Reruntuh – Water Will Find Me
Energi pada sebuah musik tidak melulu harus dari musik yang hingar bingar, distorsi gitar yang kencang, drum yang ditabuh menggelegar cepat yang menghasilkan sing-a-long, stage dive yang luar biasa, seperti yang biasa kita nikmati di festival-festival musik. Sosok Jason Ranti, Kunto Aji atau Nadin Amizah misalnya, mereka bisa memberikan energi yang besar dengan lagu-lagu atau rapalan mantra yang dalam meski didukung dengan musik yang laidback. Hari ini, Reruntuh melakukan hal yang sama.
Sejak single pertama “Samuderasa” dirilis di 2019, moniker dari Eky Rizkani, seorang singer-songwriter juga produser ini meramu energinya dalam musik yang minimalis namun megah. Energi ini makin lama makin besar, tergambar jelas di dua albumnya, Runtuh, Tumbuh (2019) dan Water Will Find Me (2022) album terbarunya.
Bagi saya yang penggemar berat Jose Gonzales, Fleet Foxes, Iron & Wine juga Bon Iver, saya amat menyukai Reruntuh. Bagaimana energi yang besar itu diberikan tak hanya dari rajutan kata dalam lirik, namun arsitektural suara yang menyertai setiap komposisinya. Dari sejak lagu pertama, “Percik/Sisa” ruh saya sejekap bisa langsung dibawa keluar melintasi imaji-imaji luar biasa, dari suasana bukit di atas lautan sampai mungkin puncak gunung tertinggi di Jawa. Visual yang sama pun kurang lebih terasa di nomor-nomor selanjutnya. Suara-suara burung di “Retak/Ruak” makin meyakinkan saya bahwa saya perlu berada sejenak di atas puncak, atau minimal di dalam hutan basah. Menyimak semua track yang ada di album ini, saya tak mau turun.
Emosi-emosi dimainkan dengan elegan oleh Reruntuh di album ini. Saya menemukan titik temu yang sama seperti Kunto Aji memainkan rapal-nya di Mantra-Mantra. Namun di sini, semua not yang dimainkan berulang punya peluang menghipnotis pendengar dalam sekejap, terbang ke suasana seperti yang saya gambarkan di atas atau bisa jadi berbeda-beda tergantung suasana hati pendengarnya. Kesan yang ditawarkan pun bisa berbeda, bisa sedih, murung, bahkan lega dan damai.
Sosok Eky Rizkani bukan orang sembarangan, sebagai seorang produser yang pernah bekerjasama dengan Nadin Amizah di mini album Kalah Bertaruh, karya tak diragukan lagi. Reruntuh seperti hendak menjelaskan bahwa ia adalah musisi yang berkarakter khas yang membedakannya dengan musisi lainnya. Karya-karya teksturalnya harus dimaknai luas, lebih dari sekadar lirik misalnya, namun dari seluruh bebunyian yang ada di selingkarnya.
______
Artikel Terkait
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Daftar Label Musik Independen dari Berbagai Kota di Indonesia 2024
Berbicara tentang label musik tentu bukan hal yang asing lagi bagi siapa pun yang berkecimpung di industri ini. Mengingat kembali band-band yang lekat dengan label raksasa sebagai naungan, sebut saja Dewa 19 saat awal …
Wawancara Eksklusif Kossy Ng dan Dimas Ario Spotify: Edukasi Stream dan Musik Berbayar Masih Jadi Tantangan Besar
Saat menentukan apa saja yang ingin diangkat untuk KaleidosPOP 2024, tim redaksi Pophariini langsung berpikir soal keberadaan platform streaming musik yang menjadi salah satu tolok ukur kesuksesan perjalanan band dan musisi di era ini. …