Morgensoll – Eternal
Sejak dilepas 27 Januari 2023, saya kebingungan memaknai Eternal dari Morgensoll sebagai album penuh atau EP. Pasalnya, Eternal hanya memiliki empat lagu, namun secara durasi butuh waktu 40 menit 38 detik untuk menikmatinya.
Jika melihat laman Wikipedia, sebuah rilisan dapat disebut album penuh jika memiliki lebih dari 8 lagu, dengan durasi sekitar 30-60 menit. Sedangkan, album mini/EP biasanya terdiri dari 4-5 lagu, dan berdurasi sekitar 10-30 menit.
Eternal disebut album di layanan streaming musik. Mari sepakat terlebih dahulu, bahwa Eternal adalah sebuah album penuh berdasarkan durasi dan sebutan dari sang pencipta.
Pertama-tama, saya harus mengapresiasi Morgensoll untuk produktivitasnya. Sebab, Eternal tidak memuat satu pun dari banyak single yang mereka lepas sebelumnya. Hal ini menjadi alasan awal mengapa album ini layak disimak.
Kesegaran dari segi materi yang disuguhkan, sebenarnya sudah lebih dari cukup untuk meyakinkan saya akan kecakapan Morgensoll. Kalau dipikir lagi, kehadiran mereka dengan mengusung genre post-metal yang masih kurang akrab di telinga umum, ini cukup menarik.
Empat nomor yang terdapat dalam Eternal, menawarkan kisahnya masing-masing. Meskipun tiga dari empat lagu adalah instrumental. Namun, judul dari setiap track semacam panduan imaji dalam menafsir makna lagu lewat fragmen-fragmen musikal yang ditawarkan.
Album dibuka lagu “Adiaphora” dalam suasana yang suram. Kesuraman hampir satu menit tersebut disambut dengan tegas oleh instrumen utama. Permainan drum dari Bagas Wisnu gagah memimpin jalannya lagu.
Lain lagi dengan lagu “Familiar Changes” yang menampilkan vokalis dari Avhath, Ekrig. Tambahan vokal pada lagu ini tidak mengendurkan kekuatan riff Morgensoll. Uniknya, jeritan ‘kering’ ala Ekrig terasa mudah berbaur dengan sound berat dan ‘bulat’ yang diusung Morgensoll.
“Familiar Changes” diakhiri dengan transisi halus yang mengantar ke track selanjutnya, “Euthanasia”. Euthanasia sendiri adalah tindakan medis yang bertujuan untuk menghilangkan penderitaan seseorang dengan mengakhiri hidupnya. Definisi ini tergambar jelas dalam setiap bagian lagu. Suasana mencekam dan depresif dari awal lagu menggambarkan penderitaan sang objek.
Perubahan terjadi pada menit 3:10. Saat ketukan drum semakin rumit, memberikan bayangan prosedur Euthanasia sedang dijalankan. Hentakan drum di menit 5:01 praktis menghentikan kegaduhan dan disambut dengan ketenangan sebagai pertanda berakhirnya lagu dan ‘derita’ objek tersebut.
Eternal diakhiri dengan “Getun” yang dalam bahasa Jawa memiliki arti kecewa. Melalui judul ini, saya memaknai dua kekecewaan. Pertama, kekecewaan objek atas akhir perjalanannya yang dikisahkan dalam album ini. Kedua, kekecewaan pendengar yang mendapati, bahwa empat menit terakhir dari lagu berdurasi 15 menit hanya lah kekosongan belaka.
Hal itu mungkin menjadi satu-satunya kritik terhadap Morgensoll. Waktu pendengar yang terbuang selama empat menit untuk menanti kelanjutan dari lagu “Getun” berakhir sia-sia. Secara efektif, lagu misalnya hanya berdurasi 11:37 menit, rasanya itu cukup.
Sebagaimana ungkapan dalam artikel berikut, Morgensoll secara keseluruhan berhasil mengejar sound approach post-metal yang mereka tuju. Walaupun terdapat riff-riff yang berat, empat judul dalam album tetap terdengar nyaman menyusup telinga, dan ini menunjukkan keseriusan Morgensoll saat post-production.
Eternal tidak hanya memperlihatkan kecakapan setiap personel dalam memainkan instrumennya, tetapi juga memperlihatkan kemampuan penulisan lagu dan pengonsepan album sebagai sebuah band.
Mengingat Morgensoll akan berangkat ke Belgia 19 Mei mendatang, saya rasa Eternal adalah modal yang cukup sebagai bahan unjuk gigi mereka di atas panggung bersama nama-nama besar seperti Kinder, Nordic Giants, hingga Godflesh.
Artikel Terkait
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Wawancara Eksklusif Ecang Live Production Indonesia: Panggung Musik Indonesia Harus Mulai Mengedepankan Safety
Seperti tahun-tahun sebelumnya, Pophariini masih banyak menghadiri dan meliput berbagai festival musik di sepanjang tahun ini. Dari sekian banyak pergelaran yang kami datangi, ada satu kesamaan yang disadari yaitu kehadiran Live Production Indonesia. Live …
Daftar Label Musik Independen dari Berbagai Kota di Indonesia 2024
Berbicara tentang label musik tentu bukan hal yang asing lagi bagi siapa pun yang berkecimpung di industri ini. Mengingat kembali band-band yang lekat dengan label raksasa sebagai naungan, sebut saja Dewa 19 saat awal …