Rangkuman Pemilu 2019 Berdasarkan Judul Lagu Indonesia Teranyar

Apr 16, 2019

Nama adalah doa, begitupun judul lagu. Entah kebetulan atau tidak beberapa judul lagu Indonesia yang dirilis selama periode tiga bulan sebelum pemilu walaupun secara konteks lirik bukan tergolong lagu politik namun jika dibaca hanya dari judulnya saja sedikit banyak bisa menggambarkan berbagai polemik yang terjadi selama pemilu 2019 ini.

Jika Pemilu 2019 diibaratkan sebagai sebuah film dan akan merilis album soundtrack, lagu-lagu ini mungkin tepat untuk menjadi latar yang selaras dari berbagai keriuhan yang telah terjadi sepanjang Pemilu 2019.

Bagaimanapun, di masa tenang ini mari sejenak merefleksikan berbagai peristiwa yang telah terjadi selama Pemilu 2019 melalui judul-judul lagu-lagu berikut.

 

“Adu Rayu” – Yovie, Tulus, Glenn Fredly
Para caleg dan paslon dengan berbagai cara dan strategi membujuk rayu calon pemilih. Dalam masa kampanye, semua yang dilakukan dan dilontarkan mereka akan selalu terlihat cantik sehingga mudah membuat calon pemilih terpesona. Tinggal bagaimana kita sebagai calon pemilih tetap berpikir rasional karena jangan cintai mereka apa adanya agar jangan ada sesal yang datang belakangan hingga berakibat sedih tak berujung.

 

“Pertikaian Kata” – Kavenda, Anda Perdana
Salah satu situasi yang umum terjadi selama masa kampanye ini adalah pertikaian dalam bentuk teks yang terjadi di grup-grup chat. Biasanya karena debat semakin panas ujung-ujungnya salah satu akan ‘left group’. Kalau masih keluar dari grup chat teman SMA atau kuliah mungkin masih tidak apa-apa. Tapi jangan sampai keluar dari grup chat keluarga. Karena harta yang paling berharga adalah keluarga.

 

“Linimasa” – Skastra
Linimasa media sosial adalah salah satu medium paling riuh yang juga kerap memanas selama masa kampanye pemilu 2019. Di linimasa jalannya cukup licin dan terjal. Salah ucap sedikit atau berbeda dari pendapat umum, dapat membuat warga net langsung menyerbu untuk lalu menggertak. Linimasa media sosial juga kerap menjadi pemisah hubungan pertemanan bagi yang berbeda kubu (sudah berapa kali kita menekan tombol unfollow selama kampanye pemilu 2019 ini?). Pada kondisi paling ekstrem dalam kehidupan sosial warga net di dunia maya, bahkan ada yang memutuskan untuk keluar dari linimasa dengan menutup akun media sosial gara-gara pemilu. Tapi ingat sebelum keluar periksalah barang bawaan Anda dan hati-hati melangkah.

 

“Ruai” – Hursa
Hidup itu memang perkara untuk memilih. Dari hal simpel mau belanja di Alfamart atau Indomaret yang letaknya berseberangan hingga persoalan yang menyangkut hajat hidup orang banyak seperti memilih caleg dan paslon yang akan menjadi perwakilan rakyat dan memimpin negeri ini hingga lima tahun mendatang. Terkadang pilihan-pilihan yang ada membuat kita begitu sulit untuk memutuskan. Berbagai perasaan berkecamuk di antara pilihan yang tersedia yang mungkin sama-sama kuat atau malah sama-sama buruk yang pada akhirnya membuat kita menjadi ruai. Dalam KKBI, ruai itu diartikan sebagai kurang kukuh atau kurang kuat.

 

“Antipati” – Reaksi
Dengan semakin panasnya suasana kampanye pemilu 2019 yang banyak dihiasi berbagai isu SARA, ujaran kebencian, fitnah atau menyajikan berita bohong (Hoax), membuat sebagian dari kita merasa antipati dengan pemilu. Terlebih bagi sebagian calon pemilih berusia muda, hubungan pertemanan yang sudah lebih lama terjalin rasanya jauh lebih penting ketimbang mendukung salah satu kubu. Sementara itu, beberapa kalangan yang memiliki kesadaran politik yang tinggi juga bisa memiliki sikap antipati terhadap para caleg dan paslon karena rekam jejak mereka atau karena muak dengan sistem politik yang oligarkis.

 

“Fase” – Hagai Batara
Karena suasana tongkrongan teman-teman, grup keluarga, dan media sosial kian memanas, banyak dari kita berharap agar pemilu ini lekas berakhir. Mungkin banyak yang lupa bahwa pemilu ini hanya salah satu fase dalam kehidupan berpolitik. Jangan sampai karena efek kampanye yang brutal dari masing-masing kubu membuat polarisasi politik kian mengental yang pada akhirnya akan merusak kepercayaan masyarakat kepada siapa pun pemenangnya nanti. Semoga setelah fase pemilu telah selesai, kita bisa cepat move on dengan membawa semangat don’t look back in anger.

 

“Jatuh, Bangkit Kembali!” – Hivi!
Seiring kompetisi yang semakin ketat selama masa kampanye pemilu, maka potensi caleg mengalami depresi setelah pemilihan semakin tinggi. Beberapa rumah sakit umum di banyak daerah di Indonesia bahkan sudah menyiapkan ruang khusus bagi para caleg gagal yang depresi. Para caleg yang mengalami depresi mungkin tidak siap dihadapkan oleh kenyataan yang terkadang belum berpihak baik kepada mereka. Namanya juga kehidupan, kadang di atas, kadang di bawah. Bagi para caleg atau paslon yang gagal mengumpulkan suara terbanyak pada pemilu 2019 nanti semoga terus bersemangat dan bisa bangkit kembali. Kalau belum kapok juga masih bisa mencalonkan diri lima tahun mendatang.

 

“Satukan Langkah” – Ekoda
Berbagai anjuran dan slogan seperti ‘satukan langkah demi menyukseskan pemilu’ memang terkesan klise. Namun hal itu harus diakui masih menjadi pedoman yang paling tepat bagi kita bangsa Indonesia yang ingin merasakan perubahan signifikan di negeri ini. Walaupun harus diakui menyatukan langkah pada praktiknya tidak semudah pengucapannya. Tapi juga tidak mustahil dapat terwujud jika seluruh lapisan masyarakat belajar untuk lebih menyamakan visi untuk membangun masa depan Indonesia yang lebih baik tanpa perlu terikat oleh politik identitas dan SARA yang menghiasi pemilu 2019 ini.

 

“Titik Awal” – Armiya Husein
Pasca Pemilu 2019 nanti sebaiknya menjadi momentum kita untuk kembali ke titik awal dimana kita memperkuat dan mengokohkan kembali ikatan dan hubungan antar teman dan keluarga yang mungkin sempat rusak gara-gara kampanye pemilu. Jangan ragu dan gengsi untuk menyapa kembali melalui chat atau juga kembali saling follow di media sosial. Pada akhirnya semua gesekan pada pemilu ini juga memiliki tujuan yang sama untuk Indonesia yang lebih baik lagi.

 

___

 

Rangkuman Pemilu 2019, oleh Dimas Ario

Penulis
Dimas Ario
Dimas Ario ialah seorang kurator musik yang berpengalaman bekerja untuk beberapa layanan musik streaming lokal maupun internasional dan juga kurator untuk musik yang diputar di berbagai tempat publik komersial seperti hotel dan restoran. Sejak 2016 Dimas juga aktif sebagai manager dari band Efek Rumah Kaca (ERK) sekaligus bersama keluarga besar ERK turut mengelola Kios Ojo Keos, sebuah toko buku berdikari dan ruang bersama untuk komunitas yang berdiri di bulan Mei 2018.

Eksplor konten lain Pophariini

Bank Teruskan Perjalanan dengan Single Fana

Setelah tampil perdana di Joyland Bali beberapa waktu lalu, Bank resmi mengumumkan perilisan single perdana dalam tajuk “Fana” yang dijadwalkan beredar hari Jumat (29/03).   View this post on Instagram   A post shared …

Band Rock Depok, Sand Flowers Tandai Kemunculan dengan Blasphemy

Setelah hiatus lama, Sand Flowers dengan formasi Ilyas (gitar), Boen Haw (gitar), Bryan (vokal), Fazzra (bas), dan Aliefand (drum) kembali menunjukan keseriusan mereka di belantika musik Indonesia.  Memilih rock sebagai induk genre, Sand Flowers …