Resensi: Sajian Pengang Pengantar 18 Musik Keras

Jul 23, 2018

Artist: Various
Album: musikeras Cracked It!
Label: demajors
Ranking Indonesia: 7/10

Matahari cukup hangat ketika saya memasukkan CD musikeras CRACKED IT! ke dalam alat pemutar di mobil, mencari tempat nyaman untuk menulis resensi ini. Sebuah kompilasi dari beberapa ragam aksi rock dan metal Indonesia pilihan media yang mengkhususkan diri pada musik keras.

Rock Indonesia pada masa-masa permulaannya dalam wujud rekaman pernah menampilkan album-album mencengangkan yang terus dinikmati oleh aneka genersi hingga hari ini; sebut saja di antaranya Guruh Gipsy, OST. Duo Kribo, juga album-album awal Harry Roesli. Tapi saya belum pernah tahu bahwa pada era 70-an pernah ada sebuah album kompilasi yang bisa menjadi sampler akan keberadaan karya-karya itu.  

Selain pada album, lagu-lagu rock Indonesia yang mencengangkan juga bertebaran di berbagai rekaman lama. Saya tentu harus memasukan “Kelelawar” dan “Pentjuri Hati” dari Koes Plus dan “Haai” dari Panbers dalam hal ini. Namun lagi-lagi belum pernah saya temukan album kompilasi yang merepresentasikan kegilaan ini pada era dahulu selain justru berupa Those Shocking Shaking Days, sebuah rangkuman maut akan bunyi-bunyi terbaik dari rock Indonesia 70-an, yang dirilis oleh label asal Amerika, Now-Again Records pada 2011.

Di era 80-an sekalipun, tidak mudah bagi saya untuk mengingat judul album kompilasi rock Indonesia sebagai sampler yang utuh dan mengagetkan tentang bagaimana mereka dahulu berbunyi. Memang banyak sekali album kompilasi, namun terutama khusus untuk satu artis atau band saja. Maka, mungkin yang paling dekat dan populer yang bisa kita lihat pada relatif awal, adalah 10 Finalis Festival Rock se-Indonesia V, dan kemudian VI, di sekitar akhir 80-an sampai awal 90-an, yang dirilis Logiss Records. Dari album-album itu, ketertarikan saya selalu tertuju pada mereka yang berbeda: Roxx dan Valhalla (seingat saya salah seorang personilnya memakai t-shirt Nuclear Assault pada foto di sleeve cover album ). Sementara Metalik Klinik 1 yang dirilis 1997, menjadi sampler bagaimana rock dan metal di Indonesia telah semakin beragam arahan artistiknya, meledak dari bawah tanah. Album ini, kalau dingat-ingat sekarang, seakan “jawaban belakangan” akan sampler legendaris Grind Crusher dari Earach Records (yang di Indonesia diberi judul “Thrash Generation”- sebuah perayaan: gaduhnya terdengar begitu baru dan mencengangkan).

Di era 1990an dan 2000an berbagai album kompilasi musik rock Indonesia bermunculan dengan berbagai konsep dan batas-batasnya. Dalam hal media musik, setidaknya majalah Trax dan Rolling Stone Indonesia berkali-kali melakukannya. Atau majalah Ripple yang memilih menyertakan bonus sampler kaset single dalam setiap edisinya (tidak melulu msuik keras) dan kemudian terhenti.

Tapi, rasanya agak sulit juga menempatkan musikkeras CRACKED IT! dalam kategori seperti di atas. Album ini memberi rentang yang lebar pada generasi musisinya, di mana Grass Rock dan Kelompok Penerbang Roket tampil berurutan di CD ini. Keragaman usia juga menjadi tumpu pada arahan produksi album ini, walau tidak semua generasi juga terwakili. Begitupun pada keluwesan suaranya, di mana album ini menghadirkan macam-macam sub genre rock, walau memang condong ke mustahil untuk bisa terwakili semuanya.

Namun bagaimanapun usaha musikeras sebagai media musik untuk membuat album kompilasi tetaplah sebuah ide dasar pekerjaan yang masih menarik, asalkan tema dan materinya kuat (bahkan majalah MOJO belum ada tanda-tanda berhenti untuk melakukannya). Tentu tidak mudah juga untuk bisa mewujudkannya, apalagi ini sebuah double album—dengan penyajian  pembagian yang baik di mana tidak terlampau banyak lagu dipepetkan dalam satu keping CD saja.

Ada beberapa hal yang bisa difungsikan oleh CD ini. Pertama: menjadi pelengkap katalog band kesukaan Anda yang mungkin Anda belum memiliki lagunya dalam wujud rilisan fisik atau bahkan digital. Anda yang masih menyimpan baik kaset Roxx dari tahun 1992 mungkin belum mendapatkan “5 Cm”, salah satu lagu terbaik di album itu, kini tampil dalam rekaman baru (walau saya jelas jauh lebih suka versi rekaman awalnya.. hehe!).  Atau Anda yang menggemari Seringai dan Kelompok Penerbang Roket, di album ini tersedia “Sang Lelaki” dan “Jimi Hendrikoes”, single-single dari kedua band itu yang sebelumnya hanya ditemukan di dalam 7″ piringan hitam, atau juga kaset.

Kedua: album ini bisa jadi sarana untuk sedikit mengintip tentang ragam genre musik keras di Indonesia. Album ini dibuka dengan “Hail Edan” dari Edane dan langsung berturut-turut diikuti oleh “Depresionisme” dari Tremor dan “When Vulture Comes” dari Arkenstoned—ketiganya berlainan suaranya. Sementara ada 18 lagu pada keseluruhan album ini (di sana antara lain ada Aftercoma, Hollykillers, Godless Symptoms, Jikunsprain, Raksasa, Wolfpak, Omni, Dunia, Jumperfi, hingga Straightout).

Ketiga-  dan poin ini yang paling saya suka- adalah memungkinkan kita untuk mengenal band yang sebelumnya belum pernah kita dengar dan menemukan sesuatu yang cukup menarik di sana. Dalam kasus saya, itu adalah Bissing dengan lagunya “Sameness”—lagu kedua pada cakram kedua.   

Oh, ya, ada fungsi lain lagi dari album ini: fungsi main-main. Ini adalah “naluri bawaan” penggemar musik di mana saja: memilih lagu-lagu jagoan. Kita bisa seolah-olah menganggap diri sebagai juri dengan para band pesertanya mereka yang mengisi album kompilasi ini, untuk menentukan lagu mana yang jadi juara. Bila Anda dari generasi festival musik rock, imajinasikanlah diri Anda sebagai Arthur Kaunang atau Jelly Tobing, atau boleh juga Bens Leo muda, kemudian duduk santai untuk menyimak dan menilai.

Jika saya, tidak ada satu lagu pun yang menang telak. Memang ada yang liar, cukup eksploratif, beringas, ada yang cukup “catchy”, dan banyak yang berderu, Namun tidak ada yang sepenuhnya berbahaya; membuka tengkorak kepala.

Penulis
Harlan Boer
Lahir 9 Mei 1977. Sekarang bekerja di sebuah digital advertising agency di Jakarta. Sempat jadi anak band, diantaranya keyboardist The Upstairs dan vokalis C’mon Lennon. Sempat jadi manager band Efek Rumah Kaca. Suka menulis, aneka formatnya . Masih suka dan sempat merilis rekaman karya musiknya yaitu Sakit Generik (2012) Jajan Rock (2013), Sentuhan Minimal (2013) dan Kopi Kaleng (2016)

Eksplor konten lain Pophariini

Telah Berpulang Firza Achmar Paloh SORE

Berita duka menyelimuti musik Indonesia pagi ini. Vokalis, gitaris, sekaligus penulis lagu band SORE, Firza Achmar Paloh atau dikenal Ade Paloh meninggal dunia di usia 47 tahun hari Selasa (19/03). Informasi muncul pertama kali …

Kolaborasi Musisi Indonesia dalam Single Tanah Para Nabi untuk Palestina

Sebagai bentuk respons dari kejahatan zionis Israel yang menjajah warga Palestina di Gaza, dua musisi perempuan Indonesia, Bella Fawzi dan Annisa Theresia tergerak untuk merilis sebuah karya musik berjudul “Tanah Para Nabi” hari Jumat …