Nikmati Live Spesial Single Terbaru Adrian Adioetomo – Burning Blood, Cold Cold Ground

Mar 10, 2021
Adrian

“Burning Blood, Cold Cold Ground” adalah single terbaru Adrian Adieotomo. Single ini sekaligus penanda kembalinya sang musisi di industri musik setelah sekian lama vakum.

Tayang di Youtube 25 Februari, ini juga sebagai single pertama dari album penuh ketiga Adrian Adioetomo yang telah ditunggu sekian lama. Album ini tak berjudul, tapi mempunyai kutipan: “Violent Love, Gentle Kill.” Album yang sepenuhnya menggunakan bahasa Inggris ini mengikuti EP Apaan yang dirilis tahun 2016 lalu dan akan dipasarkan pada 28 Februari, 2021.

Adrian merekam dan memproduksi album ini secara mandiri. Kerjasama antara Demajors Records dan label Adrian, MySeeds ini menampilkan musisi-musisi tamu; Fajri Navarry pada Blues Harp (harmonica), Amrus Ramadhan pada Pedal Steel, Bonny Sidharta pada Bass, Samantha Lee Martin pada Banjo dan Backup Vocal. Mereka memberi ciri yang khas pada beberapa lagu-lagu tertentu.

“Secara musik, album ini adalah peron alternatif untuk bereksplorasi, pergi merantau dari ranah Delta-Blues tradisionil,” tutur Adrian. “Secara tema, ia merupakan sebuah dramatisasi esai-visual – impresi fatal dari masalah kuno cinta dan kehidupan.”

Adrian

Album terbaru Adrian Adioetomo

Pandemi COVID-19 yang terus berjalan telah menangguhkan rencana-rencana show Adrian, namun juga telah memberinya banyak waktu untuk untuk me-mix album dan membuat videonya sendiri. Alhasil ia dapat menentukan estetikanya sendiri sehingga pendengar dapat mengecap apa yang ia maksud dengan potret blues Indonesia dalam lukisan gelap sisi ‘Western’ Amerika.

“Pandemi ini telah berjalan cukup lama. Saya yakin ini telah dapat membuat orang berkontemplasi akan dirinya sendiri. Tak terkecuali saya”, tuturnya.“Sementara untuk musiknya sendiri, blues harus berevolusi agar tetap relevan. Terutama untuk kelangsungannya di masa depan. Jadi saya rasa album ini adalah sedikit kontribusi saya untuk maksud itu.”

Album ini berisi 14 lagu yang menyiratkan kesan seorang pengelana asing, sosok tersendiri mencari jalan menuju cakrawala tak terjelajahi. Kedalaman dan misterinya hanya tersentuh oleh kemampuan berlirik dan penggerak permainan gitar slide Adrian yang terus bekerja.

“Burning Blood, Cold Cold Ground” adalah lagu pembuka album ini dan single pertama yang baru rilis. Tabrakan yang disengaja antara slide Delta-blues dengan suara distorsi rusak yang fuzzy mengundang mitos klasik tentang blues dan iblis.

“Underneath The Ground” adalah apa yang didapat bila groove yang diinspirasi oleh Barry White dimainkan dengan alat musik pedal steel dan gitar resonator. – sementara lirik yang hiperbola tentang pertautan-rahasia ini mencerminkan idiom khas dari musik blues.

“La Pistolera” memelintir sebuah lagu country standar dengan fatalitas modern. Umpan elmaut dan gairah kehancuran berperan menjadi kekeroposan rock-and-roll yang kemudian dicekoki ke dalam aransemen musik yang nyaris kolot.

Adrian telah dikenal sebagai perintis kebangkitan skena blues dan pionir Delta Blues Indonesia. Penampilannya telah melibatkan antara lain Jubing Kristianto dan Tartika Jahja selain juga kiprahnya memainkan rock bersama Franki “Pepeng Naif” Indrasmoro dalam band “Raksasa”. Walau sering disebut sebagai seorang “Delta bluesman”, gaya bermusiknya memadukan rock, alternative, dan ‘dark country’. Pada 2017, ia meraih Anugerah Musik Indonesia award untuk lagunya “Tanah Ilusi.”

Pada pendengarnya, iya melambangkan sesuatu yang beda lagi: serigala penyendiri, menggores jejaknya sendiri, menggapai tanah tak terjamah seraya tetap membawa kedua tradisi blues Amerika dan tanah kelahirannya sendiri. Dalam album ini, ia menemukan cara baru untuk tetap berpijak pada kenyataan sembari membiarkan perasaan-perasaan tak terucap untuk bergulir jauh, seperti gulma kering di gurun Mojave.

Selamat menikmati penampilan spesial Adrian Adioetomo membawakan single “Burning Blood, Cold Cold Ground”. Album terbaru Adrian bisa didapatkan secara digital juga fisik lewat demajors.

____

Penulis
Wahyu Acum Nugroho
Wahyu “Acum” Nugroho Musisi; redaktur pelaksana di Pophariini, penulis buku #Gilavinyl. Menempuh studi bidang Ornitologi di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, menjadi kontributor beberapa media seperti Maximum RocknRoll, Matabaca, dan sempat menjabat redaktur pelaksana di Trax Magazine. Waktu luang dihabiskannya bersama bangkutaman, band yang 'mengutuknya' sampai membuat beberapa album.

Eksplor konten lain Pophariini

We Are Neurotic Mempersembahkan Album Mini Terbaru Asian Palms

Trio disco dan jazz asal Jakarta, We Are Neurotic menutup tahun 2024 lewat perilisan album mini terbaru yang diberi nama Asian Palms (13/12) bersama C3DO Recordings sebagai label naungan.     Album Asian Palms …

Yella Sky Sound System Rayakan 1 Dekade Lewat Album Mini The Global Steppers

Unit dub kultur sound system asal Jakarta, Yella Sky Sound System merayakan satu dekade eksistensi lewat perilisan album mini terbaru bertajuk The Global Steppers (20/12). Dipimpin oleh produser sekaligus selektor Agent K, album mini …