Resensi: Bilal Indrajaya – Purnama

Nov 4, 2019

Artist: Bilal Indrajaya
Album: Purnama
Label: NET Visi Media

Sangat normal bila karya seorang musisi adalah cerminan dari segenap referensi, apa yang didengar dan musik-musik yang menyertainya di kala tumbuh. Lagu-lagu yang didengarkan pertama kalinya, kord-kord yang menjadi ‘hafalan’ saat bermain gitar di studio, lick-lick singkat saat soundcheck. Pada dasarnya, musik-musik yang didengar di masa lalu akan muncul dengan sendirinya dalam bentuk ekspresi bermusik di masa sesudahnya.

Hal ini jelas tercermin dalam tubuh seorang Bilal Indrajaya. Saya yakin ada banyak musik yang ia dengar selain The Beatles, Paul McCartney, atau Dewa 19 (apakah ia juga Baladewa?) dan sederet rekaman-rekaman oldie but goldie yang ia koleksi dalam bentuk fisik atau digital. Jadi wajar jika saya menemukan banyak irisan-irisan dari pengaruh tersebut ke ekspresi musiknya.

Menyimak 6 track dalam debut mini albumnya, saya memang bisa menemukan gambaran bahwa musik Bilal memang berada dalam lingkaran-lingkaran pengaruhnya. Berbekal penulisan lagu dan sensitifitas akan hal-hal di sekitar yang tajam, Bilal bisa mentransformasikan semuanya ke dalam karya-karya baru yang terdengar segar sekaligus hangat.

Untuk Bilal yang biasa bermain di ayunan-ayunan beat yang slow, manuvernya di wilayah upbeat seperti “Irma” sangat cantik dan berhasil. Begitu pun dengan duetnya dengan Vira Talisa di “Lagu Cinta Untuk Dunia”, tak ada masalah. Saya pikir wilayah-wilayah upbeat ini bisa disikat lebih banyak lagi di karya-karya selanjutnya. Ya mungkin juga arsiran keroncong seperti di “Purnama” yang jelas menyegarkan.

Berbekal mini album, memang harus saya akui belum cukup menggambarkan secara utuh siapa sosok Bilal secara musikal. Saya menginginkan ada dua tiga track menjadi sebuah album penuh untuk bisa menemukan warna-warna sebenarnya dari sang pujangga musik ini.

Meski demikian, berbekal mini album ini pastinya ada sedikit penyegaran di setlist. Ada beberapa lagu baru  yang siap menemani “Ruang Kecil” dan “Biar”. Panggung Bilal akan jauh lebih menyenangkan.

_____

 

 

Penulis
Wahyu Acum Nugroho
Wahyu “Acum” Nugroho Musisi; redaktur pelaksana di Pophariini, penulis buku #Gilavinyl. Menempuh studi bidang Ornitologi di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, menjadi kontributor beberapa media seperti Maximum RocknRoll, Matabaca, dan sempat menjabat redaktur pelaksana di Trax Magazine. Waktu luang dihabiskannya bersama bangkutaman, band yang 'mengutuknya' sampai membuat beberapa album.

Eksplor konten lain Pophariini

Wawancara Eksklusif Kossy Ng dan Dimas Ario Spotify: Edukasi Stream dan Musik Berbayar Masih Jadi Tantangan Besar

Saat menentukan apa saja yang ingin diangkat untuk KaleidosPOP 2024, tim redaksi Pophariini langsung berpikir soal keberadaan platform streaming musik yang menjadi salah satu tolok ukur kesuksesan perjalanan band dan musisi di era ini.  …

We Are Neurotic Mempersembahkan Album Mini Terbaru Asian Palms

Trio disco dan jazz asal Jakarta, We Are Neurotic menutup tahun 2024 lewat perilisan album mini terbaru yang diberi nama Asian Palms (13/12) bersama C3DO Recordings sebagai label naungan.     Album Asian Palms …