Resensi: Pangalo! – Hurje!: Maka Merapallah Zarathustra

Nov 19, 2018

Seperti harimau yang dilepas dari kandang: lugas, buas, menggigit. Kandidat album terbaik tahun ini.

Artist: Pangalo!
Album: Hurje!: Maka Merapallah Zarathustra
Label: Maratonmikrofon Records
Rangking Indonesia: 10/10

Rapper Pangalo! adalah salah satu contoh konkret bagaimana hip hop tak lagi ‘javasentris’, rap dan hip hop kini tumbuh subur di banyak propinsi di Indonesia dan Pangalo! dalam kasus ini – wakil dari Medan, Sumatera Utara – adalah salah satu sebelumnya ada Joe Million dari Papua (ya, Papua!).

Membicarakan Pangalo! dan debut album berisi 18 track ini, akan lebih baik jika kalian terlebih dulu menyimak Pretext for Bumbrush, sebuah kompilasi tahun 2017 yang dirilis Def Bloc dan Grimlock Records. Di dalamnya ada booklet tebal sebanyak 40 halaman lebih itu bagian pengantar yang ditulis oleh Senartogok dan Morgue Vanguard – dua produser album ini – menjabarkan bagaimana hip hop berdiaspora sedemikian rupa muncul di tempat-tempat yang tak lagi didominasi kota-kota besar di Jawa. Dari Aceh hingga Pulau Bangka, Balikpapan, Flores hingga Papua.

Itu mengapa kompilasi berisi 29 beatmaker dan MC (yang di kompilasi ini disebut kontributor) ini penting sebagai catatan keberagaman ini. Alfabeta dari Ternate, Dangerdope dari Aceh, Madness on The Black dari Bali, Leevil dari Pangkal Pinang, Densky9 dari Jambi, sementara di Papua diwakilkan Superflava dan Joe Million. Dan dari Medan ada Pangalo! di sana yang albumnya tengah kalian dengarkan.

Menyimak debut album dari rapper bernama lengkap Suparto Lumban Raja ini, saya harus katakan bahwa Pangalo adalah seorang penulis yang cermat. Lirik-lirik sastrawi – filosofis yang lahir dari ruang-ruang kelas filsafat. Rima-rima disusun rapih dan teliti bak sherrif menyelipkan peluru ke selongsong dan ditembakkan satu per satu, tepat pada sasarannya.

Comot saja “Anthem”, track pertama di album ini dimana Pangalo! menyuarakan keberagaman dari para MC. “Berperanglah Kata-kata” bicara soal rekam jejak perlawanan yang kerap ditorehkan nama-nama dari Chairil Anwar sampai Wiji Thukul, semua dibungkus dalam sample gitar kotor “Foxey Lady” milik si dewa gitar, Jimi Hendrix, Menarik!

Bicara Jimi Hendrix saya pun harus angkat topi pada Senartogok juga Pangalo! atas sampling-sampling menarik yang digunakan bulat-bulat dalam album ini. Selain Hendrix, sebut saja The JB’s – More Peas (“Kami adalah Tuhan”), Fela Kuti – Yellow Fever (“Si Gila”) sampai Pink Floyd – Another Brick In The Wall (“Sekolah”). Menurut saya ini menarik, karena jika hip hop – menurut Senartogok – adalah kolase, maka sampling adalah hal terindah dari sebuah rekaman hip hop.

Jadi jelas sudah, Pangalo! adalah perpaduan yang pas dari budaya yang lugas berpadu dengan kedigdayaan memasak sastra dan filsafat sebagai makanan lirik yang itu semua keluar dari dapur seorang darah muda yang meletup-letup yang adalah semua yang dibutuhkan oleh hip hop.

Penulis
Wahyu Acum Nugroho
Wahyu “Acum” Nugroho Musisi; redaktur pelaksana di Pophariini, penulis buku #Gilavinyl. Menempuh studi bidang Ornitologi di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, menjadi kontributor beberapa media seperti Maximum RocknRoll, Matabaca, dan sempat menjabat redaktur pelaksana di Trax Magazine. Waktu luang dihabiskannya bersama bangkutaman, band yang 'mengutuknya' sampai membuat beberapa album.

Eksplor konten lain Pophariini

Setelah 7 Tahun, Risky Summerbee & The Honeythief Kembali Rilis Karya Anyar

Setelah beristirahat 7 tahun, Risky Summerbee & The Honeythief asal Jogja akhirnya resmi kembali lewat single anyar bertajuk “Perennial” hari Minggu (21/04). Lagu ini merupakan karya pembuka untuk album mini terbaru yang mereka jadwalkan …

Rekomendasi 9 Musisi Padang yang Wajib Didengar

Di tengah gempuran algoritma sosial media, skena musik independen Padang sepertinya tidak pernah kehabisan bibit baru yang berkembang