Pamungkas – Hardcore Romance

Oct 28, 2024
Pamungkas Hardcore Romance

Setelah enam tahun bersolo karir, dua album sukses dari total empat album, single yang stream-nya meledak, dan panggung yang padat, Pamungkas adalah solois singer/songwriter pria pertama di generasinya yang bisa sampai sejauh ini. Namun dalam Hardcore Romance, Pamungkas menghadapi krisis album kelima dan terdengar stagnan. 

Hardcore Romance dengan sembilan lagu jadi album yang paling nge-rock dalam katalog seorang Pamungkas. Gitar dengan riff ber-overdrive yang crunchy, sound drum yang lebih kasar, musik yang lebih menghentak dan vokal yang lebih nge-rock. Walaupun semuanya masih dalam koridor musik pop ala Pamungkas. Tapi sayangnya secara tema tidak ada kebaruan.

Bila dalam album sebelumnya, Birdy, ia membuka dengan “A Day That Feels Better” yang positif, kini Pamungkas memulai dengan “One Bad Day” yang muram. Agaknya ini curahan hati paska hal-hal negatif di album Birdy, yang menderanya. Dengan mood yang mengingatkan pada “Streets of Philadelphia”, milik Bruce Springsteen, lagu ini catchy dan menarik. Terlebih kita seperti diajak menyelami isi kepalanya.

Namun dalam lagu-lagu berikutnya harapan itu pupus. Pamungkas lebih banyak bicara soal remeh temeh hubungan cinta. Untuk ukuran dirinya yang telah melewati perjalanan panjang dalam karir bermusiknya tentu hal ini jadi tidak spesial.

Untuk urusan aransemen dan produksi, kematangan Pamungkas sudah tidak diragukan lagi. Baik sebagai singer/songwriter, aranjer, gitaris, dan sound engineer. Salah satu kelebihan lainnya juga tampak pada single “New Feeling” yang seperti tribut untuk “You Look Wonderful” nya Eric Clapton, lengkap dengan licks solo gitar legendarisnya. Juga lagu “Putus” yang intro-nya mengingatkan pada lagu “Umbrella” milik Rihanna pun menarik. 

Mari kita bicara soal lagu “Putus” ini. Baik di panggung dan secara angka streams lagu ini mendapat respon yang sangat baik. Secara personal saya lebih menyukai saat Pamungkas bernyanyi lirik Indonesia. Bahkan lagu penutup album, “Outro II” pun terdengar menarik. Ia bisa saja menggali lebih jauh kemungkinan untuk mengeksplor bahasa Indonesia. Karena sejauh ini hasilnya terbilang selalu menarik. Kita tidak tidak akan lupa, kalau band sekelas Dewa19, sempat merilis ulang lagu “Kenangan Manis” milik Pamungkas dan dirilis dalam seluruh DSP.Tapi sekali lagi sayangnya Pamungkas melewatkan hal itu.

Pamungkas juga bisa untuk jujur dan membuka dirinya sendiri. Menggali dan membuka diri lebih dalam lagi yang ia rasakan paska Birdy, serta meledaknya lagu “To The Bone” yang melejitkan namanya sebagai solois pria.

Kembali lagi pada konteks bicara krisis album kelima yang jadi momen penentu musikalitas seorang musisi untuk terus berkembang atau justru kehilangan kekuatan artistiknya. Album ini jelas main aman dan mengulangi formula yang sudah ada. Tapi mengingat perjalanan panjang musikalitas Pamungkas, album ini harus dilewati olehnya.

 


Penulis
Anto Arief
Suka membaca tentang musik dan subkultur anak muda. Pernah bermain gitar untuk Tulus nyaris sewindu, pernah juga bernyanyi/bermain gitar untuk 70sOC.
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Eksplor konten lain Pophariini

Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota

Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …

5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac 

Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …