Musisi dan Delegasi Asia Tenggara Ramaikan AXEAN Festival 2024 di Bali

Oct 7, 2024

AXEAN Festival sukses berlangsung tanggal 28 dan 29 September 2024 di Jimbaran Hub, Bali. Pergelaran dengan format showcase festival perdana di Indonesia ini menampilkan bakat-bakat emerging dari Asia Tenggara selama 2 hari.

Ada 4 panggung yang menjadi arena ‘pamer’ bakat dari para musisi di AXEAN Festival yaitu Circle Stage, Dragon Stage, TuneCore Village, dan Sunset Stage. Penampilan para musisi pun tidak hanya disaksikan sejumlah penonton, namun juga para delegasi industri musik dari seluruh dunia.

Circle Stage / Dok. Gerald Manuel

 

Dragon Stage / Dok. Gerald Manuel

 

TuneCore Village / Dok. Gerald Manuel

 

Sunset Stage / Dok. Gerald Manuel

 

Selain itu, para musisi juga bisa mengikuti beberapa rangkaian acara seperti speed dating dan menyimak presentasi yang diberikan oleh para delegasi.

Berikut adalah hasil peliputan Pophariini untuk AXEAN Festival 2024 di Bali selama 2 hari.


 

Hari Pertama

Dalam peliputan Pophariini di AXEAN, kami memulai dengan menyaksikan penampilan dari band asal Makassar bernama Visiun. Band yang sempat masuk daftar wajib tonton di artikel sebelumnya ini berkesempatan mengawali festival sebagai penampil paling pertama di Dragon Stage pukul 15.30 WITA.

Usai menyaksikan penampilan Visiun, kami berbincang dengan para personel untuk membahas perjalanan karier band dan penampilan di AXEAN. Galih Syawal sang drumer mengawali wawancara dengan menjelaskan makna nama band yang ia akui memang diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Visiun asal Makassar memanfaatkan kesempatan berjejaring di AXEAN Festival / Dok. Gerald Manuel

 

“Jadi Visiun itu kayak menggambarkan masa depan. Seperti vision lah artinya,” kata Galih.

Meski para personel Visiun sempat merasa kurang maksimal saat tampil di AXEAN, namun mereka tetap merasa optimis dan perlu untuk memanfaatkan kesempatan berjejaring di festival ini. Alat-alat promosi seperti kartu nama dan sticker pack pun jadi senjata mereka untuk menyebarkan nama mereka kepada para delegasi yang hadir di AXEAN.

“Makanya tadi habis main langsung angkat barang ke mobil, terus kami mingle deh sampai selesai acara. Kayak tadi tiba-tiba ada (delegasi) dari Filipina dan kami dikira orang Jepang karena lagu kami judulnya ‘Osaka Train’,” ujar Artha Kantata (vokal, gitar).

Di hari yang sama kami juga menyaksikan musisi asal Makassar, seorang rapper bernama OG Avamato. Musisi hip hop yang mengaku bernama asli Choens ini mengisi panggung TuneCore Village dengan lagu-lagunya yang mengombinasikan nuansa hip hop old school dan new school.

Penampilan OG Avamato di TuneCore Village / Dok. Gerald Manuel

 

Usai tampil, Choens sempat menceritakan kepada kami tentang bagaimana perjalanan bermusiknya. Sang rapper menjelaskan, bahwa awalnya di tahun 2018 lalu ia sempat tergabung di sebuah komunitas beatbox.

“Gue jadi rapper karena di beatbox gue sering meng-cover lagu-lagu rap. Jadi gue berdua sama teman gue nih, habis itu kami cover lagu-lagu kayak ‘Dat $tick’ gitu-gitu lah,” ungkapnya.

OG Avamato memulai karier di komunitas beatbox / Dok. Gerald Manuel

 

Sebagaimana yang diutarakan Choens di artikel 5 Musisi yang Wajib Ditonton Di AXEAN Festival 2024, festival ini banyak mempertemukannya dengan orang-orang penting di industri musik global.

“Gue sempat ketemu sama pihak Fuji Rock, gokil. Habis itu ketemu sama banyak banget delegasi-delegasi dari luar, jadi pas gue perform, gue all in semesta,” ujarnya.

Bicara soal delegasi, kami juga sempat bincang dengan beberapa delegasi yang mewakili Indonesia di AXEAN Festival 2024 yaitu Ferry Dermawan (Plainsong Live, Joyland Festival), serta Indra Ameng dan Keke Tumbuan dari The Secret Agents, “SUPERBAD!”, dan RRREC Fest.

Ferry Dermawan yang mengaku AXEAN tahun ini adalah yang pertama baginya mengatakan, bahwa dari kacamata seorang promotor showcase festival semacam ini penting untuk berjejaring. Ia menambahkan, bahwa dari pengalamannya menghadiri berbagai showcase festival dan konferensi musik, AXEAN dirasa memiliki delegasi yang cukup banyak dan beragam.

Ferry Dermawan merasa showcase festival seperti AXEAN harus lebih sering diadakan di Indonesia / Dok. Gerald Manuel

 

“Intinya gue melihat showcase festival atau conference seperti ini, memang bukan yang populer di Indonesia, masih sangat jarang. Tapi sebenarnya, kalau kita pengin mengembangkan secara menyeluruh, harusnya lebih banyak dan lebih sering (diadakan). Biar semua ekosistem yang ada itu lebih kebuka dari sisi band, promotor, dan pihak-pihak dalam penyelenggaraan konser atau festival,” jelas Ferry.

Ferry juga sempat menyampaikan bagaimana kesan yang pernah ia dapatkan dari teman-teman delegasi tentang musik Indonesia di mata mereka. Menurut Ferry, beberapa teman sesama promotor tersebut pernah beberapa kali mengunjungi Joyland dan cukup tertarik dengan band seperti Ali dan Stars and Rabbit.

Hari pertama AXEAN Festival kami tutup dengan sesi wawancara bareng Indra Ameng dan Keke Tumbuan. Dalam obrolan tersebut, Keke mengungkapkan acara seperti AXEAN jadi ajang merawat keakraban antara para pelaku industri musik.

Sebagai inisiator dari beberapa acara musik seperti “SUPERBAD!” dan RRREC Fest, Ameng dan Keke sepakat karakter dari seorang musisi adalah indikator penting apakah mereka akan tertarik mengajak seorang musisi atau sebuah band untuk main di acara mereka.

Karakter seorang musisi jadi hal penting bagi Ameng dan Keke / Dok. Gerald Manuel

 

“Selalu mencari karakter yang beda ya. Yang memang lo lihat sekali langsung get it maunya apa. Dan ya personanya kuat, pasti ke situ. Karena kalau gue sama Keke mungkin bukan mencari yang sudah populer,” jelas Ameng.

Keke juga menambahkan, “Musiknya cocok dengan orangnya, dan juga musik yang dimainkan berkarakter”.

 

Hari kedua

Spella Ruby jadi penampil pertama yang kami saksikan di AXEAN Festival hari kedua. Panggung festival tersebut jadi ketiga kalinya band beranggotakan Chrissie Vanessa (vokal) dan Pratama Kusuma Putra (drum, produser) tersebut beraksi secara live.

AXEAN Festival jadi panggung ke-3 Spella Ruby / Dok. Gerald Manuel

 

Ada yang menarik dari penampilan Spella Ruby di hari itu. Band yang bisa tampil di AXEAN Festival berkat memenangkan sebuah program inkubasi ini menggandeng sosok Vicky Nitinegoro untuk mengisi gitar di panggung.

Spella Ruby tampil bareng Vicky Nitinegoro di AXEAN Festival / Dok. Gerald Manuel

 

Saat ditemui usai manggung, Tama dan Chrissie bercerita tentang bagaimana mereka bisa mengajak Vicky yang dikenal sebagai aktor untuk main bersama Spella Ruby. Sang vokalis menjelaskan, bahwa sejak awal Vicky sudah tertarik dengan materi Spella Ruby, sehingga ia mau saat diajak mengisi gitar di panggung.

“Cuma di panggung pertama dan kedua itu dia berhalangan, gak bisa. Terus terakhir kali kita latihan Vicky nge-chat lagi, akhirnya dia ikut di sini,” kisah Chrissie.

Kehadiran berbagai musisi dari sekitar Asia Tenggara di festival ini, membuat Tama merasa bisa belajar bagaimana band-band tersebut tampil di panggung, tidak hanya dalam membawakan lagu tapi juga bagaimana mereka berinteraksi dengan penonton.

AXEAN Festival jadi kesempatan belajar buat Spella Ruby / Dok. Gerald Manuel

 

“Meskipun gue udah pernah ngeband agak lama, cuma untuk bikin band baru tuh termasuk hal yang baru buat gue. Untuk start from scratch, bikin lagu, terus cara menjualnya, dan baru tau tuh sekarang-sekarang, setelah ngobrol sama orang-orang di sini,” ujar Tama.

AXEAN Festival yang diadakan di Bali tentunya turut menghadirkan penampilan dari musisi-musisi asal sana. Kami berkesempatan menyaksikan 2 musisi yaitu Assia Keva dan Milledenials.

Assia Keva yang berkesempatan tampil di Sunset Stage bersama Bam George (gitar) dan Palel Atmoko (drum) dari Soulfood. Mengaku baru merasa familliar dengan konsep showcase festival, sang solois cukup memiliki pemahaman bahwa acara ini merupakan kesempatannya untuk bertemu dengan orang-orang di industri musik.

“Lumayan seru juga ya konsepnya. Kayak, so many international artist and local artist like myself. Terus disatuin aja dengan tidak ada kasta-kastanya,” jelas Keva.

Musisi yang tahun lalu merilis album mini bertajuk 2004 tersebut juga merasa bangga acara semacam ini bisa diadakan di kota asalnya. Lebih lanjut ia mengatakan, Bali seperti menjadi titik kumpul utama untuk event seperti ini.

“Banyak musisi-musisi yang gak main, tapi ikut datang dan support. Banyak yang kepo juga sama musisi luar maupun lokal. Very proud,” ucapnya.

Saat ditanya apa saja yang sudah ia siapkan untuk berjejaring dengan para delegasi atau sesama musisi di AXEAN Festival, Keva mengaku sudah punya topik-topik di kepalanya untuk mendapatkan informasi dari pihak-pihak di sana.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Assia Keva (@assiakeva)

 

“Mungkin yang di-expect sama orang itu bawa name card atau apa gitu ya. Tapi I feel like, we’re Gen-Z, dan sudah lumayan modern. Jadi mungkin tukeran Instagram username [tertawa]. Kita DM-an aja ya guys,” ungkap Keva yang juga sedang mempersiapkan album mini terbaru.

Milledenials jadi penampil terakhir yang kami ajak bincang-bincang di AXEAN Festival. Sebagai band yang berasal dari Bali, para personel merasa memiliki privilege karena perhelatan ini memilih Bali sebagai tempat acara.

Milledenials berharap AXEAN Festival bisa jadi semacam pembuka jalan untuk musisi-musisi di Bali / Dok. Gerald Manuel

 

“Menurut kami lebih sering lah kalau ada showcase festival gini di Bali, biar bisa menjamah ke band-band Bali yang lain, dan jadi motor untuk semangat ngeband, bahwa sebenarnya ada loh peluang-peluang ke depannya. Sebagai pembuka jalan lah untuk semuanya,” jelas Bagus Aditya (gitar).

Kerap tampil di berbagai panggung dengan berbagai skala, Nadya Narita (vokal) menyampaikan dengan jujur bahwa ia sempat merasa sedikit ada pressure tampil di AXEAN Festival.

Milledenials berusaha menampilkan yang terbaik di AXEAN Festival / Dok. Gerald Manuel

 

“Mungkin beda dari konteks festival biasa, karena yang nonton itu bukan orang biasa juga. Biasanya kami main having fun aja, tapi ini having fun sekaligus kami harus perform yang terbaik,” ungkap Nadya.

Showcase festival merupakan konsep yang tidak asing bagi Milledenials, mengingat band pernah tampil di LUC fest, Taiwan tahun 2023 lalu. Mereka pun berharap suatu saat nanti AXEAN Festival bisa mencapai level seperti LUC fest yang membuat satu kota menjadi tempat penyelenggaraan acara, agar para delegasi dari luar bisa lebih merasakan apa saja kultur di kota tersebut.

Perjalanan kami di Bali untuk AXEAN Festival berjalan menyenangkan karena bisa berkenalan dengan orang-orang dari industri musik yang datang dari Asia Tenggara dan beberapa negara lainnya.

Meski banyak musisi-musisi dari berbagai negara, penampilan para musisi lokal juga tidak kalah menarik untuk disimak. Hal ini menunjukkan bahwa memang musisi Indonesia memiliki kesempatan yang besar untuk bisa menembus pasar internasional.

Semoga dengan adanya AXEAN Festival industri musik Indonesia juga bisa lebih dikenal di mata dunia.

 

Penulis
Gerald Manuel
Hobi musik, hobi nulis, tapi tetap melankolis.
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Eksplor konten lain Pophariini

CARAKA Suarakan Berbagai Emosi di Album Terbaru NALURI

Unit pop asal Tegal, CARAKA resmi luncurkan album bertajuk NALURI (15/12). Melalui sesi wawancara yang berlangsung pada Senin (16/12), CARAKA membagikan perjalanan band dan hal yang melatarbelakangi rilisan terbarunya.     CARAKA merupakan band …

Rayakan Hidup, Geura Luncurkan Album Mini Dansa Melirih

Solois pop asal Samarinda, Geura meluncurkan album mini berjudul Dansa Melirih (20/12). Lewat sesi wawancara yang berlangsung hari Senin (16/12), pria yang bernama Muhammad Wisnu Yudistira ini menceritakan karier musiknya dan bagaimana kisah di …