Musik Pop di Indonesia dan Kontrol Negara

Tentang Negara dan pemerintah yang represif pada budaya pop di Indonesia, khususnya musik dan fashion yang menyertainya, cerita bisa dimulai dari banyak titik waktu, tapi entah kenapa saya ingin memulainya dengan salah satu lagu Iwan Fals yang tak pernah ada versi rekaman resminya, konon lagu ini dia mainkan pada 1988 saat sebuah jumpa pers.
Lagu Fals bernostalgia dengan masa lalunya yang urakan, sambil menyisipkan cap apa yang bisa diberikan Negara untuk seniman yang suka protes. Simak lagu “Kembali ke Masa Lalu” di sini
Aku paling suka cari perhatian
Segala cara aku lakukan
Tak ada beban, tak ada dosa
Tak ada yang aku risaukan
Paling-paling hanya hari depan
Dan dituduh PKI
Tapi kalau pembaca ingin memulainya dari keriuhan Pemilu, Fals punya sesuatu dari era Orde Baru, lagi-lagi tak pernah ada versi rekaman resminya. Namun dari liriknya, diketahui ini setelah Presiden Soeharto empat periode berkuasa. Lagu “Oh, Indonesia” diakhiri dengan cuplikan musik “Cicak Cicak di Dinding”. Lirik sepanjang lagu begitu subversif, namun komedi hitam yang “hardcore” adalah saat celoteh Fals sampai di bait berikut ini:
Orang ingin presiden ganti, tapi orang juga mau Soeharto terus
Orang sudah bosan tapi orang juga bingung cari pengganti
Lantas aku berpikir kalau Soeharto mati
Apa jadinya Republik atau Kerajaan ini?
Pasti orang berkelahi untuk cari pengganti
Lebih baik Soeharto dijadidkan mummy dan didudukkan di kursi
Silakan dengarkan lagunya di sini
Sedangkan saya, dengan jiwa bapak-bapaknya, merasa bergitu tersentuh dengan “Annisa”, nampaknya lagu ini membuat gentar pemilik modal rekaman musik untuk memuatnya ke dalam kaset. Pada bait-bait awal, Fals bertutur tentang capeknya dijamu polisi melulu. Pada 1984, Iwan memang pernah berurusan intens dengan aparat di mana dia diinterogasi setiap hari selama sekitar 2 minggu, akibat membawakan lagu-lagunya semacam “Pola Sederhana”, “Demokrasi Nasi” dan “Tini”.
Baik, kita beralih dulu. Kalau Iwan Fals diteruskan, bisa habis semua halaman. Kita mundur ke era Presiden Sukarno berkuasa. Saya masih ingat cerita ayah tentang bagaimana dahulu terjadi razia celana jengki (dari kata “yankee”), yaitu celana ketat yang dipopulerkan oleh The Beatles. Selain itu, celana jeans pun dilarang. Diadakanlah razia di jalan-jalan. Polisi membawa botol bir, bila leher botol gagal masuk dari bawah celana si anak muda, maka celana itu akan langsung digunting. Di masa Orde Baru, giliran rambut gondrong dilarang tampil di TVRI.
Trio Bimbo pernah menulis protes terbuka di sebuah surat kabar karena sebagai pemenang sebuah festival lagu pop, mereka tak pernah ditampilkan di layar kaca, sementara para musisi urutan di bawahnya bisa hadir di televisi. Bimbo juga pernah tersangkut kasus pencekalan karena lirik lagu “Tante Sun” yang dipermasalahkan oleh pemerintah.
Tante Sun, oh, Tante Sun, tante yang manis
Tiap pagi giat berolah raga
Pergi bermain golf hingga datangnya siang
Terus ke salon untuk mandi susu
Batu Zamrud berlian dan kerikil
Emas hingga besi beton bisnisnya
Cukong cukong dan tauke
Direktur dan makelar ,
Tekuk lutut karena Tante Sun
Simak lagunya di sini.

Eksplor konten lain Pophariini
WYAT, The Skit, Teori, dan Barmy Blokes Turut Menyukseskan Latihan Pestapora Solo
Setelah rangkaian workshop dan talkshow berlangsung tanggal 12-14 Juni 2025, Latihan Pestapora Solo persembahan Boss Creator akhirnya terlaksana hari Minggu, 15 Juni 2025 di Pamedan Mangkunegaran. Latihan Pestapora Solo kali ini berhasil mengumpulkan sekitar …
Larkin Asal Karawang Lepas Single Perdana Term
Band alternatif asal Karawang, Larkin resmi melepas karya perdana dalam bentuk single bertajuk “Term” hari Jumat (13/06). Di single ini, mereka merepresentasikan perpaduan harmoni dream pop dan keliaran indie rock untuk musik yang dibawakan. …