Pop Hari Itu: Panbers – Volume 1 (1971)

Aug 12, 2017

Siapa yang menyangka jika band yang beranggotakan kakak-beradik Pandjaitan ini memiliki lagu-lagu yang sarat dengan nuansa psikadelia dan hard rock yang sangat kental. Sepertinya stigma hit abadi mereka pada lagu ‘’Akhir Cinta’’ yang melekat kuat pada diri Panbers membuat orang-orang di generasi saya tidak menyukai musik mereka. Karena kita semua pasti pernah mendengar lagu ‘’Akhir Cinta’’ secara sengaja ataupun tidak.

Namun setelah 40 tahun semenjak album perdana mereka dirilis, akhirnya untuk pertama kalinya saya mendengar bahwa lagu-lagu mereka di album Volume 1 ini begitu dasyat, tidak hanya satu namun hampir semua lagu di album Volume 1 ini begitu sempurna, seperti “Djakarta City Sounds” dimulai dengan intro drum selama beberapa detik disusul dengan suara tinggi courtesy dari Benny Pandjaitan, dan yang menarik adalah pada bagian interlude mereka memasukan unsur soundscapes kota Jakarta dengan segala hiruk pikuknya. “Bye Bye” sarat akan nuansa psikedelik dengan backing vocal dan hammond yang membius, namun harus diakui keterampilan bermain drum si bungsu Asido yang sangat liar dan terampil dalam menyajikan solo drum di lagu ini mengingatkan saya akan cara bermain ‘Keith Moon, dari The Who. Bisa disimak di banyak lagu-lagu lainnya seperti “Haii”, “Sendja Jang Indah”, “Let Us Dance Together”.

Kembali ke tahun 2011. Waktu itu pernah ada acara bedah album It’s the Vinyl Countdown 1 yang diadakan di Ruang Rupa oleh para pecinta piringan hitam dan saat itu mengundang Benny Pandjaitan. Beliau bercerita tentang produksi rekaman album tersebut yang menurut beliau semua keajaiban suara yang ada di dalam album Panbers Volume 1 adalah hasil dari sang jenius Dicktamimi, produser dan pemilik dari Mesra Record yang selalu meramu suara-suara hasil rekaman dengan tekun sampai larut malam. Dick Tamimi ini sendiri adalah mantan pilot yang eksentrik, dan pemilik perusahaan rekaman Mesra Records yang merilis album ini pada tahun 1971.

Saya sendiri mendapatkan piringan hitam album ini secara tidak sengaja sekitar tahun 2003. Pada saat itu saya hanya sering datang mengunjungi kios Bang Lian atau Lian Records di Jalan Surabaya, Menteng dan menemukan album tersebut karena kovernya sangat bagus. Karena saya senang membeli semua album piringan hitam Indonesia hanya berdasarkan intuisi pada desain kovernya yang bagus. Jadi jika saya melihat piringan hitam Indonesia dengan artwork menarik sudah pasti saya membelinya.

teks: Ricky Virgana

Penulis
Ricky Virgana
Ricky Virgana selain bermain bass untuk Whiteshoes and the Couples Company juga bermain cello musik klasik di Weltevreden trio dan mengajar musik privat serta kolektor piringan hitam . Selain punya hobi travelling dan sering dituangkan di blognya, ia juga hobi diving. Saat ini ia sedang menyelesaikan buku pertamanya.

Eksplor konten lain Pophariini

Rekomendasi 9 Musisi Padang yang Wajib Didengar

Di tengah gempuran algoritma sosial media, skena musik independen Padang sepertinya tidak pernah kehabisan bibit baru yang berkembang

5 Musisi yang Wajib Ditonton di Hammersonic Festival 2024

Festival tahunan yang selalu dinanti para pecinta musik keras sudah di depan mata. Jika 2023 lalu berhasil menghadirkan nama-nama internasional seperti Slipknot, Watain, dan Black Flag, Hammersonic Festival kali ini masih punya amunisi untuk …