Rekomendasi: The Brandals – Era Agressor
Sebelas tahun sejak DGNR8 adalah waktu yang tidak sebentar bagi The Brandals untuk kembali menelurkan album. Kenyataan bahwa mereka adalah bukan band baru yang mengalami masa sulit, krisis identitas, perpecahan personil memang tidak bisa dipungkiri lagi. Namun lewat Era Agressor, album barunya, menjadi pembuktian bahwa The Brandals masih punya darah segar untuk kembali ke arena musik.
Lamanya waktu benar-benar mereka persiapkan bukan untuk sebuah album yang biasa-biasa saja. Era Agressor adalah sebuah album konsep yang digarap dengan tidak main-main. Dari mulai isi lirik, muatan musik sampai sampul album yang lebih ‘berani’ dari semua album yang pernah dibuat mereka.
Dari sisi tema, nyata sekali bahwa The Brandals membawa entitas mereka menjadi ‘agen protes’ kepada lingkungan sekitar. Seluruh komponen yang bersinggungan dengan mereka dilibas, dari pemerintah, wakil rakyat, lingkungan hidup, militerisme dan kampanye-kampanye manisnya termasuk isu agama.
Dan suara lantang ini sudah terangkum penuh sejak track pertama diputar.
Selamat datang di era kemunduran
Pemimpin tumpul buta tuli kehadiran
Atur pasal aspal beratus halaman
Militer cengkram kontrol negara preman
Lempar teori mendadak jadi cendekiawan
Lomba investasi bencana masa depan
Virus tersebar pacu setan kebodohan
Ayat-ayat dijual pasukan bersorban
Aspek-aspek sosial dikuliti satu per satu oleh The Brandals, dari soalan budaya dendam di “Belum Padam”, sinisme terhadap eksploitasi pembenaran satu agama yang pahit di “Kafir” dan kekecewaan terhadap wakil rakyat di “Suara Rumah Rakyat”.
Eka sebagai penulis lirik sembarangan yang menulis kritikan semaunya. Jelas ia pasti sudah dibekali dengan ‘pertimbangan matang’ untuk menggrafir sumpah serapan ini dalam setiap track yang ada dalam album ini.
Dari sisi musik, mereka evolve. Ada banyak sisi kedewasaan bermusik dalam album ini. Well, mereka sudah menemukan pencarian musiknya sejak album pertama. Kita sudah tahu bagaimana DGNR8 yang begitu eksploratif dan mengundang pro-kontra. Mereka sudah melewati itu semua dan di album ini, semuanya tercermin. Mereka membuang part-part bluesy dan goyangan rock ‘n roll, digantikan dengan musik yang lebih sturdy.
Ada bagian-bagian dimana mereka hanya ingin ‘bermain-main’ dengan musik, seperti “Into Madness” yang menghadirkan funk rock yang riang, kegelapan “Momentum” yang tentunya mengingatkan akan aksen-aksen post punk 80’s Manchester, “Way Down Below” yang danceable. Itu adalah bahasa musisi yang matang untuk sedikit loosen up dari cap sebagai band rock n roll yang kaku. Sementara “Back Pages” mereka masih menyisakan unsur yang lebih delicate, “Suara Rumah Rakyat” yang somehow more ‘ballad’ dari hampir 80 persen track di album ini yang ngebut dan agresif.
Kedewasaan dan kesadaran penuh dalam lirik dan musik membuat Era Agressor berhasil menyelamatkan The Brandals dari anggapan bahwa mereka sudah padam.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Bangkit bersama Hindia dan Lomba Sihir
Joyland Festival adalah tempat bagi mereka yang menemukan makna mendalam karya musisi lokal Indonesia. Joyland Festival juga menjadi ajang yang menghubungkan kita dengan para musisi lokal Indonesia yang, lebih dari sekadar menghibur, membawa makna …
Menemukan Makna Hidup Lewat Musik The Cottons
Pernah bercita-cita sebagai seorang musisi namun keterampilan bermusik mandek, praktis menikmati buah karya musisi lokal merupakan alternatif sekaligus kegemaran tersendiri bagi saya. Entah sudah berapa kerabat menilai hobi ini sebagai kesenangan akan tren sesaat …