Rekomendasi: Rollfast – Garatuba
Rock tidak harus berbentuk, ia bisa cair. Kalau di jazz kita mengenal free-jazz yang melanggar batas-batas disiplin, dari tempo, nada, dan perubahan kord. Di tangan Rollfast, lewat keseluruhan album sampai di detail tiap komposisi, rock seperti tengah diterobos, anak-anak muda ini sedang melawan batasan yang mereka buat. Kita sedang membicarakan album Garatuba, langkah eksplorasi yang tengah diambil grup rock asal Pulau Dewara, Rollfast.
Di luar itu, Rollfast mematahkan anggapan kami tentang grup rock di Bali pasca naiknya Jangar: stoner kelas berat dengan tempo lambat atau cepat, yang sedikit banyak mengambil ceruk dari Seringai, Komunal dan KPR, dll. Rollfast adalah suara baru dari pulau Dewata yang lebih bebas, sebuah rock lebih ‘kacau’, non-fundamental.
Kami sendiri tidak yakin menyebut jenis/hibrida apa yang dimainkan Rollfast di Garatuba ini. Atau kami mungkin setuju dengan ulasan media sekaliber NME yang menahbiskan ini sebagai sebuah ‘psikedelia yang agresif’, sekadar untuk membedakannya dengan rock progresif ala Guruh Gypsy sampai King Crimson.
Mendengar “Garatuba”, sebuah lanskap musikal 6 menit lebih, gitar fuzz dan drum yang kasar mengayuh naik ke tebing lalu menjadi landai, sebuah awalan memabukkan. Kemudian “Pajeromon” kegelisahan yang meminjam baju ‘koplo’ lalu diramu menjadi lebih agresif. Cantiknya riff dan cuilan-cuilan melodi bawah, gaya ‘pelog psyche’, gocekan tak terduga. Lalu ada repetisi berat di awalan “L.D.R” sampai kemudian, lagi-lagi kami diajak terjun bebas dengan parasut, melandai, mengawang-awang, sinting!
Kemudian, G.T.A. atau “Grand Theft Atma”, chef-d’œuvre, magnum opus di album ini. Sebuah perayaan 9 menit yang mempertontonkan tarian tak senonoh, rintihan saksofon dengan tetabuhan kasar di sekeliling, kelindan galeman dengan suara GPS, benar-benar menakutkan. Komposisi super sinting, di luar kendali. Kami tak mengerti apakah metronom berlaku di studio ketika menulis dan merekam ini atau memang mereka benar-benar kesurupan saja.
Hadirnya Gardika Gigih (dalam “Ràre”) dan Frau (di “Bally”) makin meyakinkan kami bahwa Rollfast lewat Garatuba bukan sekadar pamer kekuatan dan agresivitas musik, bukan juga sebuah upaya menjadi aneh atau snob. Ada semacam penyampaian pesan bahwa anak-anak muda ini memang sedang meleburkan batas yang dimainkan oleh stereotip sebuah album rock. Mungkin saja secara keseluruhan, Garatuba sebetulnya adalah album storytelling tentang bagaimana persepsi lingkungan tempat tinggal serta situasi terkini dari sudut pandang para personilnya.
_____
Credits:
Direkam di Antida Studio, Rockness Studio & Rock The Beat Studio
Mastering oleh Racka Bintara
Mastering oleh Solideo Kevin, Sine Studio
Foto Cover oleh Sharon Angelica
Foto Booklet oleh Sharon Angelica, Bintang Adamas, Arfiel Kake dan Arya Mahakurnia
Lay out oleh Wicitra Pradnyaratih
Liner Notes oleh Rio Tantomo
Dirilis 2020 oleh La Munai Records.
Artikel Terkait
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota
Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …
5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac
Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …