Mentari Novel – That Girl
Mentari Novel, adalah penyanyi/penulis lagu yang bersuara tipis dan ringkih. Namun, melalui album perdana, That Girl, ia berhasil menemukan kekuatan dan karakter vokalnya dalam balutan musik yang dikerjakan matang dan tidak berlebihan.
Dunia saat ini belum berpihak kepada para penyanyi perempuan dengan suara unik. Lanskap penyanyi perempuan masih didominasi oleh mereka yang bersuara merdu, tebal, dan bulat, yang mampu meliuk rendah atau tinggi, serta yang utama: harus nge-pop dan tidak boleh terlalu berbeda.
Ini pula yang saya tangkap ketika menyimak Mentari Novel untuk pertama kalinya. Sempat kesulitan mencerna dan mencari pembanding di Indonesia, meski karakter vokal serupa dimiliki oleh vokalis band indie pop 90-an dari Inggris seperti The Sundays dan LUSH. Kedua nama itu muncul ketika Mentari menyanyikan lagu-lagunya yang mayoritas berlirik bahasa Inggris.
Namun, ketika mendengarkan 11 lagu dalam album debutnya That Girl, ternyata Mentari Novel menyimpan lebih dari itu. Terlebih saat bagian lirik di lagu Indonesia yang melankolis, “Selamat Beristirahat”, menarik perhatian saya.
“Takkan ada pertengkaran / Bahkan di hari Lebaran / Namun kau selalu bersama / Di setiap ku berjalan”
Oke, selain liriknya berima, tapi ada apakah dengan pertengkaran di hari lebaran?
Saya terpancing untuk menyimak lirik lainnya sambil menyimak lagu-lagunya, dan benar saja. Mentari bercerita tentang kontemplasi lika-liku hubungannya dengan almarhum ayahnya, yang pernah menjadi penyanyi Indonesia gaek era 60-an. Sang ayah yang mendidik dengan keras sekaligus mendorong Mentari Novel menjadi musisi. Cerita itu menjadi benang merah menarik dalam album ini.
Diceritakan via linimasa secara menarik dan runut sejak lagu pertama, “Expectation”. Harapannya saat ulang tahun di usia 12 tahun tentang menjadi dewasa, bagaimana kenyataan berbeda dan memaksa untuk bertahan. Lagu “I Apologize” adalah permohonan maaf Mentari karena cara mencintai yang dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu dengan sang ayah yang kurang baik. Juga tentang amarah dan kesepian masa remaja yang masih berhubungan dengan sang ayah dalam “When I Was Young”. Mentari memutuskan untuk bangkit dalam “Tired of Being Not Okay” yang nge-rock dengan riff gitar dan licks-nya yang khas. Mentari juga punya kemampuan bertutur dengan linimasa alur maju-mundur, seperti dalam lagu “23”, “Hope”, dan “That Girl” yang terasa linear.
Kekuatan Mentari menulis lirik bahasa Indonesia baru tampak di lagu “Kuat”. Keraguan dan kekhawatirannya ia nyanyikan dengan suaranya yang tipis dan ringkih namun terasa lepas dan emosinya begitu matang. Juga di lagu berlirik Indonesia, “Selamat Beristirahat”, yang memiliki kekuatan emosional dan pesan yang kuat. Di sini, kekuatan vokal dan penulisan lirik Mentari Novel berpadu dengan sangat baik, sehingga untaian kata dan karakter vokal uniknya yang dilatih dengan sangat baik bisa menjadi senjata maut dalam menyampaikan pesan-pesan tersebut.
Namun, disayangkan kedua lagu berlirik bahasa Indonesia yang kuat ini membuat lagu dangdut nge-rock dan catchy “Awake” jadi terasa hambar. Di sini, Mentari terdengar seperti Alanis Morissette dengan tempelan musik dangdut ala kadarnya demi estetika belaka. Kalau saja Mentari bereksplorasi dengan lirik Indonesia, atau dengan cengkok dangdut, mungkin akan terdengar lebih menarik.
Dalam hampir 40 menit di album perdananya, Mentari Novel berhasil membuktikan dirinya punya potensi sebagai penulis lirik yang jeli memilih tema, serta penyanyi yang punya karakter kuat. Dibantu sang produser sekaligus suaminya, Andika Deva (produser album Prince Hussein, gitaris Pamungkas) yang jeli, ia mampu memaksimalkan kemampuan Mentari Novel bernyanyi, syahdu, mellow sekaligus nge-rock. Namun, disayangkan pemilihan bahasa Inggris tampak menjadi batu ganjalan.
Andai saja dengan tema sosok ayah ini Mentari menulis lirik sepenuhnya dalam bahasa Indonesia, bukan tidak mungkin album ini bisa menjangkau lebih banyak pendengar. Seperti yang telah Nadin Amizah lakukan dengan mengangkat sosok ibu dalam banyak lagunya.
Meskipun begitu, dengan That Girl, Mentari Novel berhasil membuktikan banyak hal. Tidak hanya berhasil menjadikan album ini katarsis untuk dirinya, namun juga melengkapi jajaran para penyanyi/penulis lagu perempuan Indonesia dengan suara unik yang telah lebih dulu bersinar seperti Endah Widiastuti dari Endah N’ Rhesa serta Elda Suryani dari Stars and Rabbit.
Artikel Terkait
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota
Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …
5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac
Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …