Swara Gembira Membangkitkan Kembali Almarhum Chrisye
Ada Kereta Kencana di bawa ke atas panggung membawa tiga orang pemain biola cantik, selang beberapa lama giliran rombongan Reog Ponorogo yang mengiringi nyanyian dengan aktraksi semburan api yang khas di pertontonkan di atas panggung yang meriah. Semua Kemeriahan itu terjadi hanya semalam dalam acara Hip Hip Hura persembahan dari Swara Gembira.
Hip Hip Hura dipilih jadi tajuk acara mengingat pertunjukan kali ini memang khusus didedikasikan untuk mengenang dan mengenalkan kembali karya-karya almarhum Chrisye, musisi legendaris Indonesia, kepada khalayak muda.
Tak terasa 11 tahun sudah sejak kepergian musisi ternama Chrisye, Swara Gembira memandang karya-karya Chrisye harus terus dilantun dan digaungkan terus agar anak muda tetap ingat kepada para pendahulu mereka.
Digelar di Livespace SCBD pada 8 Desember, pergelaran akbar Hip-Hip Hura yang tidak seperti konser-konser pada umumnya. Seniman yang turut meriahkan pergelaran ini tidak hanya berasal dari kalangan musisi, adapula penari, hingga komikus. Selain dari berbagai latar belakang seni, Swara Gembira juga turut memadukan berbagai macam kebudayaan Indonesia dalam satu panggung. Dimulai dari budaya Bali, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Melayu, Dayak, serta Sumba yang dipamerkan melalui latar dan dekorasi panggung, serta busana, tarian, tata rias wajah & rambut para penampil Pergelaran Hip Hip Hura.
Nampak vokalis Sisitipsi Fauzan Lubis bak seorang raja yang tersakiti bernyanyi lagu “Jurang Pemisah” dan “Sendiri”. Dilanjutkan dengan komedian Reza Chandika yang menjadi tukang becak dan meluapkan keluh kesahnya melalui lagu “Mesin Kota”. Reza Chandika tidak sendirian di atas panggung pada malam itu. Selain ditemani para penari Kinarya GSP, ternyata Reza Chandika ditemani oleh Cindercella yang muncul dari dalam becak untuk menyanyikan lagu “Anak Sekolah” bersamanya.
Pada sesi pertama, Swara Gembira memilih beberapa lagu Chrisye yang masih relevan untuk menggambarkan kondisi anak muda saat ini. Seperti Seperti lagu “Sarjana Kaki Lima” yang dilantunkan oleh Elfa’s Choir ini menggambarkan mengenai sarjana-sarjana muda yang sulit mendapatkan pekerjaan. Sesi pertama ditutup dengan lagu “Resesi” yang dinyanyikan oleh grup punk Marjinal dan kelompok Taring-babi ini mengisahkan tentang kondisi anak muda yang menjadikan obat-obatan terlarang sebagai pelariannya.
Yang tak kalah menarik adalah sesi kedua adalah sesi di mana Swara Gembira merayakan kebudayaan Indonesia. “Aku Cinta Dia” dan “Nona Lisa” yang dilantunkan oleh Kamila menjadi pembuka sesi kedua. Malam itu, diarak dengan kereta kencana yang besar, mereka tidak hanya menyanyikan kedua lagu tersebut, melainkan juga memainkan biola dan bahkan menari di atas panggung.
Puncaknya adalah ketika Swara Gembira mengajak kelompok Reog Ponorogo Simo Giri Sampurno. Pertunjukan reog yang mengisahkan tentang asal usul seni reog ini diiringi dengan lagu “Serasa” yang dibawakan oleh Rishanda & The Rising. Sepintas kemudian Lagu “Cintaku” yang dibawakan oleh biduanita indie Vira Talisa bersama grup kolektif hip-hop Onar mengundang riuh girang penonton.
Kemeriahan Suara Gembira berlangsung dari awal sampai akhir saat Kunto Aji membius penonton dengan “Kala Cinta Menggoda”, Kunto Aji berbusana bak Arjuna menutup seluruh acara bersama para pementas dengan lagu “Setia” dan “Juwita”.
Hip Hip Hura adalah seri pertunjukan Swara Gembira keempat untuk merayakan karya maestro Indonesia. Sebelumnya setelah beberapa tema sebelumnya seperti “Pesta Dansa Untukmu Indonesiaku” untuk Guruh Soekarno Putra, “Pergelaran Sang Bahaduri” yang persembahkan sebagai bagian dari penggalangan dana untuk Yockie Suryo Prayogo, pementasan karya Candra Darusman bertajuk “Pesta Dara dan Pemuda”.
Selain merayakan karya-karya maestro Indonesia, Swara Gembira juga mengadakan pesta dengan lagu-lagu Indonesia yang pernah berjaya. Seperti festival yang mengangkat karya-karya pada tahun 50-60an di “Pesta Rakyat Jelata” dan pergelaran tembang-tembang asmara era 20-an hingga 2000-an Indonesia pada “Asmaradahana”.
Dan Sabtu malam itu adalah milik Almarhum Chrisye. Selama 2 jam pertunjukan yang spektakuler, Swara Gembira telah sukses menghidupkan kembali Chrisye.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota
Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …
5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac
Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …