Pengalaman Berfestival 24 Jam Nonstop di Salt A Way
Festival musik Salt A Way balik lagi tahun ini dengan mengusung tema New Day Same Sun tanggal 27 dan 28 Agustus di Pantai Bodur, Banten.
Pengalaman menuju hari yang baru dimulai dari Pelaspas Nipah, Jakarta Selatan sebagai titik kumpul rombongan pemegang tiket bus. Tim Pophariini bersama teman-teman yang lain bertolak ke wilayah Tanjung Lesung pukul 7 pagi.
Begitu sampai di lokasi pukul 1 siang, Pophariini memutuskan langsung membangun kemah yang memang kami bawa. Tampak pula tenda yang masih dipersiapkan kru penyelenggara untuk mereka yang tidak membawa perlengkapan sendiri.
Jarak berjalan dari perkemahan ke pintu masuk Salt A Way terbilang dekat. Begitu masuk area festival, kami disambut banyak papan tanda. Salah satu yang menarik bertuliskan, “Give hugs & kisses. Be here, now”.
Salt A Way menghadirkan dua panggung musik yang terdiri dari Salt Stage dan Away Stage. Mereka yang tampil bergantian sore itu seperti Boogiemax, Ricky Virgana, Arvin Fajar & Artifical Talking Machine, dan Dreadsmad.
Para pengunjung Salt A Way juga mengambil kesempatan untuk bersantai, duduk menikmati keindahan alam terbuka, dan melakukan berbagai aktivitas seperti kano, berlayar, serta selancar.
Tak banyak festival yang memiliki konsep yang sama dengan festival satu ini terutama suasananya atau tak semua orang bisa menikmati genre musik yang ditawarkan oleh sederet lineup-nya.
Usai break pertama, dua panggung kembali dihajar Sunmantra, Kenya, Anton Wirjono & Hogi Wirjono dengan membawa nama Future10, Guling, Komodo, Dekadenz, Seabass, dan Saturn hingga waktu menunjukkan sekitar pukul 4 pagi.
Kami memang tidak menikmati dua panggung Salt A Way percis 24 jam yang terhitung dimulai sore hari dan berakhir sore keesokan harinya. Pengeras suara dari set Gentle Tuesday dan Aryo Adhianto sempat menggugah sekitar pukul 5 pagi karena terdengar jelas di kemah.
Momen beruntungnya, kami tidak bablas beristirahat di kantong tidur untuk menyaksikan Namoy Budaya di pagi hari yang seru dalam berbagi selera musiknya.
Selain Namoy Budaya, Salt A Way turut mempersilakan siapapun memperdengarkan remix-an lagu atau karya musiknya sendiri di Gerobak Orkes Dansa Keliling persembahan Mantrino Records.
Waktu menunjukkan hampir pukul 5 sore, rombongan bergegas ke bus untuk kembali pulang ke Jakarta. Artinya, sampai bertemu lagi di Salt A Way tahun depan!
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
The Club’s Asal Jambi Memilih Kisah Cinta ala Gen Z sebagai Tema Single Perdana
Unit indie pop/alternatif asal Jambi, The Club’s memulai perjalanan dengan melepas single perdana “Someday” (11/01). The Club’s adalah Himam (vokal, gitar), Doy (gitar), Jipel (bas), dan Agoy (drum). Pada 13 Januari, kami …
Svara Durbala Menandai Kemunculan Lewat Single Nyalakan Terang
Grup musik pop alternatif/indie asal Sukabumi, Svara Durbala merilis single perdana berjudul “Nyalakan Terang” hari Jumat (10/01). Svara Durbala beranggotakan Raden (vokal, gitar), Fahsya (gitar), dan Alvin (bas). Kami pun mewawancarai Fahsya, Raden, …
Interesting