Simpati Untuk Tragedi Kanjuruhan Dalam Synchronize Fest
Waktu penyelenggaraan Synchronize Fest hanya berselang sepekan pasca tragedi kemanusiaan di stadion Kanjuruhan yang setidaknya menewaskan 133 orang. Dan menarik melihat bagaimana skena musik kita dan festival musik sebesar Synchronize Fest meresponsnya.
Bisa jadi tak perlu segamblang pendukung Bayern Munich yang menyebutkan bahwa aparat adalah biang kerok di balik peristiwa ini. Atau tak perlu repot seperti ditempatkannya minute of silence sebelum semua pertandingan La Liga Spanyol serta laga antar klub di kompetisi level Benua Biru pada pekan awal Oktober. Toh nyatanya hampir di tiap panggung festival ini, lagu “Indonesia Raya” dikumandangkan sebagai atraksi pembuka. Efek lagu kebangsaan ini sudah tentu akan menghadirkan sensasi nasionalisme guna memperkuat slogan khusus festival di tahun ini yakni “Lokal Lebih Vokal!”.
Ya! Langsung saja kita cek momen soal tragedi Kanjuruhan di Synchronize Festival 2022 kemarin.
Hari Pertama, 7 Oktober 2022
1. Efek Rumah Kaca
Tampil hanya sehari pasca menjajal tribun Stadion Gelora Bung Karno kala tampil untuk Mata Najwa, ERK mendedikasikan lagu andalan mereka yakni “Putih” yang juga memuat adegan tahlilan untuk dilantunkan kepada para korban. Sepanjang set lagu ini, ERK juga menampilkan visual #UsutTuntas.
Sang Vokalis, Cholil Mahmud juga mengubah lirik menjadi “Di pertandingan atau kerongkongan” untuk menggambarkan bahwa kematian di pertandingan sepakbola adalah keniscayaan kala pengelolaan pertandingan dan sistem keamanan begitu represif sebagaimana yang kita dan warga dunia lain saksikan di Kanjuruhan.
Unit vokal latar ERK yakni Jezztenih (terdiri dari Nastasha Abigail, Cempaka Surakusumah dan Gracia Andrea) juga mengusung spanduk bertuliskan “Usut Tuntas Pembantaian Kanjuruhan” di Dynamic Stage yang menjadi arena pertunjukan mereka.
2. Seringai
Sikap yang tegas dan jelas dari Arian dan Edy Khemod (vokalis dan drummer Seringai) atas Pembantaian Kanjuruhan sudah terlihat hanya beberapa saat pasca kejadian. “Yang membenarkan polisi nembak gas air mata ke tribun, fight me.” merupakan salah satu kicauan fenomenal yang muncul imbas tragedi Kanjuruhan yang diketik oleh Edy Khemod.
Tentu set penampilan Seringai (yang sayangnya berbarengan dengan Efek Rumah Kaca) di Lake Stage penuh dengan ekspresi soal Kanjuruhan dan aparat. Visual “Usut Tuntas” dan “1312” serta amunisi lagu-lagu mereka yang relevan pasti masih membekas di ingatan para penontonnya. Penampilan mereka yang dibuka dengan lagu “N.W.A. – Fuck Tha Police” juga menunjukkan di sisi mana mereka menjatuhkan keberpihakan.
3 .Feast
Unit yang sejak kemunculan EP Beberapa Orang Memaafkan semacam dinisbatkan menjadi band sosial politik ini juga menjadikan pertunjukannya di Synchronize Festival 2022 sebagai sarana solidaritas soal Tragedi Kanjuruhan. Sisi visual yang juga jadi kekuatan .Feast menampilkan kalimat “TAK ADA NYAWA SEHARGA SEPAKBOLA, APALAGI GAS AIR MATA” saat lagu “Berita Kehilangan” mengalun di Forest Stage.
Selain itu, drum dari Bodat juga dihiasi spanduk kecil bertuliskan “Usut Tuntas Tragedi Kanjuruhan Malang 01.10.2022”. Spanduk yang berisi pesan “MALANG BERDUKA #KANJURUHANDISASTER #USUTTUNTAS” yang didapat dari penonton pun dibentangkan saat sesi foto pasca penampilan usai.
4. Jason Ranti
Musisi yang semakin gemilang karirnya pasca dirilisnya album ketiga bertajuk Jalan Ninja pada awal tahun 2022 ini memang dikenal sebagai sosok yang vokal menanggapi hiruk pikuk sosial politik yang terjadi di Indonesia. Jason Ranti turut menampilkan pesan dan harapan perihal tragedi Kanjuruhan saat penampilannya berlangsung di District Stage, Jumat sore. Pesan perdamaian untuk para pendukung klub sepakbola lokal seperti Aremania, Bonek, Bobotoh dan Jakmania juga disampaikan oleh solois yang akrab dipanggil dengan Jeje ini.
5. Down For Life
Unit metal asal Solo ini merancang satu kolaborasi spesial untuk Synchronize Festival 2022. Mereka mengajak kolektif gamelan yang dipimpin oleh Gondrong Gunarto untuk mengemas penampilan apik di Lake Stage. Selain tata musik yang disiapkan dengan ciamik, visual soal Kanjuruhan yang berbunyi “TAK ADA SEPAKBOLA YANG SEHARGA NYAWA” juga mencuat saat mereka tampil.
Hari Kedua, 8 Oktober 2022
1. The Dare
Penuh sesaknya Gigs Stage di sore hari kedua perhelatan Synchronize Festival 2022 saat The Dare tampil menunjukkan animo yang luar biasa terhadap unit twee-pop asal Lombok ini. The Dare yang selalu mengusung misi ruang aman bagi perempuan termasuk di pertunjukan musik juga membahas dan menyertakan narasi soal tragedi Kanjuruhan. Spanduk “Usut Tuntas Pembantaian Kanjuruhan” bersanding dengan bendera berisi pesan-pesan khas The Dare.
2. The Brandals
The Brandals yang kembali menggebrak belantika musik nasional lewat perilisan album Era Agressor tak mau melewatkan hajatannya di Synchronize Festival dengan penampilan yang biasa saja. Kombinasi set hits andalan dengan nomor-nomor baru menjadi pengalaman yang menyenangkan.
Layaknya beberapa penampilan sebelumnya, Eka Annash sang vokalis kerap menyampaikan suara lantangnya terkait situasi sosial politik Indonesia yang memuakkan. Eka Annash juga menyampaikan kampanye #SemuaBisaKena yang merupakan kampanye atas bahaya kriminalisasi lewat RKUHP yang tengah disusun serta kampanye #MenolakKekerasan dan #MerawatKebebasan yang disusun bersama KontraS untuk membendung dampak buruk UU ITE terhadap demokrasi di Indonesia.
Menampilkan lagu penuh kritik seperti “Truth is Coming Out”, “Preambule” dan “Suara Rumah Rakyat”, penampilan mereka menjadi begitu terasa ganas saat menutupnya dengan lagu “Awas Polizei!” yang turut mengajak Baskara Putra (vokalis .Feast). Eka Annash yang mengganti kostum dengan seragam Arema Malang dan Baskara Putra yang turut mengenakan syal klub dengan julukan Singo Edan ini mendedikasikan keriuhan malam itu untuk para pendukung dan korban tragedi Kanjuruhan. Malam semakin epik sebab cahaya merah dan asap yang membumbung tinggi dari flare yang dinyalakan oleh Eka Annash. Semacam menjadi penanda untuk nyalakan tanda bahaya dan terus kawal kasus ini hingga tuntas.
3. Dipha Barus Bersama Bahana Bintang
Menjadi salah satu penampil penutup di hari kedua Synchronize Festival 2022, Dipha Barus menampilkan konsep baru dengan tampil bersama sejumlah nama sebagai Bahana Bintang untuk mengguncang Lake Stage dan menghibur lautan penonton yang siap bernyanyi dan bergoyang bersama. Di penghujung penampilannya, Dipha Barus Bersama Bahana Bintang yang menyanyikan “No One Can’t Stop Us” menampilkan visual berisi teks “TAK ADA SEPAKBOLA SEHARGA NYAWA MANUSIA. SPREAD LOVE NOT TEAR GAS”. Pesan ini menjadi sangat berarti karena penyangkalan akan dampak pelemparan gas air mata ke tribun penonton masih kerap dilakukan oleh Kepolisian.
Hari Ketiga, 9 Oktober 2022
1. The Panturas
Pelayaran The Panturas di District Stage Synchronize Fest tak lupa membawa kabar dan suara solidaritas terhadap Korban Kanjuruhan. Visual panggung mereka berisi pesan untuk mengenang para korban yang juga mencantumkan nama mereka. Gesture penuh simpati ini diabadikan dan dibagikan oleh komika David Nurbianto lewat akun Twitter-nya.
2. Tipe X
Tipe-X, Unit Ska kenamaan ini menyempatkan momen untuk mendoakan para korban Pembantaian Kanjuruhan. Lewat doa sebelum dibawakannya “Selamat Jalan”, lagu yang memang identik untuk mendoakan yang mendahului kita karena kematian. Penonton menyambutnya dengan gemuruh mengapresiasi momen yang dilakukan oleh Tipe-X.
Selain lewat penampilan para musisi, suara soal Pembantaian Kanjuruhan juga terekam lewat setidaknya dua mural yang terdapat di festival yang dilangsungkan di JIEXPO Kemayoran ini. Mural karya The Popo dan juga Paps menunjukkan solidaritas untuk Arema, Aremania, Aremanita serta para korban dari Pembantaian Kanjuruhan. Meski terletak di sudut yang bisa dibilang tersembunyi, dua mural ini menjadi salah satu penanda bahwa Synchronize Festival atau festival musik lain di Indonesia tak hanya untuk bersenang-senang, melainkan juga untuk menyuarakan apa yang jadi keresahan warga dan juga publik yang sedang berjuang.
Daftar solidaritas atas tragedi Kanjuruhan dari para musisi dan seniman serta publik selama Synchronize Fest 2022 di atas masih sangat mungkin kurang lengkap karena minimnya jangkauan pengamatan atas festival yang berlangsung selama tiga hari dan diisi oleh lebih dari 100 penampilan di dalamnya.
Terima kasih atas berbagai upaya untuk mendorong suara penuntasan kasus ini selalu relevan untuk diteriakkan. Terima kasih juga kepada segenap tim Synchronize Fest yang bisa saja memilih untuk menyensor atau melarang ekspresi yang dianggap tidak relevan, mereka justru memberikan ruang bagi para musisi atau warga yang mau bersuara soal tragedi Kanjuruhan.
Meski memang movement yang tercantum di slogan lebih erat kaitannya dengan pergerakan skena musik dan seni dalam negeri serta lingkungan dan gaya hidup (seperti pemilahan sampah, penyediaan sarana isi ulang air minum hingga aktivasi sejumlah keseruan bagi warga yang datang dengan bersepeda), gerakan sosial politik seperti #ReformasiDikorupsi di 2019 dan #UsutTuntas Tragedi Kanjuruhan tercatat turut mewarnai pagelaran Synchronize Fest.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Ndarboy Genk Rilis Anthem Patah Hati Berjudul Bajirut
Penyanyi dan penulis lagu pop Jawa, Ndarboy Genk, secara resmi merilis single terbaru berjudul “Bajirut” (15/11). Lagu ini mengangkat tema patah hati dan kekecewaan yang mendalam, serta menggambarkan perjalanan emosional seseorang yang ditinggalkan oleh …
Pringgo Merangkum Kisah Personal di Album Perdana Bejana
Bulan September menandai kelahiran Bejana, album solo perdana Pringgo, penulis lagu sekaligus produser “Kita Ke Sana” dari Hindia dan personel Twentyfirst Night. Bejana adalah kolase kisah personal dari Pringgo yang berkutat di koridor emosi …