Rekomendasi: hara – Kenduri

Jul 26, 2021
hara kenduri

Memecahkan simbol-simbol dalam karya yang indah adalah hal yang selalu menyenangkan. Dan dalam budaya populer kesempatan ini jarang muncul. Pengeculian untuk karya terbaru Rara Sekar dengan moniker, hara (menggunakan huruf kecil) melalui album mini Kenduri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kenduri adalah tradisi selamatan, berupa perjamuan makan untuk memperingati peristiwa, minta berkat dan sebagainya, juga untuk memperingati/mendoakan roh (jiwa) orang yang telah meninggal. Sebagai benang merah, Kenduri di sini bercerita tentang pencarian harapan dengan alam di tengah pandemi yang dilalui Rara dengan merawat kebunnya.

Simbol kebun ini juga muncul pada foto sampulnya yang menggambarkan Rara di antara tanaman, dengan latar berwarna salem. Mengenakan yang nampak seperti pakaian perempuan Indonesia tradisional lazim dipakai di desa yang karena cuaca panas, sehingga hanya mengenakan atasan dengan balutan rok kain batik ketika beraktifitas. Sosok dewi Sri yang dikenal sebagai dewi pertanian, padi, sawah dan kesuburan di pulau Jawa dan Bali ditengarai menjadi inspirasi foto sampul album mini ini.

Nusantara Jawa dan Bali dalam balutan petikan gitar akustik dengan lapisan soundscape menerawang di belakangnya

Nuansa tradisional juga yang menjadi dasar EP berisi empat lagu ini. Nusantara Jawa dan Bali dalam balutan petikan gitar akustik dengan lapisan soundscape menerawang di belakangnya. Yang meskipun murung namun terasa menenangkan. Dibuka dengan petikan gitar dan nyanyian pujian berulang-ulang pada lagu “Tembang Tandur”, sesi dendang doa untuk semua mahluk hidup dan Ibu Bumi ini pun dimulai.

Tumbuh Gugur / Tumbuh Gugur // Kulantunkan tembang tandur / Agar tanah kami subur / Tumbuh Gugur /Tumbuh Gugur

Nuansa nusantara segera menyeruak lebih kental ketika Rara menyenandungkan notasi vokal tradisional Jawa, ditimpali senandung berbahasa Bali oleh Guna Warma dari duo pulau dewata, Nosstress. Di sini lirik metafora yang begitu indah teruntai. Bagaikan sang anak (manusia) yang sungkem kepada sang Ibu (Bumi)

Oh, Ibu Aku anakmu / Aku anakmu / Tak tahu malu // Oh, Ibu Aku anakmu / Aku anakmu / Datang bersimpuh / Meminta restu

Kita lalu benar diteduhkan dengan lagu yang bernuansa paling pop -meski tetap minor- melalui, “Kebun Terakhir” yang seperti menjadi jantung dari album mini ini,

Tanah air udara / Teriakku meminta / Tanah air udara / Tubuh-tubuh terluka // Melihat dan mendengar / Segala membelukar / Mengakar dan menjuntai jadi gulma yang benar

Nuansa nusantara menyeruak ketika notasi vokal tradisional Jawa, ditimpali senandung bahasa Bali oleh Guna Warma “Nosstress”

Sempat berpikir ini adalah empat-menit-kurang yang paling berharga, tapi ternyata salah. Karena masih ada “Arumdaru” sebagai penutup yang berlapis orkestra begitu indah. Puncak emosi pun tuntas dengan apik di lagu terakhir ini. Untaian lirik singkat paling efektif dalam menutup album dan musik mencapai klimaks.

Tiada hidup tak sahaja / Tiada doa selain bahagia // Kuserahkan semuanya di sana

Kita seperti dibawa berpetualang ke dalam harapan yang timbul dan hilang dalam harapan seorang Rara Sekar melalui Kenduri. Dan uniknya semua kemurungan ini sangat menenangkan. Tidak mengherankan jika mengingat ramuan ampuh ini lahir dari sosok terkini Rara sebagai seorang penyanyi/penulis lagu, musisi, peneliti dan urban gardener.

Pada akhirnya Kenduri yang memadukan musik pop, folk, ambience dengan musik nusantara ini menjadi sebuah karya kontemplatif penting yang terlahir dari era pandemi yang belum jelas kapan ujungnya ini.

Sebuah saran, luangkan waktu khusus untuk menyimak Kenduri, hara ini tanpa melakukan apa-apa selain duduk nyaman dan meresapi dendang doa yang diperuntukan untuk seluruh mahluk hidup, Ibu Bumi dan seisinya. Akan menjadi 13 menit 40 detik yang sangat berharga untuk kita lalui di era sekarang ini.

 

____

Penulis
Anto Arief
Suka membaca tentang musik dan subkultur anak muda. Pernah bermain gitar untuk Tulus nyaris sewindu, pernah juga bernyanyi/bermain gitar untuk 70sOC.

Eksplor konten lain Pophariini

Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota

Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …

5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac 

Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …