Para Pahlawan Gitar yang Terabaikan dan Ditinggalkan

Pada 2007, David Fricke, editor senior Rolling Stone, menulis artikel berjudul “The New Guitar Gods”. Banyak harapan bertebaran di sekujur tubuh tulisan itu. Para dewa gitar baru ini, tulis Fricke, adalah pewaris Hendrix, Clapton, Allman, juga Page. Yang disebut juga memang punya skill yang membuat mereka layak disembah bagai dewa. Mulai John Frusciante, John Mayer, hingga Derek Trucks.
Dari tulisan Fricke, rasanya rock n roll dan industri gitar masih akan punya napas panjang.
Hitung maju satu dasawarsa kemudian, The Washington Post menulis berkebalikan dengan nada optimisme Fricke. Dalam artikel berjudul “The Death of Electric Guitar” itu, Geoff Edgers bilang bahwa gitar listrik ada di titik nadir. Dengan sub-judul bikin ngilu, “the slow, secret death of the six-string electric. And why you should care”, Edgers menunjukkan bagaimana Fender dan Gibson, dua perusahaan gitar listrik terbesar dunia, mulai sesak napas karena penjualan gitar yang terus merosot.
Setahun setelah artikel itu terbit, Gibson, perusahaan yang gitarnya dipakai oleh Page, Angus Young, Slash, dan ratusan ribu gitaris lain, menyatakan diri bangkrut. Utang mereka mencapai 100 juta dolar, dan bisa melonjak hingga 500 juta dolar.
Guitar heroes, pahlawan gitar, adalah orang yang menginspirasi orang lain untuk ikut main gitar. Persona mereka melampaui tataran teknis.
Salah satu narasumber Edgers adalah George Gruhn, penjual gitar yang punya klien seperti Eric Clapton, Paul McCartney, dan Neil Young. Menurutnya, apa yang sekarang terjadi di industri gitar listrik ini menarik. Makin banyak perusahaan gitar yang bermunculan, namun tak banyak lagi yang mengandalkan gitar listrik sebagai alat musik utama. Gruhn menyebut, bisnis gitar listrik sudah tak lagi sustainable, tak berkesinambungan.
“Yang kita butuhkan sekarang itu adalah guitar heroes,” kata Gruhn.
Perkataan Gruhn ini memantik perdebatan di banyak tempat. Tentu saja dunia tak pernah kekurangan stok gitaris hebat. Mulai yang melodius, berjari ultra cepat, soulful, atau yang punya pengikut banyak di Instagram atau Youtube bermodalkan lagu cover. Tapi, menurut saya, definisi guitar heroes tak pernah sesempit di tataran teknis.

Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
6 Album Indonesia dengan Bas Terlegit Favorit Ginda Bestari
Pada Jumat (14/02), kami menghadiri D’Addario Event Launch di Mall of Indonesia, Jakarta Utara. Acara tersebut dimeriahkan oleh sederet gitaris dan bassist ternama Indonesia. Salah satu yang namanya tak asing lagi adalah Ginda Bestari. …
Wawancara Eksklusif Teenage Death Star: Mengajak 12 Musisi ke Taman Bermain Thunder Boarding School
Teenage Death Star rilis album! Rasanya kalimat itu sendiri sudah jadi berita yang menarik bagi para pegiat musik lokal. Pasalnya, band ini hanya memiliki satu album penuh bertajuk Longway to Nowhere sejak terbentuk tahun …