Tentang Hutang yang Belum Terbayar: Wawancara Eksklusif Gusti Arirang, Putri Djaduk Ferianto
Gusti Arirang tak mengira bahwa ucapan selamat Hari Ayah yang dikirimkannya kepada sang ayah pada Selasa (12/11) lalu menjadi pembicaraan terakhirnya. Sang ayah, Djaduk Ferianto, musisi dan seniman besar asal Yogyakarta itu menghembuskan nafas terakhirnya akibat serangan jantung pada Rabu (13/11) esoknya.
Pada hari berkabung itu, banyak musisi yang mengucapkan bela sungkawanya atas kepergian sang maestro, sebagian besar di antara mereka adalah musisi-musisi asal Jogja, tempat dimana sang maestro berkarya.
Gusti Arirang nampak diam menatap pusara sang ayah yang sudah rapih tertutup oleh bunga. Ia menatap foto diri sang ayah menutupi salib yang tertancap di atas makam.
“Stay Strong Gugus,” ungkap teman-temannya di Tashoora, memberikan semangat kepadanya.
Semangat inilah yang akhirnya membuat Gugus, sapaan hangat dari Gusti untuk akhirnya mengungkapkan perasaan beliau tentang hari itu
“Kemarin dini hari, bapak saya @djaduk dipanggil menghadap Yang Maha Kuasa. Beliau menghembuskan nafas terakhirnya di pangkuan ibu setelah mengeluh kesemutan. Cepat sekali. Tidak ada yang menduga. Sampai sekarang pun rasanya masih seperti mimpi panjang yang belum usai,” ungkapnya.
“Banyak sekali ucapan bela sungkawa yang saya terima. Terima kasih kepada teman-teman semua, ini sungguh sebuah perhatian yang luar biasa. Mohon maaf, saya belum bisa buka dan balas satu-satu. Terima kasih sudah mendukung perjalanan bapak. Dan jika beliau memiliki kesalahan semasa hidup, saya mohon dimaafkan. Sekali lagi terima kasih teman-teman. Selamat jalan, Bapak. Mungkin Bapak sudah tidak di sini, tapi karya Bapak akan selalu abadi,” tulis Gusti. Di akun Twitter, Gusti juga mengunggah beberapa foto dokumentasi pemakaman sang ayah.
Terlepas dari hubungan ayah-anak, hubungan Gusti dengan seorang Djaduk Ferianto menurut kami transenden, luar biasa. Segenap perjalanan musikal seorang Gusti sangat dipengaruhi oleh keberadaan sang ayah. Bahkan, hubungan mereka bisa begitu profesional, sebagai seniman antar seniman.
Lewat sambungan telekomunikasi jarak jauh, kami menghubungi Gusti Arirang untuk bercerita soal Djaduk Ferianto, tentang hubungannya emosionalnya, baik sebagai keluarga, juga sebagai sesama musisi profesional. Juga tentang pribadi ayah dan tentang ‘hutang’ yang sampai sekarang belum terbayar.
Selamat siang Gusti, sebelumnya terimakasih sudah meluangkan waktunya untuk berbicara dengan kami.
Iya nggak apa-apa
Kapan dan apa percakapan terakhir kamu dengan bapak?
Terakhir saya mengucapkan selamat Hari Ayah di grup keluarga, itu hari Selasa
Sebelumnya ingin konfirmasi dulu, apakah betul bapak meninggal karena serangan jantung?
Iya, betul karena serangan jantung
Sejak kapan Gusti atau keluarga tahu bahwa bapak mengidap jantung?
Selama ini kita menebak-nebak sepertinya jantungnya bermasalah, karena rontgen perut hasilnya bagus semua. Cuma bapak tidak pernah mau diajak periksa khusus jantung gak tau kenala. Selalu ditunda-tunda. Sampai ibu minta tolong orang-orang terdekatnya buat bujukin supaya mau periksa. Terakhir wacananya adalah mau cek setelah Ngayogjazz (festival musik-red)
Semacam bapak orangnya keras kepala juga ya?
Saya lebih suka menyebutnya sebagai displin. Disiplin dalam mengatur apapun, termasuk manajemen tanggung jawab. Mungkin itu yang bikin beliau sebagai orang yang keras – terlebih soal kerjaan. Di balik itu, orangnya penyayang sekali dan ramah dengan siapa saja.
Bagaimana Gusti melihat sosok bapak?
Di keluarga, orangnya cukup sentimental, bahasa jawanya “atine cilik” mudah tersentuh. Kalau lihat foto anak-anaknya jaman kecil suka tiba-tiba menangis terharu. Kalau saudaranya kena musibah, suka kepikiran banget.
Agak ‘melankoli’ juga ya?
Iya
Ngobrolin masa kecil, Gusti ini anak keberapa dari lima bersaudara?
saya anak pertama
Kapan bapak pertama kali menemukan bakat atau ketertarikanmu akan musik?
Dari kecil saya sudah diajak terlibat di proyek-proyek seni beliau. Saya tidak ingat umur berapa. Kemudian, waktu band pertama saya (Chick and Soup, 2015) mulai merintis karier, beliau lah yang menawari kami untuk rekaman. Dari situ setiap perjalan karier bermusik saya selalu didukung penuh sama bapak.
Lahir dari keluarga seniman, apakah lantas menjadi beban?
Justru jadi energi sih, karena lingkungannya jadi sangat suportif. Yang ada adalah rasa tanggung jawab yang besar karena sudah di-support sebegitu besar
Pernah kepikiran untuk meniti karier di luar musik?
Dulu pernah terpikir untuk kerja kantoran, tapi pupus begitu saja. Sekarang rasanya yakin dengan musik. Bapak juga pernah bertanya apa saya yakin untuk menghidupi musik. Saya bilang “iya tentu saja.” Katanya, “kalau kamu serius, jangan setengah-setengah, yang total.”
Seberapa besar bapak untuk katakanlah ‘mengintervensi’ musik Gusti? Apakah sampai ke soalan pemilihan selera musik atau cara pandang akan penulisan lirik dan lainnya?
Soal pengkaryaan saya selalu dibebaskan. Yang dilakukan bapak adalah menyumbangkan ide-ide isu atau tambahan isian. Tapi tidak pernah dipaksakan karena semua dikembalikan ke saya.
Kolaborasi Tashoora dengan Kua Etnika, apakah sebesar itu intervensi bapak atau justru itu kemauan kamu sendiri?
Kolaborasi di “Tatap” justru saya yang menawarkan. Di setiap kolaborasi, kami selalu membebaskan para kolaborator mau merespon lagu kami seperti apa. Tapi bapak ngikutin betul betul sampai proses mixing mastering.
Apa latar belakangnya sampai “Tatap” butuh kolaborasi?
Saya rasa energi lagu “Tatap” selaras dengan energi Kuaetnika, makanya saya juga propose ke teman-teman bagaimana kalau tatap kita garap ulang bersama Kuaetnika.
Apa respon bapak ketika ditawari ide kolaborasi ini?
Beliau langsung iya dan langsung membayangkan isian-isiannya
Seperti apa sih rasanya berkolaborasi dengan bapak?
Rasanya menyenangkan sekali. Karena melibatkan banyak instrumen, ditambah lagi kami sempat workshop bersama di studio, seru sekali. Melihat bapak meng-compose di tempat bersama teman-temannya, saya kagum.
Bagaimana Gusti melihat sosok ayah di Kuaetnika?
Posisinya memang leader di Kuaetnika, tapi semua orang beliau dengarkan
Sedikit intermezo, saya curious ingin menanyakan ini: Ketika kamu mencukur rambut kamu sampai sependek itu, bagaimana komentar bapak?
Beliau sih hanya ketawa aja. Masa dia (bapak) boleh gondrong, saya gak boleh botak?
Alasan yang bagus …
Hehehehe
Ketika kamu pindah ke jakarta, apa perasaan dan komentar bapak?
Di hari saya pamitan dengan beliau, saya ditangisi, kalau ingat lagi rasanya sedih
Belum ikhlas?
Sepertinya bapak belum sepenuhnya mengijinkan saya pindah ke jakarta. Katanya “bapak merasa tanggung jawab bapak ke kamu belum selesai”. Itu terakhir saya menangis juga di pelukan bapak, 15 Oktober 2019
Itu hari kamu akhirnya pindah?
Iya
Apa akhirnya kamu menyesal atas keputusan ini?
Tidak, saya punya alasan yang kuat juga sampai akhirnya memutuskan untuk pindah
Saya baru-baru ini membaca obrolan beliau dengan Heru (Shaggydog), dia semacam ’eman-eman’ atau khawatir kalau Shaggydog sampai ke Jakarta. Dia semacam menyarankan sebaiknya (Shaggydog) tetap di Jogja
Ya, dia berpendapat sama soal keputusan saya, meskipun semuanya dikembalikan ke saya. Tentang kekhawatiran bapak, saya melihatnya lebih ke posisinya sebagai ayah daripada mentor musik.
Adakah hutang-hutang kamu ke ayah yang belum terbayar?
saya masih nyicil beberapa equipment band ke beliau, ini beneran hutang, he he he
Ini hutang secara real ‘hutang’ ya?
Iya, he he he tapi yang jelas (di luar itu) saya maish hutang banyak cerita, banyak rencana yang belum sempat disampaikan. Hutang waktu untuk menemani beliau. Banyak sih, itu yang saya sesalkan sekarang.
Adakah ide di masa depan untuk membuat sesuatu untuk mengenang beliau?
Tentu ada, tapi apa (bentuknya) saya belum bisa pikirkan sekarang
_____
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Sambut Album Perdana, Southeast Rilis Single By My Side
Band R&B asal Tangerang bernama Southeast resmi merilis single dalam tajuk “By My Side” hari Rabu (13/11). Dalam single ini, mereka mengadaptasi musik yang lebih up-beat dibandingkan karya sebelumnya. Southeast beranggotakan Fuad …
Perantaranya Luncurkan Single 1983 sebagai Tanda Cinta untuk Ayah
Setelah merilis single “This Song” pada 2022 lalu, Perantaranya asal Jakarta Utara kembali hadir dengan single baru “1983” (08/11). Kami berkesempatan untuk berbincang mengenai perjalanan terbentuknya band ini hingga kisah yang melatarbelakangi karya terbaru …