Resensi: Sisitipsi – Minta Lagi
Album kedua yang necis berat!
Artis: Sisitipsi
Album: Minta Lagi
Label: Demajors
Tahun: 2018
Ranking Indonesia: 8,5/10
Sisitipsi bagi saya ibarat DJ yang punya tugas berat buat menjaga agar lantai dansa tetap ramai dengan tembakan pistol berisi pelor lagu-lagu yang sekali tembak, orang-orang langsung sontak goyang. Musik Sisitipsi, ditambah liriknya yang menyuarakan soal pesta dan alkohol dalam tatanan yang santai, memang sudah cocok saja dengan lantai dansa.
Secara sound, album ini necis. Bukan karena album ini enak didenger di kuping karena dimastering oleh tangan emas Stephan Santoso, melainkan ya karena memang sajian lagu-lagunya yang renyah dan berkelas, bukan sekadar musik pop kuno yang ada brass section sekadarnya.
Secara kasat telinga, tak ada yang berubah dari album kedua ini. Bagi fans yang sudah khatam dengan album 73 % lewat lagu-lagu macam “Alkohol” atau “Aroma Dia” dengan tempo yang santai dan adem, di album ini juga ada “Tante Merry” yang bikin asik buat josan alias joget santai.
Namun jika jeli disimak, lagu-lagu bertempo cepat sepertinya banyak mendominasi, sebut saja “Lantai Dansa” sebagi track pembuka sampai track penutup “Bomat” dan beberapa lagu di antaranya seperti “Bersulang”, “Waktu Enggan Menyapa”, “Minta Lagi” dan lainnya. Dari banyaknya amunisi lagu-lagu cepat, Sisitipsi layaknya pemuda yang tak mau berhenti pesta, selalu mengajak siapapun, dari yang sudah mabuk atau yang masih malu-malu untuk bergoyang, yang penting agar lantai dansa jangan sampai kosong (eits, gelasnya juga nggak boleh kosong dong, harus diisi terus).
Kalau sudah begini, jadinya saya pusing sendiri karena akhirnya track-track ‘nanggung’ macam “Paling Bisa”, “Masih Kurang” atau “Ah Ahh Ahhh” buat saya jadi tak terlalu penting, selain karena aransemennya agak kurang goyang (perkecualian dengan “Tante Merry” ya, soalnya liriknya kelewat ngehe), si lagu-lagu ini yang lantas bikin albumnya seperti jadi sedikit ada kurangnya. Polanya yang sama mungkin dialami di album pertama ketika ada lagu instrumental seperti “Prelude” sebagai track pembuka yang lebih terdengar seperti track untuk ceksound, nihil arti.
Karena menurut keyakinan saya, dan ditegaskan oleh album kedua ini, Sisitipsi kalau sudah ketemu panggung sudah seperti musik The Ramones saja, dalam hitungan keempat langsung tancap!
Artikel Terkait
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota
Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …
5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac
Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …