Nyaris Tak Berkesan, Pasar Musik Terselamatkan Lineup
Jika mengutip istilah Efek Rumah Kaca, bahwa pasar bisa diciptakan. Kami berharap mendapatkan sesuatu yang tak biasa dari Pasar Musik. Suasana pasar yang tak keruan ramainya, ternyata hanya muncul di barisan lineup-nya. Selama tiga hari penyelenggaraan, festival berhasil menang sebagai festival musik pembuka di tahun ini.
Di antara panggungnya, Pasar Musik Stage, Suka-Suka Stage, Hiperbola Stage, Kaga Ada Nama Stage, Hajatan Stage, Warga Stage, dan Gunslinger Blokhaus Area. Sulit untuk mengidentifikasi panggung apa, karena penyelenggara tidak menyertakan nama di setiap panggungnya.
Semua panggung memiliki sound yang harusnya cukup nyaman, namun jadi kedengaran tidak maksimal dengan segala kendalanya. Kekurangan lain mengenai visual panggung yang tak sinkron, seperti videografer tampak kurang jeli mengabadikan momen penonton. Meski begitu, tata cahaya yang dihadirkan harus diakui cukup memuaskan mata.
Banyak momen menarik yang terjadi di Pasar Musik. Pophariini juga ikut meramaikan festival ini dengan menghadirkan Pophariini Stage. Area yang menampilkan DJ Set dari musisi-musisi yang tampil di Pasar Musik seperti Morfem, White Chorus, Satan’s Heir, Perunggu, dan masih banyak lagi.
Hari Pertama Pasar Musik
Arash Buana terlambat setengah jam dari jadwal untuk tampil menjadi pembuka di panggung bernama Pasar Musik. Beda halnya dengan Morgensoll yang tampil tepat waktu bersama kolaboratornya, Denisa. Mereka beraksi dengan format yang sederhana memainkan musik noise di terik matahari siang Kaga Ada Nama Stage.
Tiba di sore hari, layar Suka-Suka Stage memunculkan potongan video dari film Godzilla. Tau siapa yang akan tampil di panggung ini, penonton berlari dan mendekat ke bibir panggung untuk menyaksikan lebih dekat Morfem.
“Selamat malam Pasar Musik,” ucap vokalis Jimi Multhazam yang salah menyapa penonton karena hari masih sore. Di beberapa lagu awal tampak putri dari drummer Freddie Warnerin ikut berdansa di atas panggung mengikuti lantunan musik dari band sang ayah.
Di saat bersamaan, Prince Husein tampil di Hiperbola Stage membawakan tembang-tembang dari album terbarunya People Pleaser. Penonton terbilang sepi, namun ia tetap menyuguhkan penampilan memukau dengan sound yang mumpuni.
Usai break maghrib, panggung Kaga Ada Nama Stage menampilkan cahaya berwarna hijau yang menarik perhatian. Cahaya tersebut hadir untuk merespons penampilan dari band sludge metal asal Jakarta, Godplant.
Malam itu, Godplant membawakan lagu-lagu seperti “Radikal”, “Daun Lima Jari”, dan “Infeksi Layar Semu”. Mereka sukses memberikan suguhan hiburan lewat kerusuhan di atas panggung.
Hari pertama ditutup oleh Dewa 19 feat. Virzha. Band legendaris yang baru saja mengadakan konser di Jakarta International Stadium seminggu sebelumnya.
Hari Kedua Pasar Musik
Hujan yang turun di pagi hari membuat suasana hari kedua menjadi lembap. Jumlah pengunjung pun lebih sepi dari hari pertama.
Di tengah kelembapan, unit crossover thrash/hardcore asal Malang, Dazzle membuka Kaga Ada Nama Stage. Sebenarnya, Dazzle dijadwalkan tampil kedua setelah ZIP. Namun, kendala teknis mengakibatkan kedua band tersebut harus bertukar jadwal.
Angkat topi setinggi-tingginya untuk Agan, vokalis Dazzle yang menyuguhkan penampilan terbaiknya. Ia tampak tak kenal lelah dan sangat menikmati panggung, mengingat ini penampilan pertama band di festival besar.
Hal menarik lain terjadi di Suka-Suka Stage. Vokalis Ringgo 5, Nabil Pawaka yang tampil ‘centil’ sesekali mengerlingkan mata kepada penonton yang memang didominasi wanita. Walau begitu, ia tetap menunjukkan ketangguhan dengan memanjat rigging panggung.
Hari kedua Festival Pasar Musik juga diwarnai dengan penampilan yang sangat personal oleh Jevin Julian di Hiperbola Stage. Ia memboyong beberapa kolaborator seperti Morad, Gamaliel, Kara Chenoa, dan dua saudarinya, Sissy Priscillia dan Vanesha Prescilla. Momen emosional pun memuncak saat kolaborasi kakak beradik tersebut membawakan “Akar” yang merupakan tribute untuk Almarhum ayah mereka.
Jevin yang mengusung konsep bercerita jadi kurang maksimal akibat kendala teknis mikrofonnya. Bahkan, suara Morad sebagai kolaborator pertama sama sekali tidak terdengar dari barisan penonton. Hal tersebut membuat aksi Morad yang all out saat keluar dari sisi kiri panggung jadi melempem.
Hujan lebat yang turun di hari kedua sempat mengacaukan jadwal. Enola, White Chorus, dan Dongker memilih tetap maju melawan hujan. Sementara Seringai memilih batal manggung karena mempertimbangkan kondisi panggung yang tidak kondusif.
Hari Ketiga Pasar Musik
Penyelenggara Pasar Musik patut bernafas lega karena pengunjung di hari ketiga terpantau paling ramai dibandingkan dua hari sebelumnya. Suasana festival akhirnya bisa lebih terasa di hari terakhir ini.
Hajatan Stage adalah panggung pertama yang kami sambangi. Kami langsung melihat Raissa Faranda sedang bercakap dengan para penonton yang sedang menyaksikan aksi bandnya, Noon Radar.
“Lagu ini untuk luapin amarah, karena rasa itu untuk dibagi bukan untuk dipendam,” ucap Raissa seraya mengomandokan bandnya untuk membawakan “Amarah”.
Penampilan Hursa di panggung utama, Pasar Musik Stage terbilang cukup niat. Visual panggung yang dihadirkan animasi yang senada dengan album terbaru mereka, Katarsis. Penonton yang tak seberapa pun tetap asyik berjoget menikmati aksi unit pop turbo ini.
Penampilan selanjutnya adalah Shaggydog di Hiperbola Stage. Band ini membuktikan, bahwa usia bukan lah halangan untuk bersenang-senang di atas panggung. Energi ini sampai ke semua penonton yang menyaksikan mereka.
Usai penampilan Shaggydog, giliran Romantic Echoes yang melantunkan tembang-tembangnya di Hiperbola Stage. Penyanyi bernama asli J.Alfredo ini baru melangsungkan pernikahan sehari sebelum jadwal manggungnya di Pasar Musik.
Absennya Armand Maulana yang diumumkan sehari sebelum Pasar Musik diadakan, tidak membuat Gigi batal tampil. Kekosongan posisi vokal hari itu diisi Ariyo (The Dance Company) dan Andy (/rif). Kedua punggawa ini tampil bersama menyanyikan sejumlah hit dari Gigi di Pasar Musik Stage. Di tengah penampilan, Gigi juga sempat memainkan lagu dari band kedua vokalis tersebut.
Pasar Musik ditutup The Changcuters di Hiperbola Stage. Serasi mengenakan kemeja dan jaket kulit hitam-hitam, band ini membuktikan kalau mereka tetap mampu tampil enerjik meski sudah hampir 20 tahun berkarier.
“Yo closingan-closingan, jangan pada ditahan semuanya,” ujar Tria memancing para penonton untuk ‘gila-gilaan’ bersama. Nomor hit “Main Serong” resmi menutup perhelatan Pasar Musik malam itu.
Banyak hal yang harus dibenahi dalam penyelenggaraan Pasar Musik, mulai dari teknis panggung, pemilihan tenant, hingga jadwal penampil. Sesuai namanya, Pasar Musik berhasil menciptakan pasar. Keberanian dalam pemilihan lineup, yang memberikan band-band independen kesempatan manggung di festival besar setara dengan nama besar lain.
Terima kasih Pasar Musik yang sudah mengisi akhir pekan kita semua dengan usaha terbaiknya. Sampai jumpa tahun depan.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Sambut Album Perdana, Southeast Rilis Single By My Side
Band R&B asal Tangerang bernama Southeast resmi merilis single dalam tajuk “By My Side” hari Rabu (13/11). Dalam single ini, mereka mengadaptasi musik yang lebih up-beat dibandingkan karya sebelumnya. Southeast beranggotakan Fuad …
Perantaranya Luncurkan Single 1983 sebagai Tanda Cinta untuk Ayah
Setelah merilis single “This Song” pada 2022 lalu, Perantaranya asal Jakarta Utara kembali hadir dengan single baru “1983” (08/11). Kami berkesempatan untuk berbincang mengenai perjalanan terbentuknya band ini hingga kisah yang melatarbelakangi karya terbaru …