernyanyi (di teras, pantai, maupun warung pinggir jalan).  Film-film Benyamin? Sudah barang tentu brang-breng-brong! Film-film Rhoma, selalu ada irama. Mang Udel dengan ukulelenya sangat berarti pada Ateng Mata Keranjang (1975), memberikan birama kegilaan yang maksimal.  Gito Rollies menyanyikan “Rindu Lukisan” pada Kereta Api Terakhir (1981) sudah menjadi adegan favorit banyak orang. Nyanyian pilu Jendral Naga Bonar, maksud saya Deddy Mizwar di Nagabonar (1987), saat melepas kepergian sahabatnya yang gugur, terlalu berkesan untuk dilupakan. Asmuni membuka kelas les biola adalah detail bahaya pada Cintaku di Rumah Susun (1987). Terus maju ke depan: Pestolaer jadi cameo di Kuldesak (1998) sampai Anda di Ada Apa dengan Cinta? (2002). Daftar ini akan sangat panjang jika berkenan untuk diteruskan.

Nah, kita kembali ke awal saja, katakanlah, tentang film musik Indonesia. Justru seharusnya sekarang banyak lagi bermunculan, sejak industri musik itu sendiri telah menempuh banyak cara-cara baru dalam bisnisnya. Banyak sisi dan dimensi terbaru yang bisa dijadikan hiburan bagi kita, tentu dengan menggarapnya secara luwes, secara kasual, sangat mungkin dengan pendekatan komedi. Membayangkan ada Duo Kribo atau Ambisi versi masa kini.

Tapi, kira-kira, siapa, ya, yang cocok membuatnya? Siapa saja bintang-bintang filmnya? Mungkin kamu punya kandidatnya.

 

___

 

1
2
3
Penulis
Harlan Boer
Lahir 9 Mei 1977. Sekarang bekerja di sebuah digital advertising agency di Jakarta. Sempat jadi anak band, diantaranya keyboardist The Upstairs dan vokalis C’mon Lennon. Sempat jadi manager band Efek Rumah Kaca. Suka menulis, aneka formatnya . Masih suka dan sempat merilis rekaman karya musiknya yaitu Sakit Generik (2012) Jajan Rock (2013), Sentuhan Minimal (2013) dan Kopi Kaleng (2016)

Eksplor konten lain Pophariini

Yella Sky Sound System Rayakan 1 Dekade Lewat Album Mini The Global Steppers

Unit dub kultur sound system asal Jakarta, Yella Sky Sound System merayakan satu dekade eksistensi lewat perilisan album mini terbaru bertajuk The Global Steppers (20/12). Dipimpin oleh produser sekaligus selektor Agent K, album mini …

Parade Hujan Kolaborasi dengan Monita Tahalea Rilis Single Kehadiran

Setelah merilis single “Maka Diturunkanlah Hujan” bersama Adrian Yunan, Parade Hujan menggaet Monita Tahalea sebagai kolaborator untuk single berjudul “Kehadiran”. Lagu ini menjadi tonggak penting bagi grup yang sedang merampungkan album penuh mereka.   …