Swara Gembira Membangkitkan Kembali Almarhum Chrisye

Dec 14, 2018

Ada Kereta Kencana di bawa ke atas panggung membawa tiga orang pemain biola cantik, selang beberapa lama giliran rombongan Reog Ponorogo yang mengiringi nyanyian dengan aktraksi semburan api yang khas di pertontonkan di atas panggung yang meriah. Semua Kemeriahan itu terjadi hanya semalam dalam acara Hip Hip Hura persembahan dari Swara Gembira.  

Hip Hip Hura dipilih jadi tajuk acara mengingat pertunjukan kali ini memang khusus didedikasikan untuk mengenang dan mengenalkan kembali karya-karya almarhum Chrisye, musisi legendaris Indonesia, kepada khalayak muda.

Tak terasa 11 tahun sudah sejak kepergian musisi ternama Chrisye, Swara Gembira memandang karya-karya Chrisye harus terus dilantun dan digaungkan terus agar anak muda tetap ingat kepada para pendahulu mereka.

Irama Pantai Selatan / foto: Pengabadi Gambar Swara Gembira

Digelar di Livespace SCBD pada 8 Desember, pergelaran akbar Hip-Hip Hura yang tidak seperti konser-konser pada umumnya. Seniman yang turut meriahkan pergelaran ini tidak hanya berasal dari kalangan musisi, adapula penari, hingga komikus. Selain dari berbagai latar belakang seni, Swara Gembira juga turut memadukan berbagai macam kebudayaan Indonesia dalam satu panggung. Dimulai dari budaya Bali, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Melayu, Dayak, serta Sumba yang dipamerkan melalui latar dan dekorasi panggung, serta busana, tarian, tata rias wajah & rambut para penampil Pergelaran Hip Hip Hura.

Vira Talisa nampak cantik dengan busana Bali nya / foto: Pengabadi Gambar Swara Gembira

Nampak vokalis Sisitipsi Fauzan Lubis bak seorang raja yang tersakiti bernyanyi lagu “Jurang​ Pemisah”​ dan “Sendiri​”​. Dilanjutkan dengan komedian Reza Chandika yang menjadi tukang becak dan meluapkan keluh kesahnya melalui lagu “Mesin​ Kota”​. Reza Chandika tidak sendirian di atas panggung pada malam itu. Selain ditemani para penari Kinarya GSP, ternyata Reza Chandika ditemani oleh Cindercella yang muncul dari dalam becak untuk menyanyikan lagu “Anak​ Sekolah”​ bersamanya.

Berdansa: Fauzan Lubis Sisitipsi di Swara Gembira Hip Hip Hura / foto. Pengabadi Gambar Swara Gembira

Pada sesi pertama, Swara Gembira memilih beberapa lagu Chrisye yang masih relevan untuk menggambarkan kondisi anak muda saat ini. Seperti Seperti lagu “Sarjana​ Kaki Lima”​ yang dilantunkan oleh Elfa’s Choir ini menggambarkan mengenai sarjana-sarjana muda yang sulit mendapatkan pekerjaan. Sesi pertama ditutup dengan lagu “Resesi​”​ yang dinyanyikan oleh grup punk Marjinal dan kelompok Taring-babi ini mengisahkan tentang kondisi anak muda yang menjadikan obat-obatan terlarang sebagai pelariannya.

Taring Babi bicara Resesi / foto. Pengabadi Gambar Swara Gembira

Yang tak kalah menarik adalah sesi kedua adalah sesi di mana Swara Gembira merayakan kebudayaan Indonesia. “Aku​ Cinta Dia”​ dan “Nona​ Lisa”​ yang dilantunkan oleh Kamila menjadi pembuka sesi kedua. Malam itu, diarak dengan kereta kencana yang besar, mereka tidak hanya menyanyikan kedua lagu tersebut, melainkan juga memainkan biola dan bahkan menari di atas panggung.

Meriah: Reog Ponorogo Simo Giri Sampurno di Swara Gembira / foto. Pengabadi Gambar Swara Gembira

Puncaknya adalah ketika Swara Gembira mengajak kelompok Reog Ponorogo Simo Giri Sampurno. Pertunjukan reog yang mengisahkan tentang asal usul seni reog ini diiringi dengan lagu “Serasa​”​ yang dibawakan oleh Rishanda & The Rising. Sepintas kemudian Lagu “Cintaku​”​ yang dibawakan oleh biduanita indie​ Vira​ Talisa bersama grup kolektif hip-hop Onar mengundang riuh girang penonton.

Kemeriahan Suara Gembira berlangsung dari awal sampai akhir saat Kunto Aji membius penonton dengan  “Kala​ Cinta Menggoda”​, Kunto Aji berbusana bak Arjuna menutup seluruh acara bersama para pementas dengan lagu “Setia​”​ dan “Juwita​”​.

Kunto Aji sang Arjuna / foto. Pengabadi Gambar Swara Gembira

Hip Hip Hura adalah seri pertunjukan Swara Gembira keempat untuk merayakan karya maestro Indonesia. Sebelumnya setelah beberapa tema sebelumnya seperti “Pesta Dansa Untukmu Indonesiaku” untuk Guruh Soekarno Putra, “Pergelaran Sang Bahaduri” yang persembahkan sebagai bagian dari penggalangan dana untuk Yockie Suryo Prayogo, pementasan karya Candra Darusman bertajuk “Pesta Dara dan Pemuda”.

Selain merayakan karya-karya maestro Indonesia, Swara Gembira juga mengadakan pesta dengan lagu-lagu Indonesia yang pernah berjaya. Seperti festival yang mengangkat karya-karya pada tahun 50-60an di “Pesta Rakyat Jelata” dan pergelaran tembang-tembang asmara era 20-an hingga 2000-an Indonesia pada “Asmaradahana”.

Dan Sabtu malam itu adalah milik Almarhum Chrisye. Selama 2 jam pertunjukan yang spektakuler, Swara Gembira telah sukses menghidupkan kembali Chrisye.

Penulis
Wahyu Acum Nugroho
Wahyu “Acum” Nugroho Musisi; redaktur pelaksana di Pophariini, penulis buku #Gilavinyl. Menempuh studi bidang Ornitologi di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, menjadi kontributor beberapa media seperti Maximum RocknRoll, Matabaca, dan sempat menjabat redaktur pelaksana di Trax Magazine. Waktu luang dihabiskannya bersama bangkutaman, band yang 'mengutuknya' sampai membuat beberapa album.

Eksplor konten lain Pophariini

Juicy Luicy – Nonfiksi

Lewat Nonfiksi, Juicy Luicy semakin mengukuhkan diri sebagai band pengusung lagu patah hati dengan formula pop R&B yang jitu dan ultra-catchy. Pertanyaannya: sampai kapan mereka akan menjual kisah patah hati kasihan dan rasa inferioritas …

Selat Malaka Resmi Mengeluarkan Album Penuh Perdana

Band asal Medan bernama Selat Malaka resmi mengeluarkan album penuh perdana self-titled hari Jumat (22/11). Sebelumnya, mereka sudah mengantongi satu single “Angin Melambai” yang beredar tahun lalu.     View this post on Instagram …