Santamonica Suarakan Perlawanan Perempuan di Single SIN

Jeda 2 tahun dari perilisan album Reminisce 189, duo elektronik-pop, Santamonica kembali melepas karya terbaru bertajuk “SIN” (12/06).
Tertulis dalam siaran pers, lagu ini diproduseri oleh Joseph Saryuf (Santamonica, Showbiz), yang ditulis pertama kali oleh sang vokalis, Sistine (Anindita Saryuf) pada tahun 2008.
“SIN” adalah lagu yang lahir dari perenungan panjang tentang peran, persepsi, dan tekanan sosial yang selama ini dibebankan kepada perempuan.
“Lagu ini berangkat dari pemikiran tentang bagaimana perempuan sering dilihat sebagai sumber dosa,” jelas Sistine.
Menariknya, lirik lagu yang sudah ditulis lebih dari 15 tahun tersebut justru terasa sangat relevan hari ini. Sistine mengungkapkan bahwa ia sempat teringat pada adegan dalam serial Game of Thrones, saat karakter Daenerys Targaryen akhirnya meledak dan membakar kota.
“Bertahun-tahun setelah lagu ini ditulis, saya menonton adegan Daenerys membakar kota dalam Game of Thrones. Meski konteksnya berbeda, ada sesuatu yang menggetarkan. Kemarahan yang terpendam, rasa diremehkan, lalu tiba-tiba dianggap sebagai ancaman—semua itu mencerminkan emosi yang saya tulis di lagu ini,” lanjut Sistine.
Cerita visual sang lagu juga tak kalah menarik. Sampulnya merupakan foto yang diambil pada tahun 2015, saat Santamonica tengah vakum.
Dalam kolaborasi dengan fotografer Ifan Hartanto dan label mode Tangan, Sistine menjadi bagian dari proyek interpretasi visual koleksi perdana Tangan. Meski awalnya tak direncanakan untuk menjadi bagian dari rilisan musik, foto ini kini terasa seperti potongan yang akhirnya kembali pada tempatnya.
Untuk menegaskan makna lagunya, Santamonica juga merilis video musik “SIN” yang minimalis namun sarat simbol. Dalam video ini, Sistine dan Joseph tampil dalam sebuah kotak kaca seperti diorama museum. Mereka memainkan synthesizer vintage di tengah sorotan cahaya warna-warni dan proyeksi visual yang menggambarkan mitologi, feminitas, dan bentuk-bentuk perlawanan diam demi menciptakan suasana seperti sebuah ritual yang terperangkap dalam waktu.
Kostum yang dikenakan dalam video ini pun bukan sekadar estetika. Sistine dan Joseph mengenakan busana couture dari koleksi Redemption karya desainer Harry Halim, perhiasan kustom dari Galuh Anindita (Mahija), serta aksesoris wajah dari maestro Rinaldy Yunardi. Semuanya berperan membentuk narasi visual yang memperkuat kedalaman tema yang diusung lagu “SIN”.
Rilis sebagai bagian dari perjalanan menuju album terbaru mereka, Wunderkammer, lagu “SIN” menjadi pembuka yang kuat atas arah musikal Santamonica ke depan.

Eksplor konten lain Pophariini
5 Band Cirebon Pilihan Restu Yawendra Losing Fight
Setelah bulan lalu mengangkat band-band Wonosobo pilihan Budi ‘Youthfall’, bulan ini kami mendaulat Restu Yawendrs, vokalis/gitaris Losing Fight untuk memberikan rekomendasi band dan musisi asal kotanya, Cirebon. Lagi-lagi kami mendapat nama-nama baru berbagai genre …
Compass Luncurkan Kampanye bersama Kiki Ucup, Denisa, dan Coki KPR
Merek sepatu lokal kebanggan Indonesia, Compass, resmi meluncurkan kampanye terbaru bertajuk “Selangkah, Searah” pada hari Senin, 7 Juli 2025. Kampanye ini menjadi perayaan atas perjalanan pribadi, arah yang sejalan, serta kekuatan dalam terus melangkah …