Penyeimbang Itu Bernama Erwin Prasetya
Kabar lelayu seperti belum berhenti menyapa kancah industri musik Indonesia di tahun ini. Erwin Prasetya, bassist yang membesarkan Dewa 19 meninggal dunia pada Sabtu (2/5) akibat perdarahan lambung.
Lahir di Surabaya, 29 Januari 48 tahun silam, Erwin adalah founding fathers Dewa 19 bersama Andra Ramadhan, Wawan Juniarso, dan tentu saja si maskot: Ahmad Dhani.
Saat dibentuk pertama pada tahun 1986, anak-anak SMP Negeri 6 Surabaya itu menjadikan Down Beat sebagai nama band, meminjam nama dari majalah khusus musik jazz asal Amerika Serikat. Ketika Ari Lasso masuk, nama kemudian berubah menjadi Dewa 19, mengambil dari penggalan nama depan masing-masing personel.
Dewa 19 selalu dianggap sebagai manifesto dari dua sosok: Dhani dan Andra. Anggapan ini boleh jadi karena selain pengaruhnya yang dominan, praktis tinggal dua orang inilah personel yang masih berjalan beriringan.
Bahkan di proyek-proyek sempalan seperti Ahmad Band juga OST. Kuldesak (sebagai Ahmad Dhani & Andra Ramadhan). Jika Andra dianggap sebagai penerjemah kemauan-kemauan si Master Mister, maka sosok Erwin adalah penyeimbang dari ego-ego besar Dhani.
Pengaruh kuat dari Jaco Pastorius (anak pertama Erwin bernama Jaco Ahmad Prasetya) menjadikan Erwin peniup corak jazz dan fusion yang kuat ala Casiopea dan Uzeb dalam dominasi rock saat-saat Dewa19 mulai mentas.
Album pertama Dewa 19 diikuti Format Masa Depan mungkin hanya jadi album biasa tanpa kontribusi kuat Erwin. Tanpa mengecilkan personel selain Dhani, jejak Erwin di “Dewa dan Si Mata Uang” serta “Still I’m Sure We’ll Love Again” menjadikan Dewa 19 bisa berdiri tegak antara dominasi kutub Slank dan KLa Project yang saat itu sedang sukses membetot perhatian publik.
Erwin membangun sebuah pondasi untuk menopang kegilaan aransemen rajutan Dhani
Dewa 19 mengimbangi Slank dengan rock yang lebih punya taste “manis”. Sementara kadar sophisticated dalam aransemen pop KLa, dituturkan dengan lebih bersahaja oleh Dhani dan rekan-rekan sejawatnya. Mereka ada di tengah.
Album Terbaik Terbaik dan Pandawa Lima yang berurutan perilisannya adalah pencapaian artistik dari Dewa 19. Dan Erwin memberi pengaruh yang lebih signifikan. Di Terbaik Terbaik, album yang menurut Ari Lasso dibuat dalam keadaan hampir semua personil termasuk session player-nya teler, Erwin memberikan pernyataan personal yang kuat di “Cukup Siti Nurbaya”.
Erwin membangun sebuah pondasi untuk menopang kegilaan aransemen rajutan Dhani. Permainan bass-nya yang melodius meliuk-liuk dengan mulus dan elegan. Bagian interlude adalah bagaimana Erwin menjadi sosok hangat yang menaungi keliaran permainan Andra. Sama seperti yang dilakukan dalam “Restoe Boemi”, Erwin menjadi sosok kawan santun yang tahu diri dan memberi alas nan nyaman bagi Dhani.
Pandawa Lima menjadi puncak sumbangsih Erwin. Album rilisan tahun 1997 ini dibuka dan ditutup dengan hits single yang kesemuanya berhutang besar pada kontribusi Erwin: “Kirana” dan ‘Kamulah Satu-Satunya”. Keduanya diaransemen oleh Erwin dengan lirik ditulis Dhani. Kehadiran “Kirana” adalah sebuah anomali saat muncul pertama kali di tahun 1997. Bagaimana lagu gloomy, dingin, dan ganjil itu justru kencang menguasai airplay program musik di televisi dan chart radio.
Album pertama Dewa 19 diikuti Format Masa Depan mungkin hanya jadi album biasa tanpa kontribusi kuat Erwin.
Sedangkan “Kamulah Satu-Satunya” seperti memberi sasmita akan perubahan aransemen Dewa 19 di album berikutnya yang lebih ngerock. Pengaruh Gin Blossoms terlihat cukup dominan. Erwin juga punya andil besar dalam “Sebelum Kau Terlelap”. Erwin eperti menemukan jodoh yang tepat sebagai penjaga tempo dalam diri Aksan.
Tapi jalan pikiran Ahmad Dhani siapa yang tahu?
Kesuksesan Pandawa Lima tak lantas membuat formasi Dhani, Andra, Erwin, Ari Lasso, dan Aksan (sosok ini juga punya sumbangan signifikan, akan lebih baik dibuatkan tulisan terpisah) otomatis dipatenkan.
Erwin memutuskan keluar untuk menjalani rehabilitasi dari ketergantungan narkotika di sebuah pesantren. Ari Lasso yang lebih sering manggung dalam keadaan teler juga memutuskan pamit meski beredar bahwa dia jadi korban pemecatan Dhani.
Kabar yang kelak sukses diolah jadi marketing twist untuk mendongkrak penjualan debut album solonya. Erwin dan Ari meninggalkan “Elang” dan “Persembahan Dari Surga” di album The Best of Dewa 19 sebagai warisan terakhir.
Eksodus terakhir adalah Sri Aksana Sjuman, yang diberi nama panggung Wong Aksan demi memenuhi persyaratan huruf W pada akronim Dewa 19, dipecat oleh Dhani dengan alasan pukulannya terlalu ngejazz. Sepertinya huruf W memang membawa nasib sial karena sepeninggal Wawan, Dewa 19 kelimpungan mencari drummer.
Pandawa Lima menjadi puncak sumbangsih Erwin.
Drummer terakhir mereka adalah Agung Gimbal dan tidak ada tanda-tanda Dhani akan memberikan nama panggung berhuruf depan W untuk penggebuk drum Powerslaves ini. Lalu giliran Erwin yang keluar untuk menjalani proses rehab dari ketergantungan narkotika di sebuah pesantren.
Lepas dari formasi Pandawa Lima, Dewa 19 mendapatkan Once Mekel sebagai pengganti Ari Lasso meski Dhani berharap mereka bisa berduet. Aksan digantikan oleh Setyo Nugroho yang juga mendapatkan nama panggung berhuruf depan W, Wizztyo Nugroho. Dewa 19 kemudian menjadi Dewa dan menelurkan Bintang Lima pada tahun 2000 yang sampai saat ini masih jadi album dengan penjualan terbaik.
Erwin kembali pulang mengisi bass, namun statusnya dalam kredit di sampul album masih additional player. Dirinya baru dilantik secara resmi dalam Cintailah Cinta yang dilempar ke pasaran dua tahun setelahnya. Jeda dua tahun sempat dipakai Erwin dengan menciptakan “Misteri Illahi” yang membuka jalan kesuksesan Ari Lasso di jalur solo.
Di dua album ini, dominasi Dhani begitu dominan. Format musik berubah menjadi lebih rock dengan referensi besar dari The Beatles juga Queen yang sangat digilai Dhani. Meski demikian, hal tersebut tak bisa dipungkiri untuk menyesuaikan karakter vokal Once yang lebih rock ketimbang Ari Lasso yang cenderung pop. Kredit-kredit lagu diisi nama Ahmad Dhani/Dhani Ahmad dengan sedikit terselip nama Andra dan Once.
Dominasi Dhani lalu merambah ke aktivitas-aktivitas di luar aspek kreatif produksi lagu. Tahun 2004, sebuah stasiun televisi swasta memproduksi sinetron tentang Dewa 19. Erwin merasa karakternya tidak digambarkan secara tepat dan memberikan kesan buruk di mata keluarga tentang kehidupan masa lalunya.
Sejak saat itu hubungan pertemanan Erwin dan Dhani resmi terputus.
Buntu dengan mediasi internal antara manajemen Dewa garis miring Dhani dan pihak stasiun TV, Erwin memutuskan menggugat Dhani ke pihak kepolisian untuk memberi ganti rugi material Rp 5 miliar 250 juta dan tuntutan in material sebesar Rp 6,7 miliar. Sejak saat itu hubungan pertemanan Erwin dan Dhani resmi terputus.
Erwin kemudian berkelana dari satu band ke band lain. Sepeninggalnya dari Dewa, Erwin membantu di album kedua band asal kampung halamannya, Tic Band. Sempat mengisi bass untuk grup pecahan KLa Project, NuKLa, Erwin juga membidani EVO: proyek pretensius berisi personel dari Plastik, GIGI, sampai Base Jam. Terakhir bersama Wawan, Erwin membentuk Matadewa. Sayang karir dari band-band itu mirip: tak ada yang berumur panjang.
Erwin lalu memilih jalan di belakang layar. Menjadi produser dan komposer musik, mengerjakan scoring film, sampai menggarap jingle berbagai produk mulai dari sabun mandi sampai sprei.
Ari Lasso sempat mengumpulkan kembali veteran-veteran Dewa 19 dalam konser tunggal Sang Dewa Cinta tahun 2013. Di konser yang digelar di Jakarta Convention Center itu, Ari memanggil kembali dua anak hilang Erwin dan Wawan untuk memainkan kembali “Kangen” bersama Dhani dan Andra setelah 19 tahun.
Ada momen kikuk Ketika Ari memanggil kawan-kawannya untuk memberikan penghormatan ke penonton. Dhani berbisik ke Ari, seperti menyuruh memanggil Erwin dan Wawan yang tidak segera bergabung ke tengah panggung. “Ayo rene-rene ben ketok akrab (ayo kemari biar terlihat akrab)”.
Dhani hanya melengos saat Erwin bergabung. Dendam rupanya masih belum selesai meski panggung sudah mempertemukan. Dhani baru benar-benar berbicara dan mungkin memaafkan kawan seperjuangannya itu dalam unggahan di akun Instagram-nya. “Di antara kami Erwin yang paling Rajin Sholat 5 waktu nya. Innalillahi wa Inna illaihi rojiun. InsyaaAllah husnul khotimah Meninggal di bulan Ramadhan adalah cita cita kita semua…”
https://www.instagram.com/p/B_q7fAFnSwt/
_____
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Juicy Luicy – Nonfiksi
Lewat Nonfiksi, Juicy Luicy semakin mengukuhkan diri sebagai band pengusung lagu patah hati dengan formula pop R&B yang jitu dan ultra-catchy. Pertanyaannya: sampai kapan mereka akan menjual kisah patah hati kasihan dan rasa inferioritas …
Selat Malaka Resmi Mengeluarkan Album Penuh Perdana
Band asal Medan bernama Selat Malaka resmi mengeluarkan album penuh perdana self-titled hari Jumat (22/11). Sebelumnya, mereka sudah mengantongi satu single “Angin Melambai” yang beredar tahun lalu. View this post on Instagram …