Penutupan Synchronize Festival: Dari Kasidahan, Keroncong, Metal dan Elektronika
Di hari terakhir festival lintas genre, lintas generasi ini para penonton dimanjakan dengan tagline-nya yang tidak main-main itu. Selain ragam penampil menarik, di penghujung akhir pekan menjelang hari kerja, penonton malah digenjot dengan para penampil yang seolah tega tidak memberikan jeda untuk bernafas.
Dimulai dari panggung District Stage dibuka oleh penampilan trio musisi sekolahan Nonaria. Dengan musikalitas, lirik jenaka dan harmonisasi indah ala mereka menjadi penyemangat untuk membuka Festival ini. Lalu Endah N Rhesa Extended membuka panggung Dynamic Stage dengan formasi “keroyokan” 8 personil, dengan Endah sendiri kali ini bermain gitar elektrik. Lalu disambung oleh penampilan sang legenda Candra Darusman & Friends, membawakan lagu-lagu terutama dari album penghargaan Detik Waktu: Perjalanan Karya Cipta Candra Darusman yang baru saja mendapatkan penghargaan Album Terbaik 2018 di ajang AMI Awards 2018.
Di Forest Stage band reggae/dub Bandung, The Paps meneduhkan sore dengan meneruskan stage yang sebelumnya dibuka oleh Polkawars. Sementara di Gigs Stage, yang berlokasi di dalam ruangan diisi dengan band-band bertegangan tinggi sejak jam 2 sore. Dimulai dari Logic Lost, Something Wrong, Tarrkam dan Anti Squad tampil memanaskan sore. Dan sebelum Magrib berkumandang tampil grup qasidahan modern, Nasida Ria yang membawakan lagu-lagu dengan kendang dan liukan seruling dan nada-nada Arab tradisional yang sontak membuat lautan penonton langsung bergoyang
Paska break Magrib panggung langsung dipanaskan dengan penampilan Shaggydog yang membuat lautan penonton kembali bergoyang di Dynamic Stage. Sementara di panggung-panggung lainnya, juga tampil band Jogja FSTVLST, Rocket Rockers, RAN, Mondo Gascoro, Tigapagi. Dari panggung elektronik pun suasana memanas ketika Ramengvrl, Bam Mastro dan Dubyouth tampil dengan dentuman bass artifisialnya yang mengundang badan untuk bergoyang.
Dan menjelang malam berturut turut band yang mengundang koor massal tampil. Dari band trashmetal/pop 90-2000an Jamrud, punk dari Bali Superman Is Dead, rapper Iwa K dan grup folk Fourtwenty tampil. Dan penampil pamungkas malam itu ditutup oleh Dewa 19 yang tampil dengan vokalis Once Mekkel dan Ari Lasso. Serta penampilan Disko Pantera yang menutup acara di District Stage.
Singkat cerita festival ini ditutup dengan benar-benar menggaungkan tagline-nya. 3 Hari lintas genre; dari dangdut, qasidahan, kroncong hingga metal dan elektronik. Lintas generasi; 70an yang diwakili oleh Rhoma Irama, 80an oleh Candra Darusman, 90an oleh Dewa19 dan Iwa K hingga masa kini yang diwakili oleh Barasuara dan Fourtwenty.
____
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota
Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …
5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac
Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …