Resensi: Kelompok Penerbang Roket – Galaksi Palapa

Nov 7, 2018

Sebuah set rekaman berkonsep terkemas dalam mini album, jembatan untuk sesuatu yang mengejutkan.

Artis: Kelompok Penerbang Roket
Album: Galaksi Palapa
Label: Berita Angkasa
Rangking Indonesia: 8/10

Selalu ada alasan bagi band untuk membuat karya musik. Seperti album misalnya. Ada album yang hanya berisi kumpulan lagu yang saling berdiri sendiri, atau dalam berbagai kasus adalah album konsep, yang dikonsep sedemikian rupa hingga semua lagu menjadi satu kesatuan yang mendukung dan tak terpisah satu sama lain.

Dalam kasus Galaksi Palapa milik Kelompok Penerbang Roket (KPR), karya rekaman mereka masuk yang nomor dua, sebuah konsep album, hanya ini dikemas dalam format mini album. Mereka menggambar visual-visual khusus yang menarik seperti planet merah antah berantah, pesawat antariksa dan lain sebagainya dengan motif mengajak pemirsanya merasakan lebih jauh masuk ke dalam apa yang mereka ceritakan di album ini.

Menikmati mini album dari genre apapun itu memang tak seasyik dan seintens album penuh. Selalu ada efek ‘kentang’ soal durasi dan banyaknya lagu. Meskipun ada kasus ketika menikmati debut rekaman King Crimson, In The Court Of The Crimson King (An Observation By King Crimson), lima track berdurasi panjang yang ada di dalamnya sendiri saja sudah layak disebut sebagai album, jadi menikmati album dengan intens menjadi perjalanan yang sangat menyenangkan.

Jadi sayang sekali KPR belum bisa memenuhi kuota durasi seperti itu. Namun sebagai sebuah mini album terkonsep, saya rasa Galaksi Palapa sudah berhasil. Ya paling tidak dari musik dan visual digarap maksimal, utuh.

Soal musik, saya tak ada masalah, bahwa ada yang bilang musik mereka tak ada pembaharuan, mirip ini dan itu saya rasa cukup relevan. Karena sejak dari berdirinya band ini sampai debut Teriakan Bocah, musik yang ditawarkan revivalis rock ini memang bukan sesuatu yang baru juga, hanya pengulangan dari yang sudah-sudah. Tentu akan beda jika kita membicarakan Panbers atau Sharkmove yang notabene band-band rock yang memang lahir di zaman keemasan musik rock, ada susupan ekspresi tertentu musik yang berasal dari budaya barat saat itu yang memang layak dipuji dan dikritisi. Untuk kasus KPR, tak bisa berharap banyak, apalagi di sebuah mini album.

Namun di luar itu, motif mereka merekam lagu-lagu seperti “Ekspedisi 69”, “Dusta”, “Berita Angkasa”, “Alfa Omega” dan “Ironi” dalam mini album ini adalah hal yang patut dihargai, pun juga kemauan membuka diri dan menyicipi psikedelia, space-rock dan hal-hal yang baru.

Terakhir, saya melihat mini album Galaksi Palapa yang dibuat Kelompok Penerbang Roket ini hanya sekadar jembatan untuk sesuatu yang menarik yang sudah disimpan mereka sejak awal dan akan disiapkan di album studio kedua. Mudah-mudahan saja. Saya menantikan itu.

Penulis
Wahyu Acum Nugroho
Wahyu “Acum” Nugroho Musisi; redaktur pelaksana di Pophariini, penulis buku #Gilavinyl. Menempuh studi bidang Ornitologi di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, menjadi kontributor beberapa media seperti Maximum RocknRoll, Matabaca, dan sempat menjabat redaktur pelaksana di Trax Magazine. Waktu luang dihabiskannya bersama bangkutaman, band yang 'mengutuknya' sampai membuat beberapa album.

Eksplor konten lain Pophariini

Bank Teruskan Perjalanan dengan Single Fana

Setelah tampil perdana di Joyland Bali beberapa waktu lalu, Bank resmi mengumumkan perilisan single perdana dalam tajuk “Fana” yang dijadwalkan beredar hari Jumat (29/03).   View this post on Instagram   A post shared …

Band Rock Depok, Sand Flowers Tandai Kemunculan dengan Blasphemy

Setelah hiatus lama, Sand Flowers dengan formasi Ilyas (gitar), Boen Haw (gitar), Bryan (vokal), Fazzra (bas), dan Aliefand (drum) kembali menunjukan keseriusan mereka di belantika musik Indonesia.  Memilih rock sebagai induk genre, Sand Flowers …