Pop Hari Itu : The Rhythm Kings – Kasih Bersemi (1972)
Sulit membayangkan sebuah kenyataan bahwa ada grup band yang menyerap irama rock dari Deep Purple, Jimi Hendrix dan Santana bisa menggubah alunan musik ‘pop sepoi-sepoi’ yang adem seperti yang ada dalam lagu “Kenangan Abadi” atau “Kasih Bersemi”. Sulit juga membayangkan raungan gitar Richie Blackmore bisa menempel pada komposisi lagu-lagu sehangat pantai ketika mendengar “Maafkanlah Beta”, “Teringatlah” atau “Sepatah Kata”.
Yang ada di pikiran saya, yang lumayan sudah lama mendengarkan piringan-piringan hitam dari band macam The Sandpipers, The Coswills, Classic IV atau The Associations, semua nama-nama pop yang sarat akan harmoni vokal dan musik yang empuk bak marshmallow, album yang konon berjudul Kasih Bersemi (menurut keterangan sumber yang cukup kuat) dari grup asal Medan, Sumatera Utara yang bernama The Rhythm Kings ini justru memenuhi syarat representasi musik dari beberapa grup yang saya sebutkan tadi.
Saya mungkin mendengar suara xylophone di sana, suara yang tipis di sini, harmoni vokal di sana-sini, hiasan organ, petikan gitar yang tak ada niatan untuk menyalak seperti layaknya virtuoso rock paruh 70an. Rhythm Kings dan musiknya kelewat rapihnya, persis seperti melihat seragam dan poni The Beatles ketika mentas. Biar sudah geleng-geleng kepala dan penuh dengan peluh, rambut mereka pantang acak-acakan.
Lebih dari 45 tahun sudah sejak vinyl/piringan hitam ini dirilis lewat Indra Records, The Rhythm Kings sendiri masih belum familiar, mereka tenggelam oleh nama-nama besar seperi Koes Plus, Mercy’s, The Rollies, AKA, sampai rekan sekampung mereka, Panbers.
Terbentuk tahun 1967, anak-anak pop Medan yang terdiri dari Mawi Purba (bas/vokal), Mawan Purba (gitar/vokal), Reynold Panggabean (drum -yang kemudian digantikan Ayun) Muchsin (bas), Darma Purba (saksofon) mengawali karier mereka sebagai band pengiring pesta-pesta dansa di sekolahan.
Meski pengiring band sekolah, sebuah sumber menyiratkan bahwa mereka punya ‘dua kepribadian’. Di satu sisi mereka seperti serigala hutan yang galak melolong ketika mereka pentas di panggung-panggung terbuka di seputar Sumatera Utara sampai Banda Aceh, menghantam panggung dengan mahakarya rock klasik dari Deep Purple, Santana dan Black Sabbath. Sementara di acara formal kampus dan sekolahan mereka berubah bentuk menjadi ‘anak-anak rumahan manis’ yang lebih suka memainkan nomor-nomor dari Beatles, Bee gees sampai Ray Charles.
Konsep bermusik dan grup macam apakah ini? Bahkan untuk diterapkan hari ini saja pun, saya belum pernah melihat yang seperti ini. Jujur kaget dan heran. Saya tentu sama herannya dengan produser Jason “Moss” Connoy yang memasukan lagu paling rock dari band ini, “The Promise” ke dalam kompilasi Those Shoking Shaking Days yang fenomenal itu. Sungguh ironis!
____
Artikel Terkait
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota
Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …
5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac
Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …