Pop Hari Itu: Panbers – Volume 1 (1971)
Siapa yang menyangka jika band yang beranggotakan kakak-beradik Pandjaitan ini memiliki lagu-lagu yang sarat dengan nuansa psikadelia dan hard rock yang sangat kental. Sepertinya stigma hit abadi mereka pada lagu ‘’Akhir Cinta’’ yang melekat kuat pada diri Panbers membuat orang-orang di generasi saya tidak menyukai musik mereka. Karena kita semua pasti pernah mendengar lagu ‘’Akhir Cinta’’ secara sengaja ataupun tidak.
Namun setelah 40 tahun semenjak album perdana mereka dirilis, akhirnya untuk pertama kalinya saya mendengar bahwa lagu-lagu mereka di album Volume 1 ini begitu dasyat, tidak hanya satu namun hampir semua lagu di album Volume 1 ini begitu sempurna, seperti “Djakarta City Sounds” dimulai dengan intro drum selama beberapa detik disusul dengan suara tinggi courtesy dari Benny Pandjaitan, dan yang menarik adalah pada bagian interlude mereka memasukan unsur soundscapes kota Jakarta dengan segala hiruk pikuknya. “Bye Bye” sarat akan nuansa psikedelik dengan backing vocal dan hammond yang membius, namun harus diakui keterampilan bermain drum si bungsu Asido yang sangat liar dan terampil dalam menyajikan solo drum di lagu ini mengingatkan saya akan cara bermain ‘Keith Moon, dari The Who. Bisa disimak di banyak lagu-lagu lainnya seperti “Haii”, “Sendja Jang Indah”, “Let Us Dance Together”.
Kembali ke tahun 2011. Waktu itu pernah ada acara bedah album It’s the Vinyl Countdown 1 yang diadakan di Ruang Rupa oleh para pecinta piringan hitam dan saat itu mengundang Benny Pandjaitan. Beliau bercerita tentang produksi rekaman album tersebut yang menurut beliau semua keajaiban suara yang ada di dalam album Panbers Volume 1 adalah hasil dari sang jenius Dicktamimi, produser dan pemilik dari Mesra Record yang selalu meramu suara-suara hasil rekaman dengan tekun sampai larut malam. Dick Tamimi ini sendiri adalah mantan pilot yang eksentrik, dan pemilik perusahaan rekaman Mesra Records yang merilis album ini pada tahun 1971.
Saya sendiri mendapatkan piringan hitam album ini secara tidak sengaja sekitar tahun 2003. Pada saat itu saya hanya sering datang mengunjungi kios Bang Lian atau Lian Records di Jalan Surabaya, Menteng dan menemukan album tersebut karena kovernya sangat bagus. Karena saya senang membeli semua album piringan hitam Indonesia hanya berdasarkan intuisi pada desain kovernya yang bagus. Jadi jika saya melihat piringan hitam Indonesia dengan artwork menarik sudah pasti saya membelinya.
teks: Ricky Virgana
Artikel Terkait
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota
Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …
5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac
Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …