Rekomendasi: White Shoes & The Couples Company – 2020

Feb 22, 2021
Rekomendasi: White Shoes & The Couples Company – 2020

Sextet ini merilis album penuh ketiga, 2020 setelah berselang 10 tahun dari album keduanya, Vakansi (2010) dan album pertama White Shoes & The Couples Company (2005). Meski di antaranya merilis album mini (EP) Lagu-Lagu Daerah (2013) dan Skenario Masa Muda (2007).

Mengikuti tradisi sebelumnya album ketiga White Shoes & The Couples Company (WSATCC) ini tidak tersedia di layanan streaming. Namun dirilis dalam bentuk fisik edisi terbatas dengan buku foto istimewa yang dijual seharga 200.000 rupiah. Terdiri dari kartu pos, poster, stiker, dua buah CD audio, 2020 dan B Side, dan buku foto istimewa berwarna. Semua ini tentu adalah bingkisan yang menyenangkan.

Di tengah dinginnya mendengarkan musik streaming nihil fisik beserta lembaran sampul albumnya, 2020 hadir dengan foto berwarna, tentunya lirik lagu dan sebuah cerita pendek fiksi untuk masing-masing lagu. Plus tentunya foto-foto ciamik bidikan sang fotografer/perupa sekaligus manajer WSATCC, Indra Ameng. Betul-betul pemanjaan visual dan audio melalui rilisan fisik yang sungguh aduhai.

2020 dibuka dengan intro “Rumah”. Lalu telinga segera disergap oleh “Irama Cita” yang bernuansa disko tipikal WSATTC. Ada nuansa nusantara yang sangat meriah di “Folklor”. Dengan pilihan notasi vokal catchy yang membekas sehingga enggan pergi dari kepala. Suguhan nuansa nusantara yang festive ini masih berlanjut di “Hidup Hanya Sekali”, dengan suara instrumen bongo yang dominan dan verse bersahutan yang pasti seru untuk dibawakan di panggung. Adalah lagu pop kesukaan saya “Sam dan Mul” di album ini yang bernuansa dreamy. Hanya memiliki struktur dan lirik pre-chorus dan chorus lagi menjadi tiga menit paling efisien di album ini. Bukti WSATTC sebagai mesin pop yang mumpuni.

“Portrait of S.A.S” adalah sebuah instrumental yang menguji telinga bila didengarkan terpisah. Tapi tenang, bila didengarkan sambil membaca cerita pendeknya kita bisa merasakan sensasi utuh antara audio sebagai ilustrasi musik untuk sebuah adegan film noir. Dan hal ini bekerja untuk semua lagu lainnya dengan kisahnya di buku. Lalu ada “Variasi Barongko” juga yang eksperimental dan begitu intens. Perihal musik eksperimental ini cukup meminta perhatian kita di album 2020. Meskipun setelah itu berturut-turut lagu-lagu ramah telinga mengantri berurutan dari “Hey Waktu! Kau Kalah!” yang menjadi lagu dengan judul paling favorit, “Oktober”, “Semalam” dan “Halaman Ekstra”.

Sulit untuk tidak membandingkan album 2020 ini dengan album kedua sebelumnya, Vakansi. Terlebih karena Vakansi yang lebih supel di telinga pada perkenalan pertama. Namun bila berbicara soal pencapaian estetika dan konsep album 2020 ada di tingkatan yang berbeda. Dan tentunya untuk bisa mencerna estetika di album 2020 ini diperlukan pengetahuan dan kesabaran yang cukup. Intro yang terlalu panjang di “Irama Cita” contohnya. Unsur eksperimental yang lebih dominan juga tentunya akan menguji siapapun yang tidak familiar dengan musik ini. Juga dengan tata suara di “Folklore”, “Hidup Hanya Sekali” dan “Variasi Barongko” yang terlalu riuh dan tumpang tindih. Riuhnya instrumentasi di album ini juga seringkali membingungkan kita untuk mencernanya sebagai satu kesatuan musik. Mereka seperti berteriak sendiri-sendiri meminta perhatian kita.

Tapi terlepas dari semua itu dengan tanpa bergeser jauh dari pengaruh musik Indonesia lawas mereka, White Shoes & The Couples Company terlihat bersenang-senang di album ini. Dan tentunya untuk apa mengulangi formula yang sama dengan Vakansi yang sudah berstatus klasik itu? Yang jelas beban itu tidak mengelayuti di pundak mereka. Dan untuk pendengar yang berharap akan adanya Vakansi bagian kedua, silahkan buang jauh-jauh harapan itu.

Penulis
Anto Arief
Suka membaca tentang musik dan subkultur anak muda. Pernah bermain gitar untuk Tulus nyaris sewindu, pernah juga bernyanyi/bermain gitar untuk 70sOC.

Eksplor konten lain Pophariini

Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota

Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …

5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac 

Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …